Sejarah Rampak Beduk, Seni Tari Khas Banten

Tarian ini membawa pesan religi

Pandeglang, IDN Times - Beduk terdapat di hampir setiap masjid Indonesia dan secara khusus di Banten. Beduk di masjid-masjid di Banten digunakan sebagai alat atau media informasi datangnya waktu salat wajib lima waktu.

Namun, di Banten, beduk juga menjadi pertunjukan kesenian bernama Tari Rampak Beduk. Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata Rampak mengandung arti Serempak.

Jadi Rampak Beduk adalah seni beduk dengan menggunakan banyak beduk dan ditabuh secara serempak, sehingga menghasilkan irama khas yang enak didengar. Rampak Beduk hanya terdapat di daerah Banten sebagai ciri khas seni budaya Banten.

1. Dilakukan menjelang Ramadan dan Idul Fitri

Sejarah Rampak Beduk, Seni Tari Khas BantenDok. Kemenag Pandeglang

Umumnya, Rampak Beduk dilakukan kala menyambut bulan suci Ramadan dan Idulfitri. Tapi karena merupakan suatu kreasi seni yang genial dan mengundang perhatian penonton, maka tari Rampak Beduk ini berubah menjadi seni yang layak jual, sama dengan seni-seni musik komersial lainnya.

Walau para pencetus dan pemainnya lebih didasari oleh motivasi religi, tapi masyarakat seniman dan pencipta seni memandang seni Rampak Beduk sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai.

2. Tarian ini membawa pesan religi

Sejarah Rampak Beduk, Seni Tari Khas BantenDok. Kemenag Pandeglang

Tari Rampak Beduk tak hanya sekadar hiburan atau tontonan, melainkan kesenian yang membawa pesan religiusitas. Yakni menyemarakan bulan suci Ramadan dengan alat-alat yang memang dirancang para ulama pewaris Nabi. Selain menyemarakan ibadah tarawihan, juga sebagai pengiring takbiran dan marhaban.

Di masa lalu, penari Rampak Beduk terdiri semuanya laki-laki. Tapi saat ini sama halnya dengan banyak seni lainnya, tarian ini bisa dilakukan laki-laki dan perempuan.

Jumlah penari biasanya sekitar 10 orang, laki-laki lima orang dan perempuan lima orang. Fungsi masing-masing pemain adalah; pemain laki-laki sebagai penabuh bedug dan sekaligus kendang. Sedangkan pemain perempuan sebagai penabuh beduk, baik pemain laki-laki maupun perempuan sekaligus juga sebagai penari.

Busana yang dipakai oleh pemain Rampak Beduk adalah pakaian muslim dan muslimah yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan unsur kedaerahan.

Pemain laki-laki misalnya mengenakan pakaian model pesilat lengkap dengan sorban khas Banten, tapi warna-warninya menggambarkan kemoderenan: hijau, ungu, merah, dan lainnya.

Pemain perempuan mengenakan pakaian khas tari-tari tradisional, tapi bercorak kemoderenan dan relatif religius. Misalnya menggunakan rok panjang bawah lutut dari bahan batik dengan warna dasar kuning, dan di dalamnya mengenakan celana panjang warna merah jenis celana panjang pesilat.

Di luarnya mengenakan kain merah tanpa dijahit yang bisa dililitkan dan digunakan untuk semacam tarian selendang. Bajunya tangan panjang yang dikeluarkan dan diikat dengan memakai ikat pinggang besar.

3. Ini sejarah Tari Rampak Beduk

Sejarah Rampak Beduk, Seni Tari Khas BantenAntara Foto/Muhammad Bagus Khoirunas

Berdasar berbagai literatur, tahun 1950-an merupakan awal mula diadakannya pentas Rampak Beduk. Pada waktu itu, di Kecamatan Pandeglang pada khususnya, sudah diadakan pertandingan antarkampung. Sampai tahun 1960, Rampak Beduk masih merupakan hiburan rakyat.

Awalnya Rampak Beduk berdiri di Kecamatan Pandeglang. Kemudian seni ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya hingga ke Kabupaten Serang.

Kemudian antara tahun 1960-1970, tokoh kesenian Rampak Beduk, Haji Ilen, menciptakan suatu tarian kreatif dalam seni Rampak Beduk. Rampak Bedug yang berkembang saat ini dapat dikatakan sebagai hasil kreasi Haji Ilen.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya