Future Foods Forum Gaungkan Pertanian Regeneratif

Apa itu pertanian regeneratif?

Tangerang, IDN Times - PT Unilever Indonesia mengklaim komitmennya dalam melindungi keselarasan alam, dengan penerapan pertanian regeneratif. Pertanian ini dinilai bisa menjadi upaya mengatasi perubahan iklim, peningkatan kesejahteraan petani, serta mendukung ketersediaan pangan masa depan.

Komitmen ini disampaikan Perusahaan dalam ajang Future Foods Forum (FFF), sebuah wadah diskusi yang melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor untuk membahas upaya kolaborasi dalam transformasi sistem pangan nasional.

Acara yang digagas oleh Unilever Indonesia, Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences Institut Pertanian Bogor (CTSS IPB), Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) dan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) ini dihadiri oleh berbagai perusahaan, instansi kepemerintahan, komunitas dan akademisi.

Dikutip dari laman fp.unram.ac.id, pertanian regeneratif adalah konsep yang mencakup pertanian berkelanjutan dan merupakan pendekatan produksi sumber pangan yang memperhatikan kebaikan lingkungan.

Baca Juga: Uji Coba MBG di Kota Tangerang, Siswa Bawa Kotak Makan Sendiri

1. Bisnis tidak akan bertahan jika tidak ada alam yang baik

Future Foods Forum Gaungkan Pertanian RegeneratifDok. Unilever Indonesia

Head of Corporate Affairs & Sustainability Unilever Indonesia, Nurdiana Darus menjelaskan, sejalan dengan strategi keberlanjutan yang berfokus pada empat isu yaitu: iklim, alam, plastik, dan penghidupan (livelihood), pihaknya terus berupaya berkontribusi pada lingkungan dan masyarakat.

Unilever, lanjut Nurdiana, menyadari bahwa bisnis pihaknya tidak dapat bertahan tanpa ekosistem alam yang baik. Dengan demikian, dia menilai, upaya kolektif menuju sistem pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan itu penting.

Dalam mewujudkan kelestarian sistem pangan, selama lebih dari satu dekade pihaknya menggalakkan pertanian berkelanjutan guna memenuhi bahan baku dengan tetap menjaga kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan petani kecil.

2. Sektor pertanian sumbang 13,22 persen terhadap PDB nasional

Future Foods Forum Gaungkan Pertanian Regeneratifilustrasi pajak (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Sektor pertanian sebagai sumber pangan utama di Indonesia, lanjut Nurdiana, memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian, yaitu rata-rata 13,22 persen terhadap PDB Nasional tahun 2018-2022.

Selain itu, Sensus Pertanian BPS 2023 menunjukkan, jumlah pekerja pada sektor pertanian mencapai 28,61 persen dari total tenaga kerja nasional.

Namun, di saat bersamaan, pertanian turut berkontribusi terhadap pemanasan global dan rentan terdampak perubahan iklim.

Tantangan sistem pangan pun kian kompleks karena pertumbuhan penduduk semakin tinggi, degradasi lahan, hingga kurangnya regenerasi petani. Hal ini menimbulkan urgensi untuk mengonsepkan ulang upaya ketahanan pangan dan sistem pangan nasional dari hulu ke hilir.

“Upaya mitigasi dan adaptasi kami lakukan melalui penerapan pertanian regeneratif yang mempromosikan keselarasan dengan alam untuk membantu petani membangun sistem yang lebih tangguh dan bisnis yang lebih sehat dengan memastikan kesehatan tanah untuk produktivitas yang berkelanjutan, serta mengurangi emisi karbon," kata Nurdiana.

Hingga 2030 nanti, kata dia, Unilever secara global menargetkan penerapan pertanian regeneratif di 1 juta hektare lahan.

3. Pertanian regeneratif mulai digaungkan

Future Foods Forum Gaungkan Pertanian RegeneratifDok. Unilever Indonesia

Pihaknya, lanjut Nurdiana, tengah menjalankan program yang mendukung ribuan petani kedelai hitam yang diawali di Jawa Timur untuk beralih ke sistem pertanian regeneratif.

Mulai tahun ini, Unilever menyelenggarakan serangkaian pelatihan petani, membuat Sekolah Lapangan Petani dan mengembangkan 18 demo plot dengan prinsip pertanian regeneratif untuk mendorong peningkatan produktivitas kedelai hitam, memperbaiki kesuburan tanah dalam jangka panjang, mengurangi intensitas karbon dan meningkatkan keanekaragaman hayati di lahan pertanian.

Sementara, Peneliti dari CTSS IPB, Annisa Utami Seminar menjelaskan, Indonesia harus mulai mengadopsi cara bercocok tanam yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti penerapan inovasi pertanian yang berkelanjutan, pertanian berbasis data yang memperhatikan keseimbangan ekosistem, sistem pengendalian hama terpadu yang meminimalkan penggunaan bahan kimia, serta penggunaan input pertanian alami dan berkelanjutan.

"Termasuk juga praktik pertanian regeneratif yang menjaga kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati,” kata dia.

Baca Juga: Antisipasi Cemari Udara, Pemkot Tangerang Tertibkan Pengepul Rongsok

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya