Korban Banjir Bandang Lebak Menanti Pembangunan Hunian Tetap

Mereka adalah korban banjir bandang awal 2020

Lebak, IDN Times - Hingga kini, masih ada warga Kabupaten Lebak yang menjadi korban banjir bandang awal 2020, masih tinggal di tenda pengungsian. Mereka menantikan pembangunan hunian tetap. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak berharap, masyarakat yang tinggal di tenda pengungsian korban bencana banjir bandang dan longsor awal tahun 2020 itu bersabar. 

Baca Juga: Banjir Bandang dan Longsor Lebak, Salah Siapa? 

1. Realisasi pembangunan hunian tetap ini sudah disampaikan ke BNPB

Korban Banjir Bandang Lebak Menanti Pembangunan Hunian TetapIlustrasi. Pembangunan hunian tetap bagi korban bencana (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi mengaku sudah melapor ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk realisasi pembangunan hunian tetap ini. "Namun belum ada jawabannya," kata Kaprawi. 

Pemerintah daerah Kabupaten Lebak tetap berkomitmen hingga kini membantu logistik masyarakat yang tinggal di posko pengungsian akibat tempat kediamannya hilang diterjang banjir bandang dan longsor.

Penyaluran logistik itu hingga kini berjalan enam bulan dan mereka terpenuhi kebutuhan makan sehari-hari, bahkan hari ini menyalurkan beras, lauk pauk dan indomie ke posko pengungsian di Cigobang Kecamatan Lebak Gedong dan Dodiklatpur Ciuyah, Kecamatan Sajira.

2. Pengungsi korban banjir bandang perlu hunian tetap agar aman dari ancaman bencana lain

Korban Banjir Bandang Lebak Menanti Pembangunan Hunian TetapIDN Times/khaerul anwar

Awal tahun 2020, sebagian wilayah Lebak diterjang longsor dan banjir bandang setelah hujan deras yang mengguyur. Bencana ini mengakibatkan ribuan rumah dan sarana pendidikan rusak berat hingga hilang, puluhan jembatan putus hingga dilaporkan sembilan warga meninggal dunia.

Masyarakat yang terdampak banjir bandang dan longsor tersebar di enam kecamatan, yakni Lebak Gedong, Cipanas, Sajira, Maja, Cimarga, dan Kecamatan Curugbitung.

Sebagian hunian sementara korban bencana alam itu, kata Kaprawi, dibangun kembali oleh lembaga kemanusiaan nirlaba aksi cepat tangguh (ACT), donasi, hingga relawan. Selain itu, beberapa warga masih ada yang tinggal di tenda-tenda pengungsian dan Dodiklatpur Ciuyah.

"Kami berharap BNPB bisa secepatnya merealisasikan huntap itu sehingga warga yang terdampak bencana alam tinggal di tempat yang layak huni dan aman dari ancaman bencana alam," katanya menjelaskan.

3. Pengungsi: ingin hidup yang layak dari tinggal di tenda

Korban Banjir Bandang Lebak Menanti Pembangunan Hunian TetapPengungsi korban banjir bandang Lebak (Antaranews)

Sementara itu, sejumlah warga pengungsian di Kampung Seupang Kabupaten Lebak mengaku bahwa mereka kini sangat mendambakan dana tunggu agar bisa menyewa rumah. Dengan demikian, mereka bisa punya hidup yang lebih layak dibandingkan tinggal di tenda. 

"Kami tinggal bersama keluarga di tenda tidak nyaman dan jika hujan kebocoran," kata Ujang, warga korban bencana alam yang kini tinggal di Kampung Seupang Kabupaten Lebak.

Di tempat terpisah, anggota DPRD Kabupaten Lebak Dian Wahyudi meminta pemerintah tidak mengabaikan penderitaan para pengungsi itu karena mereka kini hidup dalam kondisinya cukup memprihatinkan dan belum mendapatkan bantuan dana tunggu.

Pemberian dana tunggu sebesar Rp500 ribu/kepala keluarga sesuai keputusan pemerintah untuk menyewa rumah, sebelum mereka menempati tempat tinggal hunian sementara.

"Kami minta dana tunggu itu direalisasikan, karena korban banjir bandang dan longsor kini tinggal di tenda-tenda pengungsian yang terbuat dari terpal dan tidak layak. Jika hujan kebocoran dan bila terik matahari tentu kepanasan," katanya.

Baca Juga: Banjir Bandang dan Longsor Kembali Hantam Lebak Jelang Sahur

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya