Harga Jahe Merah, Kunyit, dan Temulawak Melambung di Kota Serang

Stok empon-empon pun mulai langka karena diburu warga

Kota Serang, IDN Times - Harga rempah-rempah mengalami kenaikan secara drastis di sejumlah daerah,  tak terkecuali di Pasar Induk Rau (PIR) Kota Serang. Di pasar ini, harga rempah tradisional seperti jahe, kunyit, dan temulawak naik dua kali.

Komoditas rempah tersebut ramai diburu masyarakat karena dipercaya dapat menangkal virus yang sedang menjadi ancaman global yakni, virus corona tipe baru COVID-19.

Baca Juga: Warga Buru Jahe dan Temulawak, Ini Kata IDI

1. Stok jahe mulai langka di distributor

Harga Jahe Merah, Kunyit, dan Temulawak Melambung di Kota SerangIDN Times/khaerul anwar

Selain harganya yang melambung tinggi, sejumlah pedagang di Pasar Rau mengeluhkan stok jahe yang kini mulai langka di distributor. Tak jarang mereka harus mencari langsung komoditas jahe ke petani-petani di daerah Pandeglang. Biasanya, dalam sehari mereka bisa stok berkarung-karung jahe, namun sekarang hanya mampu mendapatkan 20 kilogram.

"Jahe kadang ada yang nganter sedikit, asal ada saja buat dijual. Jahe dari daerah Pandeglang nyari dari petani langsung kadang kita yang nyari ke sana," kata Tias (40) salah satu di Pasar Rau, Jumat (6/3).

2. Harga jahe, kunyit, dan temulawak melambung sejak ramai COVID-19

Harga Jahe Merah, Kunyit, dan Temulawak Melambung di Kota SerangIDN Times/khaerul anwar

Harga jahe merah telah menyentuh Rp80 ribu per kilogram (kg) di Pasar Rau dari sebelumnya hanya di banderol Rp30 ribu per kg. Sementara, harga kunyit sebesar Rp30 ribu per kg dari sebelumnya Rp10 ribu per kg. Sedangkan temulawak sekarang di banderol Rp35 ribu per kg dari harga Rp15 ribu per kg.

"Dua kali lipat harganya barangnya juga orang ngeluh semua pada naik gak bisa (dijual) ngeteng (ecer) juga gak bisa karena gak bakal ada untung," katanya.

3. Meski mahal, rempah-rempah tersebut masih diburu warga

Harga Jahe Merah, Kunyit, dan Temulawak Melambung di Kota SerangIDN Times/khaerul anwar

Meskipun harga mahal, menurut Tias, komoditas rempah-rempah yang dipercaya memiliki khasiat bisa menangkal virus dari negara tirai bambu tersebut masih diburu warga. Dulu hanya dijadikan pelengkap bumbu sekarang diburu untuk obat.

"Yang minat lumayan yah tapi dari harga orang pada ngeluh ko bisa jadi naik. Kalau dulu paling cuma buat bumbu doang sekarang cari buat obat," katamya.

Baca Juga: [BREAKING] 30 Penimbun Masker Ditangkap!

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya