Jumlah Penduduk Miskin di Banten Bertambah 81 Ribu Orang  

Rokok kretek penyumbang terbesar garis kemiskinan

Serang, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka kemiskinan di Provinsi Banten mengalami peningkatan 0,71 persen atau bertambah 81,65 ribu orang. Dengan demikian, total ada sebanyak 857,64 ribu penduduk miskin di Tanah Jawara.

Hal itu berdasarkan hasil survei sosial ekonomi bulan September 2020. "Pertumbuhan ekonomi Banten pada 2020 terkontraksi 3,3 persen, turun lebih dalam ini berdampak terhadap angka kemiskinan," kata Kepala BPS Banten Adhi Wiriana, Senin (15/2/2021).

Baca Juga: Pengangguran dan Kemiskinan Masih Membayangi Banten di Usia 20 Tahun 

1. Peningkatan angka kemiskinan lebih besar di perkotaan

Jumlah Penduduk Miskin di Banten Bertambah 81 Ribu Orang  Ilustrasi kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Selama pandemik COVID-19 melanda, termasuk Banten, mereka yang paling terdampak adalah penduduk miskin di perkotaan. Sebab, peningkatan angka kemiskinan periode Maret 2020-September 2020 lebih besar di perkotaan dibandingkan di perdesaan.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan di Banten, naik sebanyak 67,31ribu orang-- dari 472,84 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 540,15 ribu orang pada September 2020. Sementara di perdesaan naik sebanyak 14,35 ribu orang dari 303,14 ribu orang pada Maret 2020 menjadi 317,49 ribu orang pada September 2020.

Hal ini disebabkan karena wilayah Banten relatif didominasi sektor industri yang lebih cendrung merupakan industri perkotaan, yakni Tangerang Raya, Cilegon, dan Serang.

"(Kota) lebih berdampak pandemik, kalau perdesaan masih bisa mengandalkan pertanian," katanya.

2. Rokok kretek penyumbang terbesar garis kemiskinan

Jumlah Penduduk Miskin di Banten Bertambah 81 Ribu Orang  Ilustrasi Cukai Rokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Disampaikan Adhi, rokok kretek filter masih berperan sebagai penyumbang terbesar garis kemiskinan di perkotaan sebesar 18,13 persen sedangkan di perdesaan yang berperan sebagai penyumbang terbesar gaaris kemiskinan adalah beras 22,09 persen.

Keempat komoditi makanan lainnya penyumbang garis kemiskinan di perkotaan adalah beras (12,63 persen), susu bubuk (3,77 persen), telur ayam ras (3,32 persen) dan daging ayam ras (2,58 persen). Sedangkan di daerah perdesaan, empat komoditi makanan penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan secara berturut-turut adalah rokok kretek filter (15,51 persen), telur ayam ras (3,93 persen), kopi bubuk & kopi instan (sachet).

"Kebanyakan orang membelanjakan uanganya untuk beli rokok kretek, rata-rata yang merekok kretek nganggur dan sering ngelamun. Komponen terbesar dikonsumsi orang miskin kedua beras," katanya.

3. Peran komoditi makanan masih lebih besar dibanding nonmakanan

Jumlah Penduduk Miskin di Banten Bertambah 81 Ribu Orang  Ilustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Selama periode Maret 2020-September 2020, garis kemiskinan naik sebesar 1,38 persen, yaitu dari Rp 508.091 per kapita per bulan pada Maret 2020 menjadi Rp515.110 per kapita per bulan pada September 2020.

Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan yang terdiri dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan dapat dilihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan, yang terdiri dari perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

"Sumbangan makanan terhadap garis kemiskinan pada September 2020 adalah sebesar 71,89 persen, mengalami sedikit peningkatan dibandingkan Maret 2020 yang sebesar 71,78 persen," katanya.

Baca Juga: Sinovac Bisa Digunakan Lansia, Gubernur Banten Siap Vaksinasi

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya