Mengenal Teh Kelas Dunia dari Perkebunan di Selatan Banten 

Jaya di pasar ekspor walau tak populer di pasar lokal

Lebak, IDN Times - Tak banyak yang tahu jika Provinsi Banten memiliki perkebunan teh yang berada di wilayah Selatan, Cikuya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Bahkan, teh Oolong yang dikelola oleh PT. Harendong Green Farm menjadi teh terbaik di dunia pada 2015.

Berbeda dengan kebun teh lain, PT Harendong Green Farm merupakan perkebunan teh pertama yang menghasilkan teh oolong organik. Sesuai namanya tadi, teh ditanam dan diolah secara organik.

1. Jenis teh kelas menengah ke atas

Mengenal Teh Kelas Dunia dari Perkebunan di Selatan Banten IDN Times/Khaerul Anwar

Apau, manager perkebunan teh PT. Harendong Green Farm mengatakan, jenis teh yang ditanam di Kawasan Gunung Halimun Salak itu berjenis camellia sinensis. Berbeda dengan perkebunan di puncak Bogor atau di Ciwideuy yang menanam jenis assamica.

Perkebunan teh Cikuya berada di lahan seluas 2.000 hektar sekitar tahun 2006 . Namun baru sekitar 30 hektar yang sudah tergarap.

"Teh camellia sinensis di sini beda dengan yang di Bogor. Assamica itu minuman orang bawah, kalau camellia sinensis itu kelas menengah ke atas. Walaupun di sini harganya menengah ke bawah juga," kata Apau, Senin (28/12/2020).

Baca Juga: 5 Jenis Teh yang Bukan Berasal dari Daun Teh, Ada Apa Saja?

2. Menjuarai kejuaran teh dunia di Amerika

Mengenal Teh Kelas Dunia dari Perkebunan di Selatan Banten IDN Times/Khaerul Anwar

Teh Oolong yang diolah menggunakan pucuk dan dua daun menghasilkan teh terbaik. Alhasil, teh oolong yang ditanam di bumi Banten itu menyabet juara satu kejuaraan teh dunia pada 2015 di Amerika. Sementara pada 2017, teh merah dan oolong mendapatkan juara dua.

"Penilaian dilihat dari daun, airnya dari pucuknya itu diseduh mekar. Dia diseduh jadi daun lagi. Kita juara satu di ahlinya (pengelolaan) teliti cuaca bagus terang di sini," katanya.

Yang paling istimewa dari jenis teh ini kata Apau, jika teh yang telah diolah disimpan lama akan menjadi teh fermentasi tradisional yang disebut teh Pu’er. Kualitas dan harganya pun akan menjadi lebih tinggi. Dalam satu bulan, PT. Harendong Green Garm mampu memproduksi hingga 3 ton teh dari perkebunan Cikuya.

"Kalau mau ditandingkan, kita buat yang terbaik. Kita simpan lama nanti dicicip mana yang terbaik. Kalau disimpan lama bisa tambah mahal jadi teh Pu'er. Kalau teh biasa lama dibuang biasanya," katanya.

3. Jaya di pasar ekspor tapi tak populer di pasar lokal

Mengenal Teh Kelas Dunia dari Perkebunan di Selatan Banten IDN Times/Khaerul Anwar

Meski sudah memiliki segudang prestasi, hasil produksi teh dari perkebunan Cikuya ternyata kurang populer di Banten. Sejauh ini, teh asal Tanah Jawara mengandalkan pasar Amerika, Jerman, Jepang dan Prancis.

Padahal menurutnya jika warga Banten memilih mengonsumsi teh daerahnya sendiri, akan menambah potensi tenaga kerja lokal lebih banyak. Hingga saat ini pun dari 100 karyawan, sekitar 98 persen merupakan warga sekitar. 

"Orang Banten konsumsi teh Jawa, sudah kasih tahu sebenarnya mau murah ada. Kalau di sini mereknya Banten Tea malah produknya yang diminum teh lain," katanya.

Baca Juga: 10 Jenis Teh dari Berbagai Negara yang Paling Favorit di Indonesia

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya