Perlakuan Orangtua ke Anak Ini Bisa Bikin Anak Jadi Pembully

Orangtua harus bisa membuka diskusi dengan anak

Tangerang, IDN Times - Tindakan perundungan atau bullying pada anak ternyata bisa dipicu dari perlakuan orangtua di rumah, loh. Hal tersebut lantaran pola asuh orangtua bisa membekas pada anak karena didapatkan setiap hari.

"Misalnya saja orangtua yang lebih sering mengabaikan anak, karena pengabaian oleh orangtua bisa membuat anak menjadi pelaku bully, dengan melakukan bully anak mendapatkan perhatian dari sekitar," kata Selvia Lim Susanto, Influencer Mental Health saat Live Instagram hskakseto, Jumat (1/3/2024).

Baca Juga: Ciri-ciri Anak yang Jadi Korban Bullying, Waspadai!

1. Anak yang diabaikan orangtua akan merasa punya power saat mem-bully

Perlakuan Orangtua ke Anak Ini Bisa Bikin Anak Jadi Pembullyilustrasi perundungan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Selvi menjelaskan, anak perilaku bully akan merasa memiliki power atau kedudukan yang lebih tinggi dari orang lain saat melakukan tindakan perundungan tersebut. Perasaan itu yang memang tidak didapatkan dari orangtua yang abai.

"Misalnya saja ada perasaan 'aku ini memang berhak (mem-bully), anak merasa lebih tinggi dari orang lain, lebih ok lebih semuanya," ungkapnya.

Selain itu, Selvi juga mengungkapkan, dia pernah melakukan konseling dengan anak, di mana sang anak merasa harus masuk dalam grup pem-bully agar bisa diterima oleh lingkungan.

"Dia merasa bahwa dia akan aman, status dia OK," jelasnya.

Baca Juga: Bullying di Binus dari Perpeloncoan Korban yang Ingin Masuk Geng Tai

2. Orangtua harus menjadi sahabat dan idola anak

Perlakuan Orangtua ke Anak Ini Bisa Bikin Anak Jadi PembullyIlustrasi keluarga (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Sementara piskolog anak, Seto Mulyadi atau yang biasa disebut Kak Seto mengatakan, orangtua harus menjadi sahabat dan idola anak. Hal tersebut agar anak bisa bebas berekspresi dan lebih mendengarkan orangtua lantaran juga merasa didengar.

"Justru kontra produktif kalau mendidik dengan kekerasan. Sakit hati, dendam, merasa gagal akhirnya melampiaskan menjadi pelaku kekerasan atau perundungan," jelas Kak Seto.

Orangtua, kata Kak Seto, harus menerapkan pola asuh dengan memahami kapan waktu untuk membuat batasan, membuka pertanyaan, dan memberi nasihat. Hal tersebut agar komunikasi hangat antara orangtua dan anak dapat terjalin.

"Jadi pola asuh ini, menurut saya, sebenarnya sesuatu skill yang kita engga bisa pelajari, tapi bisa kita usahakan dengan mengerti anak," tuturnya.

3. Orangtua tak hanya harus menyediakan kebutuhan materi, tapi juga psikis

Perlakuan Orangtua ke Anak Ini Bisa Bikin Anak Jadi Pembullyilustrasi keluarga makan bersama (freepik.com/freepik)

Kak Seto pun menegaskan, selama ini banyak orangtua yang menganggap pemenuhan hak materi, seperti makan, sekolah, dan selalu ada untuk anak merupakan pola asuh sudah cukup dan terbaik.

"Padahal cara kita berkomunikasi dengan anak, mengajak anak berdiskusi, membuka diri itu yang berguna, menurut saya. Membuat suatu support system sesama orangtua, bisa berada di satu komunitas saling bertukar pikiran, membantu secara sehat," ungkapnya.

Untuk itu, Kak Seto pun mengimbau orangtua untuk mewajarkan adanya diskusi keluarga, di mana keluh kesah dan diskusi sehat terjadi di waktu tertentu yang rutin. Hal tersebut agar anak membuka diri terhadap orangtua, sehingga jika anak menjadi korban perundungan bisa langsung menceritakannya.

"Anak pada dasarnya ingin menceritakan, tapi kalau selama ini orangtua terlalu arogan, apalagi dimentahkan akhirnya bosen anak paling gak didenger, dinasehatin, malah diceramahin, makanya bangun komunikasi yang kokoh, bahkan harusnya dilembagakan, forum komunikasi dalam keluarga, misal ada rapat keluarga, ngobrol asik dengan keluarga," tuturnya.

Diskusi tersebut pun harus menghasilkan suatu perbaikan agar anak merasa dirinya didengar, termasuk kritik terhadap sikap orangtua.

"Itu mencakup seluruh masalah, misal diskriminasi antar saudara, ayah terlalu sibuk, bullying, itu bisa dikomunikasikan dalam suasana perlu persahabatan. Setelah itu setiap Minggu berikutnya dievaluasi, sudah belum, sehingga hak didengar suaranya, hal berpartisipasi anak dipenuhi," ungkapnya.

Baca Juga: Kronologi Bullying di SMA Binus, dari Perpeloncoan Hingga Tersangka

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya