Dinkes Tangerang: DBD Tinggi Karena Kebiasaan Tampung Air Hujan

Penampungan air hujan tidak diawasi dengan baik

Tangerang, IDN Times - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang, Achmad Muchlis mengungkapkan, penyebab tingginya angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah tersebut lantaran adanya kebiasaan masyarakat menampung air hujan. Sayangnya, kebiasaan tersebut tak dibarengi dengan pengawasan yang intensif akan adanya jentik nyamuk.

"Salah satu faktor penyebabnya adalah perubahan iklim dan curah hujan yang cukup tinggi yang mendukung proses perkembangbiakan Aedes aegypti sebagai vektor DBD sementara kebiasaan perilaku masyarakat yang menampung air hujan yang tidak dipantau," kata Muchlis saat dikonfirmasi IDN Times, Rabu (17/4/2024).

Baca Juga: Kasus DBD Tangerang Tertinggi 2024, Ini Upaya Dinkes

1. Banyak masyarakat yang abai terhadap bahaya DBD

Dinkes Tangerang: DBD Tinggi Karena Kebiasaan Tampung Air Hujanhttps://ayosehat.kemkes.go.id/

Selain itu, masih banyak pula masyarakat yang abai terhadap bahaya DBD bagi kesehatan masyarakat sehingga tidak adanya kesadaran untuk melakukan 3M sebagai pencegahan berkembangnya jentik nyamuk penyebab DBD. 

"Serta sulitnya menumbuhkan kepedulian dan kemauan masyarakat untuk rutin memantau jentik di lingkungan rumah masing masing yang masih kurang sehingga menjadi tempat dan berkembangbiaknya vektor DBD di masyarakat," ungkapnya.

2. Tingginya kasus kematian juga disebabkan telat penanganan

Dinkes Tangerang: DBD Tinggi Karena Kebiasaan Tampung Air HujanIlustrasi seseorang yang sedang sakit(unsplash.com/Olga Kononenko)

Tingginya kasus kematian, kata Muchlis, juga disebabkan dari telatnya penanganan yang dilakukan oleh keluarga pasien. Pasalnya, dari 4 kasus kematian di Bulan Januari 2024, terdiri dari 3 orang anak usia sekolah dan 1 guru.

"Pada awal gejala muncul hanya minum obat penurun panas saja tanpa dilakukan pemeriksaan laboratorium yang seharusnya sudah dilakukan dengan lama gejala demam yang sudah dialami sehingga kondisi kritis baru pasien tersebut ke rumah sakit," ungkapnya.

Muchlis juga menjelaskan, saat diselidiki secara epidemiologi pada sekolah tempat sehari hari, mereka beraktivitas terdapat banyak jentik nyamuk, terutama di salah satu lokasi pesantren tempat 1 orang kasus meninggal yang merupakan santri, dimana tingkat kebersihan lingkungan pesantren tersebut sangat kurang.

"Dan banyak sekali perindukan nyamuk DBD serta jentik DBD di lokasi tersebut," tuturnya.

3. Kasus DBD tersebar di beberapa wilayah kecamatan

Dinkes Tangerang: DBD Tinggi Karena Kebiasaan Tampung Air HujanIlustrasi nyamuk Aedes aegypti (pixabay.com/Mohamed Nuzrath)

Peningkatan jumlah kasus DBD tersebut tersebar di beberapa wilayah kecamatan yaitu diantara nya Kecamatan dengan kasus tertinggi adalah Kecamatan Cikupa, Kecamatan Panongan, Kecamatan Tigaraksa, Kecamatan Curug, Kecamatan Legok, Kecamatan Sukamulya, Kecamatan Cisoka, Kecamatan Solear, Kecamatan Kronjo, Kecamatan Balaraja, Kecamatan Jambe, Kecamatan Kelapa Dua, Kecamatan Sindang Jaya dan Kecamatan Jayanti. 

"Untuk Kasus kematian akibat DBD berada pada wilayah Kecamatan Jambe, Kecamatan Panongan serta Kecamatan Cikupa," ungkapnya.

Baca Juga: Kena DBD, 6 Warga Lebak Meninggal Dunia

Maya Aulia Aprilianti Photo Community Writer Maya Aulia Aprilianti

Let's still alive!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya