Sosok Aria Wangsakara, Ulama dan Pendiri Tangerang 

Aria Wangsakara termasuk dalam daftar Pahlawan Nasional

Tangerang, IDN Times - Pemerintah pusat berencana memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada 4 pahlawan. Salah satunya berasal dari Banten, yakni Raden Aria Wangsakara.

Jika tidak ada aral, pemberian penghargaan itu dilaksanakan pada Hari Pahlawan, 10 November 2021.

Pada Agustus tahun lalu, Wakil Presiden Ma'ruf Amin sempat berkunjung ke Pagedangan Kabupaten Tangerang untuk berziarah ke makam Pangeran Aria Wangsakara.

Dalam ziarah di Taman Makam Pahlawan kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang itu, Wapres Ma'ruf didampingi oleh istrinya Wury Estu Andayani serta putrinya, Siti Nur Azizah. Mereka juga tampak didampingi oleh juru kunci makam dan beberapa tokoh masyarakat.

Selain berziarah, Ma'ruf juga berbincang santai dengan juru kunci makam dan tokoh masyarakat yang hadir. Dari perbincangan tersebut, diketahui bahwa Ma'ruf rupanya merupakan turunan ke-12 dari Pangeran Aria Wangsakara. Silsilah itu didapat dari tokoh bernama Wira Negara atau lebih dikenal sebagai Syekh Ciliwulung.

Lalu siapakah Pangeran Aria Wangsakara?

1. Aria Wangsakara merupakan ulama dan juga pejuang yang melawan VOC

Sosok Aria Wangsakara, Ulama dan Pendiri Tangerang histori.id

Arya Wangsakara dikenal sebagai pendiri wilayah Tangerang. Selain itu beragam cerita rakyat menyebut bahwa Ia adalah pria yang mencoba mengembara ketika terjadi bentrokan keluarga di Kerajaan Sumedang Larang, sebuah kerajaan terbesar di tatar tanah Sunda setelah kerajaan Pajajaran runtuh kala itu.

Selain dikenal sebagai pejuang, Aria Wangsangkara juga dikenal sebagai ulama penyebar agama Islam. Penyebaran agama Islam kala itu membuat Belanda takut. Apalagi, pusat penyebaran agama tersebut berada di dekat wilayah kekuasaannya, yakni Batavia.

Kemudian itulah alasan, kenapa Belanda harus menyerang Pesantren Grendeng yang lokasinya di tepi barat Sungai Cisadane--kini ada di Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar tahun 1640. Penyerangan itu menandai terbentuknya tempat hunian baru di Lengkong, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Di tempat ini santri-santri dari Pesantren Grendeng yang terusir Belanda, kemudian membangun masjid dan membuat pesantren baru di bawah kepemimpinan Aria Wangsakara.

Hal inilah yang mungkin melatarbelakangi migrasi Raden Aria Wangsakara dari Tangerang (yang sekarang jadi Masjid Agung Tangerang) ke wilayah ini. Karena seperti diketahui daerah yang dilewati sungai menjadi tempat yang paling disenangi disebabkan kondisi tanahnya yang subur. Cocok untuk pengikutnya melakukan pertanian.

2. Aria Wangsakara dan peninggalannya

Sosok Aria Wangsakara, Ulama dan Pendiri Tangerang IDN Times/Muhamad Iqbal

Ada hal-hal yang masih dijalankan hingga saat ini di wilayah Pagedangan yang kental sekali akan peninggalan ulama pejuang tersebut. Dikarenakan Raden Aria Wangsakara adalah keturunan dari daerah Sumedang dari segi bahasa rata-rata warga di sana masih terkadang menggunakan bahasa Sunda halus, seperti penggunaan bahasa di wilayah Sumedang.

Selain bahasa, ada juga sumur tujuh yang sekarang sudah ditutup karena alasan banyak disalahgunakan pengunjung.

3. Pertempuran Aria Wangsakara bersama rakyat Tangerang melawan VOC 1652-1653

Sosok Aria Wangsakara, Ulama dan Pendiri Tangerang VOC (Wikimedia.org/Stephencdickson)

Dalam beberapa literatur Sejarah Kabupaten Tangerang disebutkan, Aria Wangsakara pergi dari Sumedang ke Tangerang bersama dua saudaranya, masing-masing Aria Santika dan Aria Yuda Negara.

Ketiga tumenggung dari Sumedang ini, kemudian mendapatkan restu dari Sultan Banten di bawah kepemimpinan Sultan Maulana Yusuf untuk bertugas menjaga wilayah dari tindakan kompeni dengan membangun benteng di Lengkong Kyai yang terletak di tepi Sungai Cisadane sebelah barat sampai bendungan Sangego.

Di Lengkong Kyai, Aria Wangsakara menetap bersama isterinya, Nyi Mas Nurmala, seorang anak dalem Bupati Karawang Singaprabangsa. Di tempat ini pula bermukim pengikutnya yang berjumlah sekira 500 orang.

Pada tahun 1652-1653 M, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang sudah mencium aktivitas penyebaran agama di Lengkong Kyai ini, kemudian mendirikan benteng di sebelah timur Sungai Cisadane yang persis berseberangan dengan wilayah kekuasaan Aria Wangsakara. VOC juga memprovokasi dan menakuti warga Lengkong Kyai dengan mengarahkan tembakan meriam yang diarahkan ke Lengkong Kyai.

Sikap Kompeni ini memicu pertempuran antara Kompeni Belanda dengan rakyat Tangerang di bawah kepemimpinan Aria Wangsakara. Peristiwa ini kelak akan disebut sebagai titik awal tumbuhnya jiwa patriotik rakyat Tangerang di bawah kepemimpinan Aria Wangsakara.

Lewat kegigihan dan jiwa kepahlawanan kolektif, warga Lengkong akhirnya berhasil mempertahankan wilayahnya ini melalui pertempuran yang berkobar selama tujuh bulan berturut-turut.

Baca Juga: Nyimas Gamparan, Kisah Pendekar Perempuan di Tanah Jawara

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya