Baduy di Hiruk Pikuk Kemajuan Zaman, Tradisi Lisan jadi Suri Teladan

Tak sekolah bukan berarti tak terdidik

Lebak, IDN Times - Urang Kanekes, sebutan asli suku Baduy, adalah komunitas adat mendiami hulu sungai Ciujung, sebuah perbukitan di selatan Banten. Dalam tatanan sosialnya, Suku Baduy terbagi dua. Pertama Baduy Dalam yang lebih ketat dalam aturan adatnya. Kedua, Baduy Luar yang lebih longgar dalam penerapan aturan adatnya.

Secara geografis, Baduy Luar berbatasan dengan Ciboleger dan Baduy Dalam berbatasan langsung dengan Cijahe.

Baca Juga: 6 Keunikan Suku Baduy yang Wajib Kamu Tahu

1. Belasan ribu warga menetap di 68 kampung

Baduy di Hiruk Pikuk Kemajuan Zaman, Tradisi Lisan jadi Suri TeladanIDN Times/Muhamad Iqbal

Pada 2020 lalu, 13.600 jiwa warga Baduy Dalam mau pun Baduy Luar, tersebar di 65 kampung. Dari total kampung itu, terbagi sekitar 12.800 jiwa Baduy Luar dan sekitar 800 jiwa di Baduy Dalam hidup di tiga kampung masih memegang teguh istiadat hidup tanpa teknologi dan pola hidup sederhana. Seperti tercermin dari ajaran turun-temurun adat istiadat mereka;

“Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang diruksak, lojor teu meunang dipotong, pendek teu meunang disambung,"

Yang artinya, “gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh dirusak panjang tidak boleh dipotong pendek tidak boleh disambung”. Sebuah sastra lisan yang menjadi pedoman hidup mereka. Kesederhanaan adalah jalan mereka menuju Tuhan.

2. Jalani hidup sederhana

Baduy di Hiruk Pikuk Kemajuan Zaman, Tradisi Lisan jadi Suri TeladanWarga Baduy Dalam menunggu wisatawan di Desa Kanekes, Lebak (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Fakta di lapangan ketika IDN Times mengunjungi mereka, kehidupan Suku Baduy sederhana. Orang-orang Baduy bisa saja hidup lebih dari hidup sederhana dengan keuletan mereka dalam bekerja.

Namun menjadi kaya bukanlah hal baik bagi mereka. Mereka akan merasa malu kepada Dewi Sri (Dewi padi/rezeki dewa-dewi dalam ajaran Baduy) jika tidak mensyukuri apa yang mereka hasilkan dengan mengikuti hawa nafsu duniawi yang akan mendatangkan angkara murka dari Shang Hyang Widi.

3. Tak sekolah bukan berarti tak terdidik

Baduy di Hiruk Pikuk Kemajuan Zaman, Tradisi Lisan jadi Suri TeladanIDN Times/Muhamad Iqbal

Dalam ketatnya menjaga tradisi warga Baduy bahkan tak dibolehkan oleh aturan adat untuk bersekolah secara formal. Budayawan Banten, Uday Suhada mengatakan, meski anak-anak suku Baduy tak mendapat pendidikan formal, tetapi mereka memiliki pola pendidikannya sendiri. Hal itu terlihat dari tata krama mereka kepada diri, keluarganya, bahkan orang lain dan di luar sukunya.

Misalnya, kata Uday, dalam tradisi mereka berjalan pun mereka berbaris rapi yang bermaksud tak menghalangi jalan orang lain. "Anak Baduy tumbuh dan berkembang dididik dengan tradisi lisan. Sebab di Baduy tidak satupun aturan hidupnya yang tertulis," kata Uday beberapa waktu lalu.

Uday mengatakan, tradisi lisan ini memiliki keunggulan luar biasa. Keunggulannya adalah keteladanan. Mereka belajar dari hal yang dicontohkan. Misalnya, sedari kecil terbiasa dibawa ke ladang, ke bebukitan, terbiasanya menyaksikan tradisi-tradisi luhur yang mengajarkan hidup dalam kesederhanaan.

"Segala nilai yang hidup dan berkembang di komunitas adat Baduy diajarkan melalui contoh atau suri tauladan," kata Uday.

Uday mengatakan di Baduy warganya dilarang sekolah secara formal. Tapi kini hampir semua anak-anak Baduy saat ini bisa membaca dan menulis.

"Hal itu didukung lagi dengan kemajuan teknologi melalui smartphone yang hampir semua generasi milennial di Baduy kini memilikinya. Tapi itu hanya bisa dilakukan orang Baduy luar," kata Uday.

Uday menilai, penanaman nilai-nilai aturan hidup (pikukuh) dengan keteladanan tadi membentuk pribadi-pribadi yang memiliki identitas diri anak-anak Baduy.

4. Tak mau lagi hanya jadi objek

Baduy di Hiruk Pikuk Kemajuan Zaman, Tradisi Lisan jadi Suri Teladan(ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Uday Suhada mengatakan, setelah adanya polemik terkait semakin menumpuknya sampah di perkampungan Baduy akibat kunjungan wisata, warga Baduy meminta masyarakat luas mengubah cara pandang terhadap mereka. Dari sebagai objek tontonan seperti menjadi hanya lokasi wisata, menjadi subjek contoh dan tauladan dalam menjaga alam dengan hidupnya yang sederhana.

Maka itu istilah wisata Baduy kini sudah diubah menjadi "silaturahmi budaya" atau "Saba Budaya Baduy".

Baca Juga: 8 Tips Berwisata ke Pemukiman Baduy di Lebak

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya