Bansos Beras Dadakan Jelang Pemilu

Dilema beras: melimpah jelang pemilu, harganya naik di pasar

Serang, IDN Times - Momen pertama mendapatkan bantuan dari pemerintah membikin hati N warga Kelurahan Drangong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang bungah. N mengaku tak pernah masuk sebagai daftar penerima bantuan dari pemerintah yang biasa terdapat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Baru pertama kali itu dapat beras, minyak sama gula," kata N saat ditemui di kediamannya, Senin (12/2/2024). 

N semakin senang kala mendengar secara langsung janji Presiden Joko "Jokowi" Widodo yang akan mengucurkan kembali bantuan serupa selama tiga bulan berturut-turut.

Meski pada Februari belum nampak jelas, kapan bantuan tersebut akan kembali diterima, N merasa tenang karena setidaknya sudah mendapat gambaran akan kembali menerima beras, minyak, dan lainnya.

Ia mengaku dadakan menerima bantuan sosial atau bansos itu. Ia mengambil bansos tepat pada Senin, 8 Januari 2024. N mengaku tak tahu, kenapa tercatat sebagai penerima bansos. Ketua Rukun Tangga baru memberitahukannya sebagai penerima bansos pada 7 Januar malam, atau sehari sebelum bansos diambil.

"Pak RT datang malam-malam, kasih kupon aja langsung, sama dikasih tahu besok ambil beras sama Pak Jokowi, gitu," ungkapnya.

N merupakan satu dari sekitar 1.000 warga Kota Serang yang menjadi penerima bantuan sembako yang diserahkan langsung Presiden Jokowi sadat kunjungan kerja ke Banten pada 8 Januari lalu.

Pada hari yang sama, Jokowi juga terpantau membagi-bagikan bantuan saat peresmian Bendungan Karian di Lebak dan Jembatan Sungai Cisadane di Kota Tangerang.

Baca Juga: Jokowi: Awal 2024, Pemerintah Salurkan Bantuan Pangan ke 22 Juta KPM

Bansos Jokowi dan dugaan pelanggaran pemilu di masa kampanye

Pada Senin siang, 8 Januari 2024, Presiden Jokowi memang melakukan kunjungan kerja (kunker) ke sejumlah kabupaten dan kota di Banten. Pada kunjungannya di beberapa titik di wilayah Kota dan Kabupaten Serang, Jokowi terlihat membagi-bagikan bansos di gudang Bulog, Umbul Tengah, kepada ribuan warga. 

Jokowi juga membagi-bagi bansos dan kaos di pinggir jalan di wilayah Desa Margagiri, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Momen tersebut tergolong unik lantaran pembagian bansos ke sejumlah kerumunan warga itu dilakukan di dekat baliho pasangan calin presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Pemilihan Umum 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. 

Seperti diketahui, pasangan Prabowo-Gibran kemudian memenangan Pipres 2024 dengan perolehan 96.214.691 suara sah atau setara dengan 58,58 persen dari total suara nasional 164.227.475.

Tak hanya itu, kunjungan Jokowi yang dilakukan saat masa kampanye itu diiringi dengan keberadaan alat peraga kampanye (APK) pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran.

Sejumlah wartawan yang ikut meliput kunjungan Jokowi menyaksikan APK tersebut dipasang sepanjang jalur yang Jokowi lewati di Serang pada malam sebelum orang nomor satu di Indonesia itu datang atau pada Ahad malam, 7 Januari 2024.

Baca Juga: Relawan Gelar Syukuran Kemenangan Prabowo-Gibran

Bansos Beras Dadakan Jelang PemiluFacebook Sekdes Caringin dan Twitter

Penyaluran bansos beras dalam kunjungan Jokowi ke wilayah Banten tersebut sempat menjadi laporan dugaan kecurangan di masa kampanye pemilu. Namun Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Banten, Ali Faisal, menyatakan bahwa laporan tersebut tidak terbukti.

“Enggak terbukti, bukan masuk ranah pelanggaran pemilu, enggak masuk. Kan kalau kajian harus kalau ada laporan, dan kajian kami sudah putus gak ada bukti dan gak ada unsur terkait itu,” kata Ali, ditemui di hotel Horison Ultima Ratu, Serang, (12/2/2024).

Pola bantuan dadakan diikuti Pemprov Banten

Bansos Beras Dadakan Jelang PemiluIDN Times/Muhamad Iqbal

Pola penyaluran bantuan "dadakan" ini juga nampak terjadi pada penyaluran bantuan beras dan sembako yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten di Tangerang Selatan (Tangsel) pada Rabu, 7 Februari 2024 sore.

S, warga Pondok Aren, Tangsel yang menjadi penerima bantuan tersebut, ditemui di acara pembagian bantuan bercerita, bahwa dia mengetahui dia merupakan penerima bantuan melalui pemberitahuan yang dilakukan oleh ketua RT tempatnya tinggal pada malam sebelum penyaluran bantuan tersebut.

“Baru semalam dikasih tahu (Pak RT), katanya dapat bansos besok di kecamatan,” kata S.

S mengaku baru pertama kali mendapat bantuan seperti ini dari pemerintah. “Belum pernah sebelumnya,,” ucapnya.

Penyaluran bantuan pangan berupa beras dan sembako yang disalurkan Pemprov Banten di masa kampanye tersebut diakui Dinas Sosial Banten, tak menggunakan data DTKS. Data penerimanya berasal dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Bantuan ini disalurkan untuk 65 ribu kepala keluarga penerima se-Banten sejak akhir tahun 2023.

Bansos Beras Dadakan Jelang PemiluIDN Times/Muhamad Iqbal

Kepala Dinsos Provinsi Banten, Ruhana mengatakan, mekanisme data penerima bantuan ini merupakan data dari pusat yang bersumber dari data kemiskinan ekstrem.

Menurut dia, penyaluran bantuan itu merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.

"Jadi sinergi pemerintah pusat dan daerah untuk mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar,” kata Ruhana ditemui saat acara penyerahan bantuan Pemprov Banten di Pondok Aren, Tangsel.

Anomali beras bantuan pemerintah melimpah, harga beras naik di pasaran

Penyaluran bantuan beras di masa kampanye tersebut nampak dilakukan secara sporadis. Salah satu peristiwa penyaluran di Kabupaten Lebak, bahkan membuat kebingungan aparat desa.

Kepala Desa Cempaka di Kecamatan Cirinten bernama Jaro Samun, sempat kebingungan, pada sekitar awal bulan Februari. Ketika itu tiba-tiba ada penyaluran bantuan beras datang ke desa yang dia pimpin. 

"Kurang lebih 10 hari (lalu datang). Belum jelas darimananya, dianterin aja sama sopir. Pas nurunin juga sopir doang, engga ada bosnya," kata Samun saat dihubungi IDN Times, Senin, 12 Februari 2024. 

Di sisi lain, Samun mengaku tak mendapat instruksi apa-apa dari Pemerintah Kabupaten Lebak dan pihak terkait lainnya mengenai ratusan karung beras yang tiba di hari itu. 

Karena tidak ada instruksi apa-apa, Samun pun tidak berani menyalurkan bantuan tersebut ke masyarakat lantaran belum jelas peruntukannya.

Menurut pengalamannya, jika biasanya bantuan beras yang disalurkan dari program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) jumlah dan data penerimanya sudah jelas, sehingga dia bisa langsung menyalurkan.

"Ini bantuan apa, gak tahu, belum jelas. Ada bacaan Bulog di karungnya. Belum jelas-belum jelas dikarenakan belum ada datanya," kata dia. 

Samun mengatakan, setelah mangkrak tanpa kejelasan, ratusan karung beras itu akhirnya dipindahkan dari kantor desa pada Minggu, 11 Februari lalu. 

"Se-kecamatan itu diambil lagi lah sama mobil. 'Mau diamankan,' katanya. Mau diamankan ke Bulog atau gudang, gak tau lah ke mana. Sopirnya juga ditanya, suruh diambil lagi, ya udah, kata kami," kata dia.

Teka-teki ratusan karung beras itu pun dikonfirmasi ke Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lebak, Eka Darmana Putra. Dia menyebut, bahwa beras terus bersumber dari Badan Ketahanan Pangan, bukan dari Kementerian Sosial.

"Silakan ke Bulog atau Dinas Ketahanan Pangan," kata Eka.

Sementara di momen bersamaan, kenaikan harga beras di Kabupaten Lebak tak hanya membuat pembeli pusing, tapi juga pedagang.

Roni, misalnya, pedagang besar beras di Pasar Maja, Lebak harus menjual beras berkualitas dengan harga mahal. 

"Sekarang kalau mau bagus harus Rp14 ribu per liter, putih bersih. Kalau yang Rp12 ribu udah pada kuning, jelek pokoknya," kata Roni, Selasa (13/2/2024).

Padahal, menurut Roni, sebelumnya para pembeli sudah bisa mendapat beras kualitas premium dengan harga Rp12 ribu.

Menurutnya, kenaikan harga tersebut terjadi lantaran terjadinya kelangkaan stok dari distributor sehingga diantara pedagang berebut membeli stok beras dengan saling meninggikan harga tawar.

"Rada langka memang, jadi pedagang rebutan gede-gedean duit (besar-besaran harga penawaran)," kata dia.

Kondisi ini, kata Roni, sudah terjadi hampir dari sebulan yang lalu. "Kenaikan pas sebulan lalu, mulai naiknya cepat, seminggu bisa tiga kali naik. Pokoknya setiap belanja ada perubahan harga tuh," kata dia.

Baca Juga: Dapat Sembako dari Jokowi, Warga Tangerang Senang

ICW: politisasi bansos dan majunya anak presiden di Pilpres 2024

Politisasi bantuan pemerintah untuk masyarakat dengan kategori kurang mampu alias miskin atau jamak disebut bansos itu bukan barang baru di alam demokrasi Indonesia. 

Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW), Egi Primayogha menyebut, fenomena politisasi bansos ini terjadi dari pemilu satu ke pemilu lainnya, termasuk di pemilihan kepala daerah, pemilihan legislatif, hingga pemilihan presiden.

Namun, kata Egi, Pilpres 2024 ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. “Yang membedakan dengan dugaan politisasi bansos hari ini adalah sebarannya yang masif dan sudah terencana secara matang,” kata Egi, Jumat (23/2/2024).

"Banyak cerita bahwa bansos ini dipaksakan untuk di dianggarkan dan digelontorkan sejak sejak anak Jokowi diperbolehkan maju sebagai calon wakil presiden," kata Egi. 

Seperti diketahui, dasar hukum Gibran bisa melenggang dan ikut kontestasi Pilpres 2024 adalah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan permohonan uji materiil yang diajukan yang diajukan seorang mahasiswa bernama Almas Tsaqibbirru Re A. 

“Karena ada putusan MK (Mahkamah Konstitusi( itu yang tentu membedakan dan mengkhawatirkan karena tangan penguasa digunakan untuk mengambil anggaran publik yang, tidak digunakan sebagaimana mestinya,” kata dia.

Menurut ICW, bukti dugaan bansos tersebut dijadikan alat kepentingan pribadi presiden salah satunya yakni dari pola perencanaan, penganggaran hingga penyalurannya.

“Sekarang kita mendengar cerita bahwa ada ada kewenangan instansi baik itu Kementerian ataupun level daerah gitu ya yang dilewati otoritasnya. Itu menunjukkan bahwa supaya bisa disalurkan dan tanpa mendapat ganjalan dari pihak pihak yang tidak setuju akan politisasi bansos itu,” ungkapnya.

Tindakan tersebut dinilai Egi tak patut dan menunjukkan bahwa presiden mengabaikan tata kelola pemerintah yang semestinya dijalankan dengan baik. Kelakuan tersebut, pastinya akan berimplikasi terhadap tujuan awal pemberian bansos yang semestinya untuk membantu kehidupan masyarakat tidak tercapai. 

“Karena kan tujuan pemberian bansos itu misalnya membantu orang membantu masyarakat yang nantinya akan mendapat kesulitan. Jika misalnya ada bencana alam atau misalnya ada bantuan untuk masyarakat miskin itu pada akhirnya tidak tersalurkan dengan baik,” kata Egi.

Baca Juga: Profil Gibran Rakabuming Raka Cawapres Prabowo Subianto, Harta Rp26 M

Baca Juga: Anwar Usman Kembali Langgar Etik, Disanksi Teguran Tertulis

Politisasi bansos memperburuk permasalahan yang sudah ada

Politisasi bansos untuk kepentingan kepentingan jangka pendek Pemilu 2024 menambah persoalan permasalahan kebijakan bantuan sosial yang belum terselesaikan.

“Hanya memang ini lebih besar lagi masalahnya karena digunakan untuk melanggengkan kekuasaan,” kata Egi.

Sebab, hingga kini persoalan bansos di Indonesia masih merupakan persoalan klasik dan mendasar yakni data, terlebih masih sangat tertutup dengan data-data penerima sehingga mempersulit pengawasan.

“Sampai hari ini bahkan tanpa ada politisasi bansos sekalipun. Persoalan bansos ini juga jadi persoalan yang besar. Pendataan misalnya pendataannya sering kali juga salah sasaran,” kata Egi.

Misal, lanjutnya, orang yang semestinya tidak mendapatkan bantuan, malah mendapat bantuan. “Atau sebaliknya yang tidak mendapat yang mestinya mendapat bantuan malah tidak mendapat,” ungkapnya.

6. Bantah politisasi bansos, Jokowi: semua lewat persetujuan DPR

Bansos Beras Dadakan Jelang PemiluPresiden Jokowi tinjau panen raya di Sulawesi Tengah (dok. Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi pun pernah buka suara, menimpali isu bansos yang dipolitisasi pada masa kampanye Pilpres 2024. Jokowi mengatakan, semua mekanisme bansos baik beras maupun uang tunai sudah disetujui DPR.

"Itu semua kan sudah lewat mekanisme persetujuan di DPR, APBN itu jangan dipikir keputusan kami sendiri, sudah seperti dalam mekanisme kenegaraan," ujar Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/2/2024).

Jokowi mengatakan, pembagian bansos harus terus dilakukan dan penting diberikan kepada masyarakat. "Pertama, kita tahu ada kenaikan harga beras di seluruh negara, bukan hanya di Indonesia," ucap dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, pemberian bansos dilakukan agar daya beli masyarakat bisa meningkat. "Kedua, kita ingin memperkuat daya beli rakyat yang di bawah dan itu sudah dilakukan," kata dia.

Lebih lanjut, Jokowi menegaskan, bansos yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sudah disalurkan sejak sebelum masa kampanye Pilpres 2024."Oh, sudah dari dulu kan, dari September (2023)," ujar Jokowi.

Baca Juga: Isu Politisasi Bansos, Jokowi: Mekanismenya Sudah Disetujui DPR

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya