BKKBN: Pola Asuh Anak Jadi Penyebab Balita Stunting

Balita dari keluarga kelas menengah pun bisa kena stunting

Lebak, IDN Times - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan, penyebab utama gagal pola asuh menjadi penyebab stunting atau kekerdilan menimpa anak-anak usia bawah lima tahun (balita).

Hal tersebut dikatakan, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso saat Apel Siaga Tim Pendamping Keluarga (TPK) Bidan, Kader KB, Kader Tim Penggerak PKK Provinsi Banten di Lebak.

"Stunting itu bukan penyakit, tetapi gagal pola asuh," kata Sukaryo, seperti dikutip dari kantor berita ANTARA, Rabu (6/9/2023).

Baca Juga: Stunting di Indonesia, Benang Kusut yang Sulit Diurai

1. Balita dari keluarga menengah ke atas juga rentan kena stunting loh

BKKBN: Pola Asuh Anak Jadi Penyebab Balita Stuntingilustrasi uang (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Sukaryo mengatakan, penderita stunting bukan dimonopoli oleh keluarga miskin saja. Anak dari keluarga menengah ke atas pun bisa mengalami stunting.

"Penyebab stunting itu karena keluarganya tidak memperhatikan anak dengan baik, sehingga gagal dalam pola asuh, seperti balita rewel diberikan permen, coklat, manis-manis dan dipastikan tidak mau makan," ungkapnya.

2. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menekan stunting

BKKBN: Pola Asuh Anak Jadi Penyebab Balita StuntingIlustrasi kegiatan posyandu. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Karena itu, lanjut Sukaryo, dengan strategi percepatan mengatasi stunting, yakni mencegah dari hulu melalui pendekatan keluarga. Landasan hukumnya adalah Undang-Undang (UU) Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga. 

Ada 3 upaya untuk pencegahan stunting dari UU ini. Pertama, pendewasaan usia pernikahan dan jangan sampai menikah di usia muda.  Kedua, pengaturan kelahiran dengan tidak terlalu dekat angka kelahiran dan ketiga intervensi pembinaan ketahanan keluarga.

"Kami meyakini TPK itu terdiri dari bidan, kader KB, dan kader PKK mampu mengatasi pravalensi stunting," kata Sukaryo.

3. Apa itu stunting?

BKKBN: Pola Asuh Anak Jadi Penyebab Balita StuntingIlustrasi pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Stunting atau kekerdilan adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama, di seribu hari pertama kehidupan anak. Kekerdilan ini tidak hanya berdampak pada tinggi dan berat tubuh semata. 

Dikutip dari kemdikbud.go.id, kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Kekurangan gizi sejak dalam kandungan mengakibatkan pertumbuhan otak dan organ lain terganggu, yang mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung.

Tak hanya dari segi kesehatan fisik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menegaskan, stunting menyebabkan perkembangan mental yang lambat hingga penurunan kecerdasan.

Stunting merupakan salah satu permasalahan paling awet di Indonesia. Sudah 77 tahun sejak Indonesia merdeka, di hampir semua wilayah selalu ada saja kasus stunting, tak terkecuali di kota-kota besar notabene menjadi pusat perekonomian rakyat.

Berdasarkan data SSGBI tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen. Artinya, seperti dikutip dari laman kemdikbud.go.id, ada 5,33 juta balita yang stunting.

Baca Juga: Berencana Liburan di Pandeglang? Ini 7 Rekomendasi Hotelnya

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya