BPS: Indeks Ketimpangan Gender di Banten Meningkat

Dimensi kesehatan dan ketenagakerjaan jadi penyebabnya

Serang, IDN Times - Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi Banten tahun 2022 sebesar 0,478. Meningkat 0,003 poin dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 0,475.

Angka tersebut seperti terlihat dalam data IKG yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 lalu.

1. Dimensi kesehatan membuat ketimpangan gender di Banten meningkat

BPS: Indeks Ketimpangan Gender di Banten MeningkatPelabuhan Merak, Banten. (dok. ASDP)

Meningkatnya Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Provinsi Banten dipengaruhi oleh peningkatan dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pasar tenaga kerja.

Dimensi Kesehatan dan Dimensi Ketenagakerjaan merupakan dua dari beberapa dimensi yang digunakan dalam Indeks Ketimpangan Gender (IKG) yang dikembangkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

Peningkatan dimensi kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh meningkatnya indikator perempuan melahirkan tidak di fasilitas kesehatan (MTF) dan indikator perempuan melahirkan hidup pertama berusia di bawah 20 tahun.

"MTF meningkat dari 0,132 menjadi 0,137 tahun 2022, sedangkan MHPK20 meningkat dari 0,254 menjadi 0,261 pada tahun 2022," tulis BPS dalam laporan yang dipublikasi pada Agustus 2023 lalu.

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki yang meningkat lebih tinggi dibandingkan perempuan

BPS: Indeks Ketimpangan Gender di Banten MeningkatDemo mahasiswa dan buruh di Mataram pada peringatan May Day 2024. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sementara, peningkatan dimensi tenaga kerja dipengaruhi oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki yang meningkat lebih tinggi dibandingkan perempuan.

"TPAK laki-laki meningkat dari 80,16 persen menjadi 81,69 persen, sedangkan TPAK perempuan meningkat dari 46,84 persen menjadi 47,17 persen pada tahun 2022," tulis BPS.

3. Ini indikator IKG

BPS: Indeks Ketimpangan Gender di Banten Meningkatfoto hanya ilustrasi (freepik.com/freepik)

Untuk diketahui, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengukur kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Berikut adalah beberapa indikator yang digunakan dalam IKG BPS:

  1. Tingkat melek huruf, tingkat partisipasi dalam pendidikan formal, rasio siswa perempuan terhadap siswa laki-laki di berbagai tingkatan pendidikan, dan akses terhadap pendidikan tinggi.
  2. Tingkat kematian ibu dan bayi, akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, angka kematian akibat penyakit menular dan tidak menular, serta kesenjangan dalam akses dan pemanfaatan layanan kesehatan.
  3. Tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran, tingkat upah antara laki-laki dan perempuan, jenis pekerjaan, akses terhadap peluang karir dan pendidikan yang setara, dan perbandingan jumlah pekerja formal dan informal.
  4. Akses terhadap kepemilikan aset, partisipasi dalam kegiatan ekonomi formal dan informal, serta kesenjangan dalam akses terhadap layanan keuangan dan kredit.
  5. Jumlah perempuan dalam posisi kebijakan dan keputusan politik, seperti anggota parlemen, kepala daerah, dan posisi kepemimpinan di tingkat lokal dan nasional.
  6. Tingkat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan di rumah tangga, komunitas, dan lembaga-lembaga publik, serta kesenjangan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya