China Benteng Wujud Keberhasilan Akulturasi di Tangerang

Cara interaksi dan hidupnya sudah mirip pribumi

Kota Tangerang, IDN Times - Orang China Benteng merupakan Etnis Tionghoa yang mendiami wilayah Tangerang sejak beberapa abad lalu. Umumnya mereka bermukim tak jauh dari aliran Sungai Cisadane yang berhulu di Bogor dan bermuara di Teluk Naga, utara Tangerang.

Dalam sebuah jurnal yang ditulis Euis Thresnawaty S dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung dan dimuat di laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), diterangkan bahwa satu sumber menyebut, kedatangan orang China Benteng sudah berlangsung dari abad 15.

"Mayoritas komunitas China Benteng berasal dari Suku Hokkian yang umumnya bermata pencaharian petani, pedagang, nelayan, dan ahli perkebunan. Mereka telah turun temurun menjadi petani atau buruh tani dan tidak ada perbedaan yang mencolok dengan penduduk pribumi setempat karena pada umumnya mereka sama miskinnya," kata Euis dalam jurnal berjudul Sejarah Sosial-Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang (2015).

1. Contoh pembauran yang berhasil di Indonesia

China Benteng Wujud Keberhasilan Akulturasi di TangerangIDN Times/Muhamad Iqbal

Apabila berbicara mengenai pembauran di Indonesia, lanjut Euis, masyarakat China Benteng di Kota Tangerang merupakan contoh wujud keberhasilan akulturasi atau pembauran di Indonesia.

"Keberadaan Cina Benteng di Tangerang membentuk perpaduan budaya bercorak Indonesia-Tionghoa yang unik dan sarat makna," kata dia.

Secara ekonomi China Benteng adalah etnis Tionghoa yang bisa dikatakan miskin di Indonesia. Mereka umumnya bekerja sebagai buruh, petani, nelayan, dan tukang.

"Secara sosial kelompok ini bisa menyatu dengan kaum pribumi, meski karena politik mereka mengalami kesenjangan sosial," papar Euis.

2. Interaksi dan cara hidup China Benteng sudah mirip pribumi

China Benteng Wujud Keberhasilan Akulturasi di TangerangDok. Pemkot Tangerang

Dalam kesehariannya, kelompok China Benteng memiliki keunikan, di mana interaksi dan cara hidup sudah sangat mirip dengan pribumi. Meski begitu, mereka tidak pernah menghilangkan beberapa tradisi leluhur seperti Pehcun dan Ciotao.

"Pengaruh kehidupan masyarakat China Benteng yang utama adalah menyadarkan kaum Tionghoa dan pribumi melalui contoh keharmonisan yang sesungguhnya diharapkan oleh kedua belah pihak," tulis Euis.

Menurut Euis, dengan melihat kisah China Benteng, maka anggapan negatif terhadap etnis Tionghoa dapat diredam, nilai-nilai positif yang mendidik dari China Benteng dapat diangkat.

"Kekukuhan masyarakat China Benteng dalam menjaga tradisi leluhur merupakan aktualisasi penghargaan, penghormatan, sekaligus ketakutan akan leluhur mereka yang diyakini selalu menjaga, melindungi, dan dekat dengan keseharian hidup mereka," katanya.

3. China Benteng memiliki bentuk fisik mirip pribumi

China Benteng Wujud Keberhasilan Akulturasi di TangerangDok. Pemkot Tangerang

Sementara, Efendi, masyarakat China Benteng yang juga pengamat budaya mengatakan, dari ciri-ciri fisik, dibandingkan dengan etnis Tionghoa yang berada di Kalimantan atau Medan, Tionghoa China Benteng cenderung memiliki kulit sawo matang seperti pribumi pada umumnya.

"Dari segi mata pencaharian, etnis Tionghoa Benteng, terutama yang berada di kampung-kampung, kebanyakan usaha secara pribadi, mulai dari beternak hingga berkebun. Namun, yang tinggal di perkotaan seperti Pasar Lama Tangerang, mereka dominan usaha di kuliner, terutama kuliner nonhalal," ungkap Efendi kepada IDN Times.

Sementara dari akulturasi budaya dan asimilasi, menurut Efendi, yang lebih terlihat yaitu bahasa yang digunakan sehari-hari, lebih banyak menggunakan bahasa campuran, seperti Bahasa Sunda dan Melayu Indonesia.

"Bahkan, banyak sekali yang sudah tidak menguasai Bahasa Tionghoa itu sendiri," ungkapnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya