Ini Hasil Ririungan Besar Tetua Adat Soal Penghapusan "Wisata Baduy"

Suku Baduy minta istilah "wisata Baduy" dihapus

Lebak, IDN Times - Hasil musyawarah besar Lembaga Adat Baduy yang digelar dari Jumat (10/7/2020) menghasilkan beberapa poin. Salah satunya ialah meminta kepada pemerintah pusat untuk menghapus "Wisata Baduy" dan "Destinasi Wisata Baduy".

Permohonan itu hanya berupa penghapusan istilah saja karena pada inti poin-poin hasil musyawarah tersebut, Lembaga Adat Baduy masih memperkenankan kunjungan warga luar Baduy untuk berkunjung. 

Jika ada orang yang ingin mengunjungi maka namanya bukan "wisata Baduy," melainkan "Saba Baduy."

Lantas apalagi hasil musyawarah tersebut?

Baca Juga: Polemik Surat Ke Jokowi, Suku Baduy Akan Adakan Pertemuan Besar

1. Lembaga Adat Baduy tak surati Jokowi untuk minta dihapus dari destinasi wisata

Ini Hasil Ririungan Besar Tetua Adat Soal Penghapusan Wisata BaduyDok. Uday Suhada

Pada poin pertama rumusan tersebut menyebutkan, Lembaga Adat Baduy membantah klaim Heru Nugroho cs yang mengaku mendapat mandat dari Lembaga Adat Baduy untuk mengirimkan surat ke Presiden Joko 'Jokowi' Widodo agar Baduy dihapus dari destinasi wisata.

Usai pertemuan dua hari itu, diketahui bahwa permintaan itu hanya dilakukan oleh beberapa tetua adat yang kemudian tidak bisa direpresentasikan sebagai Lembaga Adat Baduy.

2. Lembaga adat minta istilah wisata diganti menjadi " Saba Baduy"

Ini Hasil Ririungan Besar Tetua Adat Soal Penghapusan Wisata BaduyANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Poin selanjutnya, membantah bahwa Baduy tertutup dari tamu yang hendak bersilaturahmi. Lalu, selanjutnya, Lembaga Adat Baduy memohon kepada Pemerintah Pusat dan Daerah agar menghapus istilah "Wisata Baduy," "Destinasi Wisata Baduy," dan sejenisnya, dan menggantinya dengan istilah "Saba Budaya Baduy," baik berupa petunjuk jalan, bilboard maupun maupun nomenklatur yang ada di departemen atau dinas maupun yang masih menggunakan istilah "Wisata Baduy".

"Lembaga Adat Baduy meminta kepada Pemerintah Pusat dan Daerah, media massa, pengguna medsos agar mulai saat ini merubah istilah Wisata Baduy menjadi Saba Budaya Baduy," demikian tertulis pada poin terakhir rumusan musyawarah itu.

3. Kata "wisata" cenderung berkonotasi suku Baduy menjadi tontonan

Ini Hasil Ririungan Besar Tetua Adat Soal Penghapusan Wisata BaduyIDN Times/Muhamad Iqbal

Aktivis dan Budayawan Banten, Uday Suhada yang turut ikut dalam musyawarah atau riungan besar itu berpendapat, poin-poin rumusan itu sesuai dengan Perdes No.1 tahun 2007 tentang Saba Budaya dan Perlindungan Masyarakat Adat Kanekes (Baduy).

"Kebetulan waktu menyusun draft Perdes tersebut, sy terlibat dan diberi kepercayaan oleh lembaga adat. Mengapa harus SABA, bukan wisata? Karena makna 'wisata' itu konotasinya negatif, menjadikan Baduy sebagai tontonan," jelas Uday kepada IDN Times, Sabtu (11/7/2020).

Sedangkan makna "SABA" adalah bersilaturahmi, saling menghormati adat istiadat masing-masing. "Lebih dari itu Saba bermakna saling melindungi, saling menjaga," kata dia. 

4. Kunjungan ke Baduy, harus diubah dari "wisata" menjadi "silaturahmi"

Ini Hasil Ririungan Besar Tetua Adat Soal Penghapusan Wisata BaduyANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Uday mengatakan, oleh karena itu, jika para pihak memang memiliki komitmen yang sama untuk menjaga komunitas adat Baduy, mulai saat ini cara pandang kita harus diubah, menjadi "silaturahmi budaya" atau "Saba Budaya Baduy".

"Sebelum ke Baduy, sebaiknya baca dulu perdes Saba Budaya Baduy," tegas Uday.

Baca Juga: Kirim Surat Terbuka Ke Jokowi, Masyarakat Adat Baduy Ungkap Kekecewaan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya