Kenaikan Harga Telur "Memukul" Para Pengusaha Warteg di Pamulang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lebak, IDN Times - Kenaikan harga komoditi bahan pangan, khususnya telur ayam boiler, sangat dirasakan oleh kalangan pengusaha warung nasi warteg. Pemilik warteg pun menghadapi dilema karena tak ingin kehilangan pelanggan karena harus menaikkan harga dagangan.
. "Saya beli telur di harga Rp29,5 (ribu per kilogram). Ya, biasanya palingan biasanya 22- 23 (ribu)," kata Rudi, pemilik di Jalan Benda Barat, Kecamatan Pamulang, Senin (29/8/2022).
Baca Juga: Naik Drastis, Harga Telur Ayam di Kota Serang Tembus Rp36 Ribu per Kg
1. Pemilik warteg: kalau harga makanan dinaikkan, pelanggan akan kabur
Rudi mengaku hanya bisa mengelus dada, di tengah kenaikan telur. Pria 44 tahun itu juga tak berani berspekulasi dengan menaikkan harga paket makanan. Dia memilih untung sedikit asal pelanggan tetap datang ke warung nasinya.
"Keuntungannya juga semakin menipis. Harga sementara ditahan dulu dong. Kan baru kemarin corona. Nanti kalau seumpamanya langsung dinaikin, pelanggan pada kabur," kata dia.
2. Harga sejumlah komoditas bahan pokok juga naik
Rudi mengatakan, sebelum adanya kenaikan harga telur, dia sudah dibikin khawatir oleh kenaikan harga cabai di pasaran yang dibanderol hingga Rp100 ribu per kilogram (kg), harga komoditi itu biasanya hanya antara Rp40-45 ribu per kilogram.
"Bawang merah sempat seharga Rp60 ribu dari biasanya Rp40 ribu," kata dia.
3. Rudi: Pemerintah, tolong jaga stabilitas harga
Kini, lanjut Rudi, harga isi gas ukuran ukuran 3 kg atau gas melon Rp22 ribu dari sebelumnya Rp20 ribu per tabung. Tempe sebelumnya Rp8 ribu jadi Rp10 ribu selonjor.
Lalu tahu kuning awalnya Rp500 sekarang Rp1.000 per potong. Rudi menyebut, belum lagi dia harus menutupi harga sewa kontrakan bangunan warteg serta bayar upah karyawan.
"Ngontrak gak ada kata corona. Kalau secara matematika gak keuber, tiap tahun ngutang di bank," kata Rudi.
Keluhan senada disampaikan Teti, pemilik warteg lainnya di kawasan Pamulang. Ia satu suara dengan Rudi, berharap pemerintah dapat menjaga stabilitas harga-harga kebutuhan pokok.
"Turuninlah harga sembako. Kasian. Kalau yang ada mungkin gak masalah, ke supermarket bawa uang selesai. Tapi yang enggak ada. Apalagi pedagang, warteg banyak teriak," ujar Teti.
Baca Juga: Lagi, Seorang Santri Dikeroyok Hingga Tewas di Tangerang