Melihat Kembali Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan yang Mati Suri

Jalur ini mati dalam 36 tahun terakhir

Pandeglang, IDN Times - Pemerintah tengah menyiapkan rencana reaktivasi jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan. Proyek ini akan dibagi menjadi dua segmen.

Pertama segmen Rangkasbitung-Pandeglang memiliki panjang 18,7 kilometer dan akan direaktivasi pada Tahun Anggaran 2019-2021. Kedua segmen Pandeglang-Labuan sepanjang 37,7 kilometer pada Tahun Anggaran 2020-2022.

Secara fisik, jalur kereta api di bagian barat Pulau Jawa itu sudah tidak beroperasi, bahkan banyak dari bagian-bagian jalur itu hilang dan beralih fungsi ini, menjadi saksi sejarah dominasi transportasi kereta api di wilayah Banten.

Berdasarkan buku Mosaik Perjuangan Kereta Api, Perusahaan Kereta Api, Bandung 1995, Boekoe Peringatan dari Staatsspoor & Tramwegen Hindia Belanda 1875-1925 dan Topografische Inrichting Weltevreden, 1925, jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan dibangun pada 1906 oleh Staatsspoorwegen (SS), salah satu dari beberapa perusahaan kereta api pada zaman Hindia Belanda.

Pada 1945, pengoperasian jalur ini diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), perusahaan kereta api yang dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Kini, jalur kereta api yang menghubungkan Labuan, Pandeglang dengan Rangkasbitung, Lebak, Banten, termasuk dalam Wilayah Aset Pt. Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Oprasional I, Jakarta.

Baca Juga: Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Beroperasi Tahun 2021

1. Kini, ada 14 stasiun yang mati. Di masanya, stasiun-stasiun itu pernah ramai

Melihat Kembali Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan yang Mati SuriWikipedia

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pandeglang, selain stasiun Rangkasbitung ada 14 stasiun kereta api yang pernah ramai di Pandeglang pada zamannya.

Stasiun-stasiun itu meliputi Stasiun Pandeglang kode PDG, Stasiun Cibiuk Kecamatan Banjar kode CBI, Stasiun Cimenyan kode CMY, Stasiun Kadukacang Kecamatan Cipeucang kode KDK, Stasiun Sekong Kecamatan Saketi kode SE, Stasiun Cipeucang Kecamatan Cipeucang kode CPG, Stasiun Cikaduwen Kecamatan Saketi kode CWN, dan Stasiun Saketi kode STI.

Lalu Stasiun Sodong Kecamatan Saketi kode SOG, Stasiun Kenanga Kecamatan Menes kode KNA, Stasiun Menes kode MNS, Stasiun Babakanlor Kecamatan Cikedal kode BBR, Stasiun Kalumpang kode KAL, terakhir Stasiun Labuan kode LBN.

Kini, jalur-jalur itu sudah tidak lagi beroperasi. Sebagian besar stasiun beralih fungsi menjadi rumah, gudang, dan sebagainya.

2. Ditutup karena kalah bersaing dengan moda transportasi lain

Melihat Kembali Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan yang Mati SuriARSIP NASIONAL

Dalam dekade 1950 sampai 1960 akhir, lalu lintas ini cukup ramai dengan perjalanan kereta penumpang dan barang sebanyak 5 kali sehari pulang pergi.

Hingga memasuki awal tahun '80, jalur ini mulai kehilangan gairah, dan pada 1984 jalur ini ditutup oleh pemerintah karena kalah bersaing dengan moda transportasi massal lainnya.

Pegiat sejarah kereta api Indonesia, Misbah Priagung Nursalim menjelaskan, fungsi utama kereta api yang dirintis Belanda awalnya untuk mengangkut hasil bumi, hal itu dapat dilihat dari rutenya yang menghubungkan perkebunan, area pertanian dengan pelabuhan.

"Di era Jepang, rel yang ada sebagian dipindah ke Myanmar. Setelah kemerdekaan kereta mengedepankan angkutan penumpang. Namun, beberapa daerah peminatnya sedikit. Dari pada PJKA waktu itu terus merugi karena peminatnya jarang, makanya dimatikan," kata Misbah kepada IDN Times, beberapa waktu lalu. 

3. Rencana reaktivasi jalur Rangkas-Labuan dimulai di 2019

Melihat Kembali Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan yang Mati SuriWikipedia

Misbah menerangkan, kini pemerintah melalui KAI melirik rute-rute mati tersebut lantaran arus transportasi masyarakat semakin hari semakin meningkat.

"Sekarang rute-rute tersebut dihidupkan lagi karena animo masyarakat ke bus sangat tinggi. Makanya KAI mau mengambil pasar bus di jalur-jalur yang sempat dimatikan," kata Misbah.

Diketahui, setelah 35 tahun mati dan kehilangan banyak bekas peninggalannya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dipastikan akan menghidupkan kembali jalur kereta Rangkasbitung-Labuan.

Proses reaktivasi jalur kereta api ini sebetulnya sudah dimulai sejak 2019 dengan pembentukan tim terpadu berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Perkeretapian Kementerian Perhubungan Nomor UM.002/17/BPWJB/I/2019.

Tim terpadu melibatkan Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kabupaten Lebak, Pemerintah Pandeglang, Kepolisian, dan Kodim.

4. Pengoperasian kembali jalur mati akan meningkatkan perekonomian masyarakat

Melihat Kembali Jalur Kereta Rangkasbitung-Labuan yang Mati Suri(IDN Times/Muhamad Iqbal)

Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, menyambut positif jalur kereta api (KA) Rangkasbitung-Labuan dioperasikan kembali, karena bakal berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah itu.

"Kita yakin pengoperasian jalur KA itu banyak keuntungan, terlebih kebijakan pemerintah daerah mengoptimalkan sektor pariwisata," kata seorang petugas Dinas Perhubungan Kabupaten Lebak, Asep Topik Hidayat, di Lebak, beberapa waktu lalu. 

Pembangunan reaktivasi jalur KA yang akan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat itu juga membebaskan Kabupaten Lebak dan Pandeglang dari daerah tertinggal.

Pengoperasian jalur KA itu secara langsung membuka akses ekonomi antara wilayah barat dengan bagian utara Provinsi Banten yang lebih maju.

Asep mengatakan, Pemkab Lebak siap melakukan pendataan terhadap ribuan kepala keluarga yang menempati lahan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Pendataan ulang dan pemetaan jalur perlu dilakukan karena jalur Rangkasbitung-Labuan sepanjang sekitar 70 km dihentikan operasinya pada 1980-an.

Baca Juga: Jalur Kereta Api Berencana Dibangun di Bali, Desainnya Harus Berbeda

Topik:

  • Sunariyah
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya