Mengenal Ki Pantun, Pencerita dari Suku Baduy

Ki Pantun biasanya bercerita dengan durasi 4 jam lebih

Lebak, IDN Times - Tradisi bercerita atau ber-sastra lisan, sudah menjadi tradisi mengakar yang dilakukan turun-temurun di wilayah Banten selatan dan tatar Sunda secara umum. Di Suku Baduy, pencerita ini mendapat gelar sebagai Ki Pantun. 

Tradisi tersebut bukan hanya sekedar ada seorang memperdengarkan sebuah cerita, melainkan sebagai sarana ritual bagi warga adat suku Baduy di Desa Kanekes, Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Niduparas Erlang, peneliti sastra lisan dari Serang menyebut bahwa tradisi bercerita di Baduy tersebut disebut Carita Pantun, yang dilakukan oleh seorang warga yang memiliki kemampuan tersebut yang diberi julukan oleh warga dengan nama Ki Pantun.

Baca Juga: Mau Liburan Ke Baduy Naik Transportasi Umum? Nih Tipsnya

1. Ki Pantun berperan dalam ritual adat Baduy

Mengenal Ki Pantun, Pencerita dari Suku BaduyIDN Times/Muhamad Iqbal

Kepada IDN Times, dosen Fakultas Sastra Universitas Pamulang ini menjelaskan bahwa di Baduy juru pantun atau Ki Pantun bukan pejabat adat, mereka merupakan masyarakat biasa yang memiliki kemapuan khusus, yakni bercerita yang dilakukan pada ritual adat, misal pernikahan atau penanaman padi.

"Kalau di luar Baduy mungkin mereka bisa dikatakan seniman. Di Subang misalnya ada Mang Ayi, dia bisa dikatakan seniman, karena punya padepokan. Tapi kalau di Baduy itu fungsinya ada di dalam ritual, Carita Pantunnya jadi bagian ritual, dan ritualnya banyak, ritual bertani, ritual mendirikan rumah baru dan sebagainya," ungkapnya, Kamis (16/3/2023) malam.

Secara mendasar, peran Ki Pantun dibutuhkan oleh masyarakat ketika hendak melaksanakan suatu ritual.

2. Carita Pantun Baduy berkisah tentang epos

Mengenal Ki Pantun, Pencerita dari Suku BaduySuku Baduy (IDN Times/Muhammad Iqbal)

Carita Pantun itu namanya. Bukan pantun berisi cerita, umumnya tradisi ini berbentuk epik atau epos. Epik atau epos adalah sejenis karya sastra tradisional yang menceritakan kisah kepahlawanan.

"Dia bukan seperti pantun Melayu yang berisi empat larik, itu cuma ada di Tatar Sunda, dan di Sunda itu namanya Carita Pantun," kata Nidu.

Carita Pantun sebetulnya nyanyian panjang sang Ki Pantun. Secara struktur karya Carita Pantun menyerupai prosa. Kamu masih ingat arti prosa kan?

Ya, prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang disampaikan menggunakan narasi. Penulisan prosa menggabungkan bentuk monolog dan dialog. Sebagian besarnya berbentuk epos dan sebagian bentuknya puisi.

"Carita Pantun secara sederhana contohnya adalah Lutung Kasarung. Itu Carita Pantun pada awalnya sebelum diadaptasi atau (ekranisasi/alih wahana) menjadi cerita rakyat diadaptasi jadi novel bahkan, bahkan film," kata Nidu.

Carita Pantun ini serupa dengan seni bercerita di banyak daerah. Kata Nidu, misal di Riau itu namanya Nyanyian Nyanyi Panjang, di Sumatera Barat ada yang disebut sebagai Kaba atau juga disebut sebagai Sijobang.

Baca Juga: Kisah Mul, Pemuda yang Jadi Guru Bagi Anak-anak Baduy

3. Ki Pantun biasanya bercerita 4 hingga 6 jam

Mengenal Ki Pantun, Pencerita dari Suku BaduyIDN Times/Muhamad Iqbal

Carita Pantun di Baduy merupakan pertunjukan ritual, di mana Ki Pantun membawakan ceritanya ini sendirian dengan bertutur dengan nada tertentu.

Ki Pantun membawakan ceritanya ini menggunakan alat musik kecapi secara sendirian dan monoton selama empat hingga enam jam dengan beberapa kali jeda pada ritual tertentu. 

"Itu gak bisa dikatagorikan sebagaimana pengertian pertunjukan pada umumnya, yang bisa ditonton, karena monoton.Dan kalau di Baduy bukan hiburan," kata dia.

Kosa kata yang dilafalkan Ki Pantun merupaka bahasa Sunda yang sangat kuno, yang beda dengan praktik bahasa mereka sehari-hari.

4. Ada 23 Ki Pantun di Baduy

Mengenal Ki Pantun, Pencerita dari Suku BaduyANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Menurut penelitian Nidu, terdapat 23 orang yang mendapat julukan Ki Pantun oleh warga adat Suku Baduy. "Tapi memang engga kelihatan karena fungsinya dan tidak diekspose, dan mereka hanya ada dalam ritual sakral dan ritualnya juga engga bisa dihadiri orang (di luar Baduy)," kata dia.

Nidu mencontohkan, salah satu Ki Pantun saja perlu waktu tujuh tahun untuk belajar dari enam guru, agar bisa melafalkan Carita Pantun.

Sebab, menjadi Ki Pantun di Baduy bukan untuk menjadi seorang seniman pertunjukan, sebab mereka berperan dalam ritual-ritual penting yang warga adat lakukan.

Selain itu, tradisi membawakan Carita Pantun di Baduy sendiri memiliki perbedaaan dengan daerah tatar sunda lain. Perbedaan yang paling mencolok itu, menurut Nidu, orang Baduy harus menghadap arah mata angin tertentu ketika bercerita. "Itu yang tidak dimiliki oleh dari daerah lain," kata dia.

Dan itu, lanjutnya, tergantung hari apa mereka membawakannya, mereka punya aturan malam apa menghadap mata angin apa. "Dan itu bukan aturan adat, tapi semacam pengetahuan tradisional, karena itu bukan milik juru pantun saja. Misalnya untuk pergi ke kebun hari apa, mereka harus pergi ke arah mana," ungkapnya.

5. Sekilas tentang peneliti Niduparas Erlang

Mengenal Ki Pantun, Pencerita dari Suku BaduyDok. IDN Times/Nidu

Niduparas Erlang lahir di Serang, 11 Oktober 1986. Menulis cerpen, novel, esai, kritik sastra. Novel pertamanya, Burung Kayu (Teroka Press, 2020) merupakan “Naskah yang Menarik Perhatian Dewan Juri” Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019 dan meraih Kusala Sastra Khatulistiwa 2020 kategori prosa.

Kumpulan cerpennya, La Rangku (2011) memenangi Sayembara Manuskrip Cerpen Festival Seni Surabaya 2011 dan Penanggung Tiga Butir Lada Hitam di Dalam Pusar (2015) memenangi Sayembara Menuskrip Cerpen Siwa Nataraja Award 2015.

Ia menyelesaikan pendidikan pascasarjana pada Departemen Ilmu Susastra (Peminatan Kajian Tradisi Lisan), Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Ia mengelola Komunitas Aing, fasilitator Laboratorium Banten Girang, direktur Festival Seni Multatuli (FSM) 2021 di Rangkasbitung, dan tenaga pengajar pada Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Saat ini, ia sedang melakukan riset untuk dokumentasi pengetahuan/karya maestro carita pantun dari Kanekes.

Baca Juga: Tokoh Adat Baduy: Wisatawan, Jangan Buang Sampah Sembarangan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya