Pemkot Tangsel Sedang Kaji Insentif Bagi Siswa Saat Belajar Online

Pemkot juga siapkan skema untuk PAUD dan TK

Tangerang Selatan, IDN Times - Kegiatan belajar mengajar jarak jauh menggunakan perangkat teknologi (gawai) atau disebut belajar online menimbulkan sejumlah persoalan. Salah satunya, biaya paket data yang cenderung lebih banyak dari biasanya.

Bagi masyarakat ekonomi mampu hal itu takkan berarti, namun lain halnya dengan masyarakat kelas bawah. 

Baca Juga: Tantangan Tahun Ajaran Baru di Tengah PJJ yang Sarat Kendala

1. Benyamin tengah siapkan beberapa langkah

Pemkot Tangsel Sedang Kaji Insentif Bagi Siswa Saat Belajar OnlineBenyamin Davnie saat dipanggil Bawaslu Tangsel (ISTIMEWA)

Menyikapi hal tersebut, Pemkot Tangsel saat ini tengah mengkaji kebijakan untuk mengatasi persoalan ini. Hal tersebut diungkapkan Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie.

"Sedang dibahas oleh teman-teman di Dinas Pendidikan. Apakah misalnya ada sistem peminjaman alat teknologi komunikasinya (gawai)," ujar Benyamin Davnie, Kamis (16/7/2020).

2. Skema pemberian pulsa juga tengah dikaji

Pemkot Tangsel Sedang Kaji Insentif Bagi Siswa Saat Belajar OnlineIlustrasi uang (IDN Times/Mela Hapsari)

Nanti, lanjut Benyamin, apakah dibeli oleh Pemerintah kota kemudian dipinjamkan kepada orangtua murid, atau misalnya membantu membeli pulsanya.

Benyamin mengatakan, selain pembahasan tentang bantuan fasilitas, Pemkot Tangsel juga tengah mengkaji penerapan KBM, khusus pada tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK).

3. Pemkot juga siapkan skema untuk PAUD dan TK

Pemkot Tangsel Sedang Kaji Insentif Bagi Siswa Saat Belajar OnlineIlustrasi Balita (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Penerapan KBM khusus dinilai perlu untuk tingkat PAUD dan TK. Pasalnya menurut dia, proses pembelajaran pada tingkat tersebut belum dapat dilakukan secara darling. 

"Bagaimana dengan TK dan PAUD? Gak mungkin dong belajar daring. Itu juga sedang dibahas, antara lain solusinya kelompok belajarnya dibuat lebih kecil lagi dan dilakukan pembelajaran di salah satu rumah orangtua murid secara bergiliran," katanya.

"Biasanya kan 10 orang per kelas. Misalnya ini dibuat 5 anak dulu, pertama belajar di rumah si A. Minggu depannya belajar di rumah si B. Kayak gitu jadi bergiliran, sekarang ini inovasi harus keluar," kata dia. 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya