Peran Pemuka Agama Penting dalam Upaya Pencegahan Stunting
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandeglang, IDN Times - Penanganan bayi stunting tak hanya soal menekan angka penderitanya, melainkan juga mencegah kasusnya. Salah satu upaya pencegahan yang mutlak diketahui adalah pengetahuan gizi anak dan pentingnya imunisasi.
Sekretaris Jenderal Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat, Yuli Supriati dalam diskusi yang diselenggarakan oleh AJI Jakarta menyampaikan, di beberapa daerah semestinya peran pemuka agama menjadi penting dalam upaya sosialisasi.
"Karena mereka mungkin lebih didengar, lebih dipercaya ketimbang tenaga kesehatan itu sendiri, untuk imunisasi misalnya," kata Yuli dikutip dari kanal Youtube AJI Jakarta, Minggu (7/8/2022).
Baca Juga: 294.862 Balita di Banten Alami Stunting, Tertinggi Ada di Pandeglang
1. Penanganan stunting tak bisa disamaratakan
Kata Yuli, penanganan stunting secara preventif tak bisa disamaratakan se-Indonesia karena setiap daerah memiliki adat-istiadat yang berbeda-beda.
Untuk itu, pemerintah daerah perlu menggandeng pemuka agama, adat hingga tokoh masyarakat untuk penanganan stunting.
"Bagaimana seorang ustaz atau ustazah memberika pemahaman kepada anak-anak untuk vaksin dengan baik itu bisa mudah diterima," kata Yuli.
2. Jangan hanya fokus pada pencegahan kenaikan kasus stunting
Jadi, lanjutnya, kita tidak hanya fokus menekan angka stunting supaya jangan naik, tapi malah lupa pada persoalan yang utama, yaitu bagaimana kita mengatasi yang sudah stunting.
"Itu kan banyak juga angkanya. Bagaimana kita misalnya, menyembuhkan yang sakit yang gizi buruk ini. Jangan sampai menurun ke anaknya," ungkapnya.
3. Dampak stunting pengaruhi kecerdasan dan kepercayaan diri anak
Stunting adalah masalah kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang lama yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik anak, sehingga tinggi badannya lebih pendek dari standar usianya.
Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, di mana dalam jangka pendek berpengaruh pada kemampuan kognitif.
Dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental dan rendahnya kemampuan belajar, sehingga mengurangi kapasitas untuk berpendidikan lebih baik dan hilangnya kesempatan bekerja dengan pendapatan lebih baik. Muara dari persoalan itu adalah kualitas sumber daya manusia sebagai kunci pembangunan peradaban tak optimal.
Baca Juga: Perbaikan Jamban, Program Kurangi Angka Stunting di Lebak