Radio Masih Jadi Media Pengantar Tidur di Tengah Digitalisasi

Bagi pendengar setia, sandiwara jadi program paling membekas

Tangerang Selatan, IDN Times - Sejak puluhan tahun silam, mendengarkan radio menjadi ritual pengantar tidur bagi Zeid Bin Sef (67), seorang warga Gunung Sindur, Bogor.

Bagi Zeid yang sudah mendengarkan radio semasa dia kecil di era 60'an , ia tak pernah melewatkan meski beragam jenis hiburan multimedia hadir mengikuti perkembangan zaman.

1. Radio sempat menjadi hiburan terbaik dan satu-satunya

Radio Masih Jadi Media Pengantar Tidur di Tengah DigitalisasiIDN Times/Debbie Sutrisno

Kepada IDN Times, Zeid bercerita bahwa kebiasaannya yang muncul dari keluarga yang selalu memutarkan radio. Dari hanya RRI yang memutar informasi berita, hingga radio-radio swasta dan lokal bermunculan.

"Dari tahun 60'an sudah dicekokin radio. Ya dulu kan memang radio doang hiburan, belum ada televisi, semua perkembangan ada di radio," kata dia.

Baca Juga: Romantisme Era Radio; Menjadi Gaul, Cari Jodoh, dan Disrupsi Digital

2. Sandiwara radio paling membekas di hati

Radio Masih Jadi Media Pengantar Tidur di Tengah DigitalisasiIDN Times/Debbie Sutrisno

Dia masih ingat betul beberapa hiburan di radio yang paling melekat di hatinya, yakni sandiwara dengan kisah-kisah pendekar seperti Saur Sepuh atau Tutur Tinular.

"Itu seru banget sandiwara radio kalau dulu, tapi sudah gak ada kalo sekarang. Radio-radio juga sudah gak terlalu menarik buat saya kecuali Elshinta (radio berita) menjadi teman tidur," kata dia.

3. Radio komedi sempat menjadi primadona

Radio Masih Jadi Media Pengantar Tidur di Tengah DigitalisasiIDN Times/Helmi Shemi

Radio komedi pun pernah menjadi saluran yang ia tunggu pada zamannya, seperti acara yang dulu dibawakan oleh grup lawak Warkop DKI di stasiun Radio Prambors.

"Kalau sekarang masih ada di Bens Radio, tapi ya sudah terlalu modern. Seumuran saya gak bisa menikmati, yah," ungkapnya.

4. Generasi Zeid saat ini hanya menyukai radio berita

Radio Masih Jadi Media Pengantar Tidur di Tengah DigitalisasiIDN Times/Debbie Sutrisno

Kini, Zeid hanya mendengarkan radio yang menarik bagi generasi seusianya, seperti siaran berita dari dalam maupun luar negeri melalui berita alih bahasa seperti yang ia dengarkan di beberapa radio berita.

"Kadang masih ada tuh, BBC London di radio berita, ada DW Jerman, ada NHK Jepang. Sekarang paling nikmat dengar radio, ya, cuma berita, sih," kata dia.

Baca Juga: Kala Radio Lawas Medan Beradaptasi dengan Zaman untuk Bertahan

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya