Suku Baduy dan Perayaan Kemerdekaan RI 

#MenjagaIndonesia Apa harapan masyarakat Baduy?

Lebak, IDN Times - Bagi masyarakat Suku Baduy, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu adalah negara berdaulat dan mereka pun mengakui dirinya adalah bagian dari dari NKRI.

Hal itu dapat dilihat dari salah satunya, pada saat upacara kemerdekaan lembaga adat itu mengirimkan delegasi untuk mengikuti upacara di tingkat desa hingga kabupaten.

"Biasanya bergabung di tingkat kecamatan dan kabupaten seperti kemarin 17 Agustus mengirim delegasi 40 orang dengan memperhatikan protokol," kata Kepala Pemerintahan Baduy, Jaro Saija saat dihubungi IDN Times, Selasa (18/8/2020).

Baca Juga: [FOTO] Khidmat Hingga Seru, Suasana 17 Agustusan di Banten

1. Baduy dan Sukarno pernah dekat, buktinya ada budaya pelarangan turis asing

Suku Baduy dan Perayaan Kemerdekaan RI Proklamator Republik Indonesia, Wakil Presiden Mohammad Hatta (kiri) dan Sukarno (kanan) dalam sebuah pertemuan di masa Revolusi Nasional antara tahun 1945 hingga 1949. (Dok. Perpustakaan Nasional)

Bentuk lain dari pengakuan itu juga terjadi dari awal-awal kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Presiden pertama Indonesia, Sukarno, berhubungan dengan masyarakat Baduy. Sisa sejarah itu dapat dilihat dari tradisi pelarangan warga asing dari Belanda dilarang masuk ke Baduy dalam.

"Sejarahnya Presiden Sukarno pernah ditemui di istana dan pernah berkunjung ke Baduy dari situ di Baduy ada larangan kulit putih (bule) Belanda tidak boleh ke Baduy dalam (hingga saat ini)," kata Saija.

2. Baduy masih memimpikan agar kepercayaan mereka diakui

Suku Baduy dan Perayaan Kemerdekaan RI IDN Times/Muhamad Iqbal

Jaro Saija mengungkapkan, masyarakat Suku Baduy masih memimpikan diakui secara utuh, terutama mengenai kepercayaannya dalam beragama.

"Yang pasti lembaga adat Baduy sejak dulu ingin memperjuangkan bersama sama dengan aliansi adat nusantara untuk memperjuangkan masyarakat adat tadi karena kita ingin mendapat perlindungan dan sudah selayaknya saya kira pemerintah segera menetapkan UU Masyarakat Adat," kata Saija.

Karena, lanjutnya, masyarakat adat masih berhadapan dengan masalah klasik, soal lahan hak ulayat, pengakuan negara terhadap kepercayaan Baduy di kolom KTP masih tertulis Islam atau kosong.

Baca Juga: 75 Tahun Indonesia Merdeka, Ini Harapan Masyarakat Sunda Wiwitan

3. Baduy meminta Pemerintah jaga alam tetap lestari

Suku Baduy dan Perayaan Kemerdekaan RI Baduy (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Semntara itu, Budayawan dan Aktivis Banten, Uday Suhada mengatakan warga suku Adat Baduy sendiri sering menyampaikan di setiap acara tahunan Seba Baduy meminta Pemerintah menjaga alam tetap lestari.

Uday mengungkap, Suku Baduy memiliki pikukuh, yakni gunung ulah dilebur lebak ulah diruksak. "Artinya gunung jangan ditebangi pohon, danau jangan dirusak. Itu bukan untuk penerus bangsa tapi untuk kehidupan makhluk yang lainnya," kata Uday kepada IDN Times.

Uday mengatakan, hal itu dibuktikan di Baduy dalam. "Orang Baduy dalam tidak gunakan sabun, odol, sampo tujuannya mereka khawatir jika mereka di hulu sungai menggunakan zat kimia tadi kehidupan di hilir jangan sampai terganggu," kata Uday.

Baca Juga: Jaga Kelestarian Budaya, Pengunjung ke Baduy Dibatasi

Baca Juga: Pemerintah Ganti "Wisata Baduy" Jadi Saba Baduy!

https://www.youtube.com/embed/OWyiKdPmPbM

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya