Warga Banten Harus Waspadai Gempa Besar di Seismic Gap Selat Sunda

Gempa besar akan terjadi, tapi waktunya tak ada yang tahu

Pandeglang, IDN Times - Gempa bermagnitudo 6,6 yang terjadi Jumat (14/1/2022) meluluhlantakkan ribuan rumah dan banyak fasilitas umum di sejumlah daerah, terutama Pandeglang yang dekat dari pusat gempa. 

Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa yang berpusat di Sumur, Pandeglang merupakan tanda potensi gempa yang lebih besar di kawasan yang disebut sebagai seismic gap itu.

Lalu apa sih seismic gap itu?

Baca Juga: Total 3.078 Rumah Rusak Usai Gempa M 6,6 Berpusat di Pandeglang

1. Adalah zona kekosongan gempa

Warga Banten Harus Waspadai Gempa Besar di Seismic Gap Selat SundaGempa Mag 6.7 di Banten pada Jumat (14/1/2022). (twitter.com/infoBMKG)

Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, secara sederhana seismic gap berasal dari dua kata. 'Seismic' itu gempa dan 'gap' itu artinya  kekosongan.

Jadi seismic gap itu wilayah atau zona yang sudah mengalami kekosongan gempa besar.

"Kalau kita melihat Selat Sunda itu kan dari sejarah gempanya, itu kan gempa di atas 8 Magnitudo itu belum ada. Di atas 7,5 itu ga ada, mungkin sejak 350 tahunan berabad-abad," kata Daryono kepada IDN Times, Rabu (19/1/2022).

Secara spesifik, Selat Sunda menjadi wilayah seismic gap lantara wilayah yang satu lajur dengannya yakni, Pangandaran dan Bengkulu sudah mengeluarkan energi dan kemudian yang disebut sebagai gempa.

"Tapi perlu diingat, tahun 2006 itu ada tsunami Pangandaran itu 7,8.  Kemudian di Bengkulu tahun 2008 itu 8,5 Magnitudo, dua gempa ini memicu tsunami. Artinya ini semakin mengokohkan bahwa Selat Sunda itu disebut sebagai zona kekosongan gempa besar yang berada di antara dua gempa yang sudah rilis, sudah lepas energinya," kata dia.

2. Saat ini sedang berlangsung tegangan energi yang timbulkan gempa

Warga Banten Harus Waspadai Gempa Besar di Seismic Gap Selat SundaIlustrasi Gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Artinya, lanjut Daryono, kemungkinan besar di Selat Sunda itu sedang berlangsung akumulasi medan tegangan. "Karena kanan kirinya sudah lepas. Ini (Selat Sunda) belum, berarti bisa terjadi suatu saat karena memang secara sumber itu sama yang di Pangandaran maupun Bengkulu satu jalur namanya lajur tunggal," terang Daryono.

Baik Pangandaran, Selat Sunda, maupun Bengkulu itu satu lajur dan itu sama-sama daerah aktif. Di sisi lain, Pangandaran Selat Sunda, Bengkulu sama-sama daerah yang tertekan oleh lempeng Australia mendesak dari selatan.

"Kok yang lepas hanya Pangandaran dan Bengkulu, yang tengah kok belum? Berarti bisa lepas sewaktu-waktu yang kita tidak tahu kapan itu. Itu namanya potensi," kata dia.

Daryono menganalogikan, fenomena seismic gap seperti orang sudah lama tak buang air besar.

"Orang sudah lama ga bongkar muat, sekalinya bongkar muat banyak. Seperti orang sedang hamil suatu saat akan melahirkan, cuma waktunya harinya jamnya tidak ada yang tahu," kata dia.

Baca Juga: BPS: 852 Ribu Orang di Banten Berstatus Miskin

3. Gempa besar diprediksi terjadi, tapi tak ada yang tahu kapan

Warga Banten Harus Waspadai Gempa Besar di Seismic Gap Selat SundaSeismic gap Selat Sunda (Twitter/Daryono BMKG)

Kata Daryono, gempa pada Jumat (14/1/2022) berkekuatan M 6,6 tidak terlalu signifikan dalam mengurangi energi tegangan yang besar di Selat Sunda. Namun gempa tersebut menjadi alarm potensi lepasnya energi di kawasan seismic gap ini yang mengakibatkan gempa di atas 8 magnitudo yang sudah diprediksi para ahli.

Namun, kapan kejadian itu tiba belum bisa diprediksi. Sebab, masih banyak hal-hal di luar kekuasaan manusia. Bagi yang religius, dark matter ini adalah kuasa tangan Sang Pencipta, kehadiran Tuhan. Bagi para ekonom, kata dia, hal itu menjadi semacam the invisible hand.

"We cannot predict to event. Kita tidak bisa hitung itu lepasnya kapan," kata Daryono.

Baca Juga: [BREAKING] Gempa M 6,7 Guncang Banten dan Sekitarnya 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya