Semua Negara Anggota WHO Setuju Ada Investigasi Virus Corona

Rancangan resolusi disetujui saat pertemuan tahunan WHO

Washington DC, IDN Times - Semua negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui rancangan resolusi tentang perlunya investigasi virus corona. Dukungan terhadap usulan tersebut disampaikan saat pertemuan tahunan Majelis Kesehatan Dunia (WHA) secara virtual pada Selasa (19/5). 

Seperti dilaporkan Reuters, tidak ada satu pun dari 194 negara anggota WHO yang keberatan sehingga organisasi yang bermarkas di Jenewa, Swiss, tersebut mengadopsinya. Uni Eropa berperan disebut sebagai pemimpin dalam pengajuan rancangan resolusi yang ditandatangani negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, Indonesia dan Tiongkok.

1. Rancangan resolusi tidak menyebut Tiongkok secara khusus

Semua Negara Anggota WHO Setuju Ada Investigasi Virus CoronaPolisi paramiliter membentuk formasi di Lapangan Tiananmen dekat Balai Agung Rakyat, Beijing, Tiongkok, pada 19 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

"Apakah Majelis Kesehatan (Dunia) siap mengadopsi rancangan resolusi seperti yang diusulkan? Karena saya tak melihat ada permintaan untuk berdebat, saya menganggap tidak ada yang keberatan dan oleh karena itu resolusi diadopsi," kata Presiden WHA Keva Bain.

Namun menurut laporan The Guardian, rancangan resolusi itu tidak menyebutkan Tiongkok secara khusus, melainkan fokus pada bagaimana respons global, termasuk WHO, terhadap pandemik COVID-19 yang masih belum berakhir hingga saat ini. Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebut rancangan itu berbeda dari yang diusulkan Australia.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dalam sebuah konferensi pers akhir April lalu bahwa dunia perlu tahu tentang asal-usul virus corona dan bagaimana penyebarannya. Menurutnya, investigasi mandiri penting untuk menjadi pelajaran bagi setiap negara.

"Ini tampaknya wajar dan masuk akal bahwa dunia menginginkan adanya asesmen mandiri soal bagaimana ini semuanya terjadi, jadi kita bisa mempelajari pelajarannya dan mencegahnya timbul kembali," kata Morrison.

Bagi Tiongkok saat itu, usulan Australia dianggap sangat bermuatan agenda politik. Lewat misi diplomatiknya, Beijing menyampaikan protes. Australia sampai memanggil Duta Besar Tiongkok Jingye Cheng karena "mengeluarkan ancaman soal balas dendam ekonomi" terhadap Australia setelah Morrison mengeluarkan pernyataan.

Dalam wawancara dengan Australian Financial Review, Jingye mengindikasikan masyarakat Tiongkok bisa saja memboikot produk-produk Australia atau memutuskan tak mengunjungi Negeri Kanguru, jika Canberra terus menggemakan usulan investigasi mandiri.

"Mungkin juga warga biasa akan berkata mengapa kami harus minum anggur Australia atau makan daging Australia?" kata Jingye.

Baca Juga: Presiden Trump: WHO adalah Badan Boneka Tiongkok

2. Xi Jinping mendukung adanya "peninjauan kembali" tapi harus dilakukan secara "obyektif serta imparsial"

Semua Negara Anggota WHO Setuju Ada Investigasi Virus CoronaPresiden Amerika Serikat Donald Trump saat bertemu dengan eksekutif restoran dan pemimpin industri di Ruang Makan Kenegaraan Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, pada 18 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Sikap Tiongkok pun berubah setelah kabar lebih dari 120 negara anggota WHO mendukung investigasi. Saat pidato pembukaan WHA pada Senin (18/5), Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan negaranya mendukung adanya peninjauan kembali. Bahasa yang dipakai Xi pun lebih lunak daripada yang disampaikan Australia atau Amerika Serikat.

"Tiongkok mendukung ide peninjauan kembali tentang respons global terhadap COVID-19 setelah itu berhasil dikendalikan guna merangkum pengalaman dan mengatasi kegagalan. Pekerjaan ini harus berdasarkan kepada ilmu pengetahuan dan profesionalisme, dipimpin oleh WHO, dan dilakukan dalam sikap obyektif serta imparsial," kata Xi, seperti dikutip dari transkrip pidato.

3. Uni Eropa masih mendukung WHO setelah Donald Trump mengancam Amerika Serikat akan keluar dari keanggotaan

Semua Negara Anggota WHO Setuju Ada Investigasi Virus CoronaPetugas kremasi memakai pakaian pelindung saat penyebaran virus corona di pinggiran kota Mexico City, Meksiko, pada 16 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Romero

Sementara itu, Uni Eropa mencoba tidak memberikan panggung kepada kebekuan diplomatik antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kabar yang beredar adalah para diplomat Uni Eropa menyadari Trump sedang mencari kesempatan untuk menaikkan pamornya menjelang Pilpres Amerika Serikat pada November mendatang.

Uni Eropa bahkan menegaskan masih mendukung WHO. "Ini waktunya untuk solidaritas," kata juru bicara Komisi Eropa Virginie Battu-Henriksson. "Ini bukan saatnya saling tuding atau menyepelekan kerja sama multilateral," tambahnya. Ia merujuk kepada ancaman yang dikeluarkan oleh Trump pada sehari sebelumnya.

Dalam sebuah surat terbuka yang ditujukan untuk Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Trump menuding organisasi itu gagal menjalankan tugas karena tunduk terhadap pengaruh Tiongkok. Ia mengancam jika dalam 30 hari tak ada perubahan, maka pembekuan dana sementara akan berubah menjadi permanen dan Amerika Serikat akan mempertimbangkan kembali keanggotaannya.

Baca Juga: Xi Jinping Janji Tak Akan Monopoli Vaksin COVID-19 Buatan Tiongkok 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya