[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap Fakta

PERSI adalah organisasi payung dari organisasi rumah sakit

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 sudah melanda Tanah Air selama lima bulan. Tenaga medis sebagai garda terdepan masih terus berjuang sampai saat ini, meski banyak yang terpapar dan bahkan meninggal dunia.

Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan saat ini jadi tempat yang sangat dibutuhkan. Namun, di tengah kesibukan tenaga medis berjuang mengatasi wabah virus corona ini, muncul sejumlah tudingan bahwa rumah sakit diam-diam mengeruk keuntungan.

Anggapan tersebut mencuat dan berkembang di media sosial, bahkan Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah saat rapat dengar pendapat di DPR mengungkapkan, ada beberapa rumah sakit 'nakal' yang mengeruk keuntungan hingga ratusan juta dengan mengklaim pasien meninggal karena COVID-19 kepada Menteri Kesehatan Terawan.

Lalu benarkah telah terjadi hal ini? Humas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Anjari Umarjiyanto, blak-blakan menjawab tudingan-tudingan tersebut dalam acara Ngobrol Seru by IDN Times, Rabu 22 Juli 2020. Selama 30 menit Anjari membeberkan banyak fakta. Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Anjari yang disiarkan langsung di Instagram IDN Times, @idntimes.

Baca Juga: Rumah Sakit 'Nakal' Jadikan COVID-19 Ladang Bisnis? Jawabannya di Sini

Rumah sakit dituding "nakal" mengeruk keuntungan dengan mengklaim pasien negatif jadi positif COVID-19 agar bisa mengklaim dana ke pemerintah. Bagaimana respons PERSI soal ini?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaPetugas medis melakukan tes cepat (Rapid Test) COVID-19 di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Minggu (28/6/2020) (IDN Times/Herka Yanis)

Saya mulai dari kalimat yang pernah dilontarkan dalam forum tersebut oleh Ketua Banggar Said Abdullah, yang mengatakan ada rumah sakit nakal. Nah definisi nakal tersebut harus jelas seperti apa, tapi yang menarik jawaban Pak Said saat diwawancarai di sebuah program televisi mengatakan, dia mendapatkan informasi dari media sosial di WhatsApp grup kemudian dibacakan. Dari sumber saja belum terkonfirmasi dan tervalidasi.

Keterangan tersebut juga dibantah oleh Bupati Ciamis yang mengatakan, jangan sampai hanya karena dugaan disampaikan dalan forum terhormat. Hal yang sama disampaikan Gugus Tugas dari Jatim, tidak ada rumah sakit nakal seperti yang sudah dikatakan. Artinya semua dugaan itu perlu diverifikasi.

Sampai saat ini apakah PERSI pernah menerima laporan adanya rumah sakit "nakal"?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaIlustrasi Tenaga Medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Sampai saat ini PERSI tidak ada laporan atau informasi itu, tetapi bagi siapa saja jika memang ada atau menemukan dugaan rumah sakit nakal yang klaim pasien negatif jadi positif, silahkan laporkan saja ke dinas kesehatan atau kepada kami PERSI, atau ke Kementerian Kesehatan agar ditindaklanjuti.

Sebenarnya berapa sih anggaran yang didapat rumah sakit untuk merawat seorang pasien COVID-19? Apakah semuanya ditanggung pemerintah atau ada yang ditanggung mandiri oleh pasien?

Saya ingin meluruskan metode pertanggungjawaban perawatan pelayanan pasien Covid, karena seolah di masyarakat itu biaya pasien Covid sekian juta per kepala (pasien).
Bahkan ada yang menuduh rumah sakit dapat Rp200 juta sampai Rp300 juta, ini benar-benar keliru, ini informasi keliru.

Saya ingin sampaikan untuk metodologi klaim pelayanan pasien Covid saat mengajukan klaim ada beberapa tahapan, ke Kementerian Kesehatan kemudian berjenjang ke dinas kesehatan dan diverifikasi oleh BPJS Kesehatan.

Jadi tidak hanya diverifikasi BPJS Kesehatan namun Kementerian Kesehatan juga melakukan evaluasi sebelum dibayarkan. Prosedur pembayaran klaim panjang dan ketat.

Kedua soal klaim, perlu diketahui klaim dilakukan didasarkan diagnosa penyakitnya, karena pertanggungjawaban itu menggunakan Inasibijis (INA-CBG), merupakan sebuah singkatan dari Indonesia Case Base Groups yaitu sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah. 

Jadi metodologi pembayaran sebagaimana pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional setiap orang itu berbeda tergantung penyakitnya, apalagi ada penyakit penyerta diabetes, jantung, maka berdasarkan diagnosisnya, jadi tidak per kepala.

Jadi klaim pasien COVID-19 yang paling besar yang bagaimana? Plafonnya sampai berapa?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaIlustrasi Kartu BPJS (ANTARA FOTO/FB Anggoro)

Kalau kita paket-paket klaimnya, ketika pasien diisolasi dan dengan dengan ventilator, untuk jumlahnya saya lupa datanya, yang jelas memang tergantung penyakit yang menyertainya.

Inasibijis itu didasarkan pada penyakit penyerta, karena keluar masuknya memakai kode penyakitnya apa, jadi sistemik tidak bisa diklaim melalui elektronik dan pemasukan elektronik kemudian data-data pendukung keluarnya sudah komputer.

Banyak informasi terutama di medsos yang sudutkan rumah sakit soal pasien negatif diklaim positif, misal dugaan pasien diabetes dimakamkan secara COVID-19, apa tanggapan PERSI?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaPetugas pemakaman membawa peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Senin (30/3/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Jadi ini perlu diluruskan, rumah sakit itu adalah pelaksana dari regulasi atau protokol yang sudah ditetapkan pemerintah. Jadi memang ada tuduhan seolah-olah rumah sakit itu mengklaim pasien yang dipositifkan (COVID-19), itu tidak benar.

Karena kita berpendapat bahwa pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang sudah dikeluarkan Kementerian Kesehatan, ada syarat-syaratnya untuk orang dikonfirmasi atau terduga COVID-19.

Kemudian seolah-olah ada rumor kalau jenazah belum tes kok sudah diklaim sebagai positif, yang perlu dipahami adalah jenazah yang ditangani dengan standar COVID-19 memang buat pasien yang terkonfirmasi dan pasien dalam pengawasan atau khusus, baik itu harus dimakamkan dengan standar atau protokol kesehatan Covid.

Apakah PERSI bisa melakukan pengawasan ke rumah sakit atau hanya sebatas menerima aduan? Kalau ada oknum RS yang melakukan manipulasi, apakah PERSI bisa memberikan sanksi?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaIlustrasi. Ruang deteksi polymerase chain reaction (PCR)/ANTARA FOTO/Moch Asim

PERSI adalah organisasi payung dari 18 organisasi perumahsakitan di seluruh Indonesia, yang beranggotakan 2.925 rumah sakit di Indonesia.

Kami adalah organisasi yang beranggotakan rumah sakit, tentunya jika ada rumah sakit yang terbukti melakukan di luar prosedur, kita akan melakukan pembinaan kepada anggota. Artinya kita memberikan pembinaan atau penguatan rumah sakit tersebut.

Saya ambil contoh di media sosial sempat heboh soal rumah sakit di Jawa Timur yang dituliskan oleh seseorang di akun media sosial miliknya, kemudian kamu langsung follow up saat itu juga, saat kami klarifikasi dan bukti-bukti akhirnya terungkap bahwa tuduhan disampaikan salah satu netizen tidak benar, karena buktinya ada, tuduhan itu hanya berdasarkan katanya.

Kami juga tidak tertutup kemungkinan jika memang ada, silakan melaporkan jika terbukti ada. Kontak ke Kementerian Kesehatan atau mention di IG atau Twitter.

Kami akan melakukan pembinaan ke rumah sakit kalau terbukti (memanipulasi), tapi jangan karena kemudian katanya teman, katanya tetangga, katanya katanya teman dan juga melayangkan isu, hati-hati itu merugikan pelayanan kesehatan sendiri.

Di tengah pandemik ini masyarakat diimbau tidak ke RS kalau tidak mendesak, bagaimana imbasnya terhadap pemasukan RS? Apakah ini bisa disebut jadi alasan munculnya aksi manipulasi tersebu?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaHumas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Anjari Umarjiyanto

Kami akui bahwa survei yang dilakukan di bulan April 2020 terjadi penurunan kunjungan 60 persen sampai 70 persen, artinya pendapatan turun. Tetapi kalau ada anggapan pendapatan rumah sakit turun dan melakukan hal itu (kecurangan) sungguh itu tuduhan yang sangat-sangat kami sesalkan.

Kok tega di tengah pandemik kita sama-sama berjuang menangani pandemi Covid, bahkan teman-teman tenaga kesehatan gugur kok ya tega menuduh itu untuk melakukan kecurangan. Itu hal sulit dan memang tidak sesuai dengan prinsip, sulit sekali karena sistemnya dan memang verifikasi serta persyaratan yang ketat dari pemerintah dan BPJS Kesehatan.

Apakah ada rumah sakit yang sampai bangkrut? Berapa?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaIlustrasi tenaga medis. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Data rumah sakit bangkrut, ada yang kesulitan karena pandemik Covid ini, berimbas pada semua sektor, bahkan kami merasakan, jumlahnya, ya masak saya jabarkan, gak boleh lho.

Yang penting kami tetap melayani, kita juga tahu sama-sama susah sekarang. Saat ini memang kondisinya adaptasi kenormalan baru, kebiasaan baru, dan mulai perlahan kunjungan pasien mulai kembali, yang tadinya sempat turun sampai 60 persen, 70 persen bahkan ada yang 80 persen, kebayanglah Maret, April, Mei, Juni, Juli cash flow-nya terganggu.

Secara jujur memang mengganggu operasional, selain itu cost juga naik untuk kelengkapan Alat Pelindung Diri untuk fasilitas kesehatan, untuk memenuhi protokol kesehatan. Memang secara cash flow kena tapi komitmen kita tetap melayani pasien sebagai tugas tenaga kesehatan.

Kabar-kabar yang terkesan menyudutkan seperti ini, yang belum terbukti, berdampak tidak pada rumah sakit?

[WANSUS] Tudingan RS Jadikan Corona Ladang Bisnis, PERSI Ungkap FaktaANTARA FOTO/Fauzan

Saya sedih, bahkan kemarin sore di Palangkaraya, kolega kita dipukul oleh keluarga atau saudara pasien. Kita cek itu adalah teman-teman dari Rumah Sakit Muhammadiyah Palangkaraya. Kami merasa bahwa bisa jadi itu imbas tidak langsung dari informasi yang cenderung keliru yang diopinikan, sehingga kepercayaan pada rumah sakit itu berkurang.

Yang kita khawatirkan jika kepercayaan rumah sakit berkurang maka kepatuhan terhadap protokol kesehatan menurun, maka penularan akan semakin banyak, jika sepertu itu imbasnya rumah sakit akan ada lonjakan pasien corona, coba bayangkan kami di rumah sakit.

Jadi jika ada informasi tentang pelayanan kesehatan di kroscek dua sampai tiga kali agar tahu informasi itu benar. Kalau memang teman-teman millennial merasa ada keluhan terhadap pasien, salurkan pengaduan ke jalur yang resmi ke Kementerian Kesehatan atau kepada PERSI, sampaikan kepada kami.

Poin yang penting adalah yuk sama-sama kita berjibaku menangani COVID 19, daripada saling curiga lebih baik bahu-membahu saling membantu untuk memerangi COVID 19 agar selesai.

Baca Juga: DPR Laporkan Rumah Sakit Nakal di Papua yang Klaim Pasien COVID-19

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya