Jangan Panggil Kami Baduy!

Beragam versi asal muasal kata Baduy untuk orang Kanekes

Lebak, IDN Times - Mendengar kata Baduy, biasanya akan terlintas di benak kita sekelompok masyarakat suku adat yang mendiami pedalaman Banten Selatan, tepatnya di Leuwi Damar, Lebak. Warganya diketahui mengisolasi diri dari kehidupan modern.

Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Sunda dengan aksen khusus, yang dalam kalangan orang Sunda disebut ngayun atau penekanan di setiap kata terakhir pada kalimat yang mereka ucapkan.

Banyak versi sejarah terkait eksistensi suku yang mendiami lembah di hulu Sungai Ciujung itu. Tak terkecuali penamaan kata Baduy sendiri.

Saat IDN Times menyusuri perkampungan suku Baduy, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar selama tiga hari, 8-10 Agustus 2019, warga Baduy justru jarang menyebut dirinya sebagai Baduy. Mereka cenderung menyebut diri sebagai orang kampung tempat mereka berasal. Seperti orang Cibeo bagi mereka yang berasal dari kampung Cibeo, orang Cikesik bagi yang berasal dari Cikesik, dan 60-an kampung lainnya di Desa Kanekes.

Lalu pertanyaannya, dari mana sebutan Baduy itu berasal?

Baca Juga: Mualaf Baduy Dapat Sambungan Listrik Gratis, Begini Penjelasan PLN

1. Bukan Baduy, tapi orang Kanekes

Jangan Panggil Kami Baduy!IDN Times/AshariAR

Seorang warga yang tinggal di Baduy luar bernama Emen mengungkapkan, tidak pas sebetulnya dia dan warga kampungnya dipanggil Baduy, sebutan yang pas adalah orang Kanekes.

"Ya sebenarnya mah urang (orang) Kanekes, jangan Baduy, tapi udah biasa seperti itu ya mau bagaimana," kata Emen, Kamis (8/8) lalu.

2. Kata Baduy diduga sebagai ejekan seperti suku Baduy di jazirah Arab

Jangan Panggil Kami Baduy!IDN Times/AshariAR

Menurut beberapa peneliti seperti Van Hoevel (1845), Jacob and Meijer (1891), Pennings (1902), Pleyte (1909), van Tricht (1929), dan Geise (1952), nama Baduy disematkan kepada warga suku yang mendiami lembah di hulu Sungai Ciujung, pertama kali disematkan oleh orang-orang Baduy yang sudah memeluk agama Islam dan orang-orang Banten yang notabene mayoritas beragama Islam setelah berdirinya kesultanan Banten.

Kata Baduy diduga merupakan ejekan untuk mereka (orang Baduy) yang hidup di hulu Sungai Ciujung, dengan alasan primitif, nomaden, dan tergantung pada alam. Seperti sebutan untuk masyarakat Badawi, Badawah, atau Bedouin yang ada di jazirah Arab.

Dengan alasan inilah kemudian istilah Baduy pun dibakukan dan lambat laun lebih dikenal dibandingkan dengan sebutan suku atau orang Kanekes.

3. Kata Baduy merujuk pada pola hidup berpindah-pindah

Jangan Panggil Kami Baduy!IDN Times/AshariAR

Namun teori tersebut juga nyatanya kurang tepat jika penyebutan Baduy diambil dari bahasa Arab. Baduwi yang berasal dari kata badu atau badawu secara harfiah berarti lautan pasir.

Tentu saja ketidaktepatan ini jika merujuk pada arti kata secara harfiah. Namun, sebutan Baduy untuk orang Kanekes dan orang di pedalaman jazirah Arab memiliki kesamaan jika merujuk pada pola hidup yang berpindah-pindah (nomaden) dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti keberadaan persediaan kebutuhan hidup, dalam hal ini keberadaan pangan. 

4. Sebutan ejekan dari warga yang telah memeluk Islam

Jangan Panggil Kami Baduy!IDN Times/AshariAR

Memang banyak versi terkait asal-usul penyematan kata Baduy pada warga Desa Kanekes. Semakin rumit jika kita mengunjungi mereka kemudian bertanya tentang asal-usulnya, lalu akan dijawab dengan penjelasan-penjelasan irasional.

Namun, bagi warga di luar suku Baduy yang hidup berbatasan langsung dengan mereka, Seperti beberapa warga Ciboleger, Desa Bojong Menteng, Leuwi Damar, diakui sebutan Baduy merupakan ejekan dari warga Banten yang telah memeluk Islam pasca-berdirinya kesultanan Banten.

Para tetua warga meyakini bahwa mereka adalah keturunan pasukan kerajaan Hindu Sunda Padjajaran yang berpusat di Bogor, Jawa Barat yang kemudian bubar setelah masuknya Islam ke wilayah selatan Banten.

Terlepas dari beragam pandangan stereotip itu, penyematan kata Baduy kuat diduga sebagai ejekan kepada mereka yang dipandang primitif, diterima oleh orang-orang Kanekes. Namun, warga Kanekes sendiri tidak mau memusingkan hal itu.

Baca Juga: Gempa 7,4 SR Guncang Banten, Warga Suku Baduy Berteriak Panik

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya