Pelajar Muslim Papua Tuntut Presiden Jokowi Minta Maaf ke Papua
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tangerang Selatan, IDN Times - Belasan pelajar muslim Papua dan Indonesia timur yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Timur Melanesia, menggelar aksi protes atas sikap rasialisme yang menimpa mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur.
Mereka berorasi di depan kampus UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat Tangerang Selatan (Tangsel) dengan salah satu tuntutan, meminta Presiden Joko "Jokowi" Widodo meminta maaf secara langsung kepada rakyat di Papua.
Baca Juga: KontraS: Ada 15 Kasus Persekusi Terhadap Mahasiswa Papua
1. Jokowi diminta datang ke Papua untuk minta maaf
Dalam orasinya, salah satu mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ) asal Papua, Sabil Rosyadi Puarada mengatakan, seharusnya Presiden Jokowi meminta maaf kepada rakyat Papua, bukan malah meminta rakyat Papua untuk memaafkan tindakan rasialisme.
"Pak Jokowi, kami meminta bapak untuk meminta maaf, datang langsung ke Papua, jangan cuma di medsos, dan jangan suruh kami maafkan orang yang sebut kami monyet," ujar Sabil dalam orasi, Selasa (20/8).
2. Soal insiden bendera, Polri harus klarifikasi
Dalam kesempatan itu, para pelajar asal Indonesia timur itu juga meminta aparat kepolisian mengklarifikasi soal adanya informasi insiden bendera di Surabaya.
"Kami tidak ada itu soal buang bendera, harusnya Polri klarifikasi, tapi Polri tak sajikan informasi itu," kata Tarmizi Taher Wagola, mahasiswa UMJ yang juga orator dalam aksi itu.
3. Presiden diminta jamin secara hukum pelajar Papua
Dalam tuntutannya, para pelajar Papua juga menuntut adanya jaminan hukum terhadap kebebasan berekspresi dan berpendapat pelajar Papua.
"Kami minta Pak Presiden jamin kami secara hukum dalam berpendapat dan berekspresi," kata Tarmizi.
"Kami sangat kecewa, pemerintah setelah terjadi baru minta maaf, rasisme itu sering kami alami," lanjutnya.
4. Sindir pengerukan sumber daya alam Papua
Dalam aksi tersebut, mereka juga meneriakkan yel-yel yang berisi sindiran atas pengerukan sumber daya alam Papua tanpa menghargai orang Papua.
"Lebih baik mana? Monyet menuntut ilmu di rumah manusia, atau manusia cari makan di rumah monyet," ujar mereka.
Baca Juga: Kerusuhan Papua, JK: Saling Menghargai dan Taati Aturan