Peneliti UIN: Pilpres 2019 Sarat Gerakan Politik Berbalut Agama

Mobilisasi massa berbalut agama dinilai lebih murah biayanya

Tangerang Selatan, IDN Times - Peneliti pergerakan Islam di Indonesia dari Universitas Islam Negeri (UIN Jakarta) Syarif Hidayatullah, Rahmat Hidayatullah, menilai kontestasi politik khususnya dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun ini, sarat dengan aksi gerakan politik berbalut sentimen agama.

Baca Juga: Kerusuhan 22 Mei, 4 Tokoh Nasional Jadi Target Pembunuhan

1. Mobilisasi massa menggunakan politik berbalut agama biayanya murah

Peneliti UIN: Pilpres 2019 Sarat Gerakan Politik Berbalut AgamaIDN Times/Prayugo Utomo

Menurut Rahmat, menguatnya sentimen politik keagamaan saat ini dijadikan momentum strategis oleh para elite politik, karena biayanya sangat murah.

"Pada intinya yang menyangkut agama itu mobilisasi politiknya tidak mahal, karena kalau lewat agama secara emosional orang itu akan tersentuh. Hal itu disebut juga sebagai politik identitas," ujar Rahmat kepada IDN Times, Rabu (29/5).

2. Kelompok-kelompok Islam bisa digunakan secara politis oleh siapa pun

Peneliti UIN: Pilpres 2019 Sarat Gerakan Politik Berbalut AgamaIDN Times/Isidorus Rio

Dosen Tarbiyah itu juga menjelaskan, kelompok-kelompok Islam yang berkecimpung dalam dunia politik dan selalu mengkritik pemerintah dengan menyebutnya sebagai pemerintah yang thogut dan sebutan lainnya, bisa digunakan oleh siapa pun dalam dunia politik, termasuk jika kelompok agama yang mendukung pemerintah kelak beralih menjadi lawan politik.

"Ada beberapa kelompok Islam yang ikut andil dalam sejarah perpolitikan kita, pertama orang-orang dari HTI yang berpenetrasi ke dalam gerakan-gerakan Islam saat ini. Mereka bergerak secara underground. Kedua dari FPI. Sebetulnya FPI ini pemain lama di arena politik, dia bisa digunakan oleh siapa aja," ungkapnya.

3. Tak sedikit kelompok agama hanya peduli soal peribadatan

Peneliti UIN: Pilpres 2019 Sarat Gerakan Politik Berbalut AgamaIDN Times/Fitang Budhi Adi

Menurutnya, ada juga kelompok-kelompok agama seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), sebetulnya banyak perbedaan pandangan juga di dalamnya terkait campur tangan agama dalam politik.

Seperti halnya kelompok Salafi yang tidak peduli dengan presiden (pemerintahan) siapapun yang terpilih, namun yang mereka permasalahkan itu lebih kepada peribadatan seperti konteks bi'dah, kurafat, dan lain sebagainya.

4. Saling menunggangi, agama dan politik ciptakan negosiasi

Peneliti UIN: Pilpres 2019 Sarat Gerakan Politik Berbalut AgamaANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Terkadang, lanjutnya, para elite politik sadar betul mereka saling menunggangi, dan jika mereka menang dalam pemilu seperti pilpres akan ada proses negosiasi.

"Terkadang tidak mudah juga bagi kelompok seperti HTI yang diduga memanfaatkan Prabowo, karena sudah jelas kan Prabowo juga kecintaannya kepada NKRI dan Pancasila sangat kuat," tukasnya.

Tapi, lanjut dia, yang pasti karena daya tawar mereka tinggi, mau tidak mau harus diakomodir dan secara perlahan-lahan itu bisa merubah wajah Indonesia, karena minimal mereka diakomodasi di level pemerintahan.

Baca Juga: Kepolisian Menahan 11 Orang yang Diduga Dalang Kerusuhan 22 Mei

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya