Senyum Getir Pemulung Bintaro Dengar Jokowi Akan Kurangi Impor
IDN Times/Muhamad Iqbal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tangerang Selatan, IDN Times - Di salah satu bangunan berdinding kayu berlapis kardus, plastik terpal, dan beratap seng, sebuah televisi menyala tanpa ada yang menyaksikan di depannya.
Di dalam televisi, pada Jumat (16/8) itu, orang-orang berpakaian dan duduk rapi di suatu ruangan besar. Mereka saling mendengarkan pidatonya masing-masing. Di rumah itu, ternyata si empunya sedang sibuk memilah plastik yang lebih tepat disebut sampah, aset kekayaannya, untuk nanti di jual ke penggilingan biji plastik di wilayah Jakarta Barat.
Pemilik rumah yang terletak di kawasan Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan itu adalah Acang, pria bersahaja yang baru kenal saja langsung bercerita banyak hal. Salah satu kisahnya, tentang usaha dia.
Sudah hampir 5 tahun Acang (55) merasakan penurunan laba usahanya. Barang-barang berbahan plastik yang pada 2014 lalu sempat mencapai harga Rp18 ribu, kini nyungsep di harga Rp15 ribu.
Akibatnya, banyak rekan-rekan Acang yang menghuni kampung pemulung yang berdiri di atas lahan kosong milik PT. Jaya Properti atau yang jamak dikenal sebagai Bintaro Jaya, terpaksa pulang kampung atau pergi mencari mata pencarian lain.
Para pengais rezeki di atas tumpukan sampah itu tersenyum getir, menyaksikan harga plastik bekas yang mereka kais dari lokasi-lokasi pembuangan sampah di Tangerang Selatan, terjun bebas 3 kali lipat dari harga standar.
1. Sampah impor bikin harga sampah lokal nyungsep
IDN Times/Muhamad IqbalDi televisi, Presiden Republik Indonesia Joko "Jokowi" Widodo sedang membacakan pidato kenegaraan. Jokowi berapi-api mengatakan bahwa ekspor produk harus ditingkatkan dan impor produk luar negeri harus dikurangi.
Kata-kata tersebut membawa kenangan Acang pada sampah impor di 2015 lalu. Acang bercerita, ketika pertama kali mendengar sampah impor, Acang mengaku tertawa terbahak-bahak karena dia mengira itu hal konyol.
"Kirain teh apa gitu sampah impor, tahunya ya sama sampah kaya di sini, plastik kaleng, dan sebagainya," kata pria asal Indramayu ini kepada IDN Times, Jumat (16/8).
2. Hukum dagang, banyak barang harga turun
IDN Times/Muhamad IqbalAwalnya Acang tak pernah risau dengan datangnya sampah-sampah plastik impor itu. Namun, tawa terbahaknya berubah menjadi getir ketika mengetahui sampah plastik impor itu menurunkan harga barang yang menjadi satu-satunya mata pencariannya.
"Ya pas tahu jadinya bingung juga, ternyata harga plastik jadi turun gara-gara plastik impor," ujar Acang sembari memberi makan perkutut kesayangannya.
Hal tersebut dapat dipahami sebagai halnya teori kenaikan harga. Semakin banyak barang semakin turun harga.
3. Sampah impor menyerbu, orang kampung pemulung Bintaro putus asa
IDN Times/Muhamad IqbalAcang bercerita, dia dan kawan-kawannya yang hidup di bedeng-bedeng sementara yang setiap waktu dapat digusur oleh pemilik lahan, sempat putus asa kala anjloknya harga sampah plastik. Mereka yang tak kuat pergi atau beralih profesi.
Yang tersisa, Acang dan puluhan keluarga yang bertahan dalam pekerjaan yang sudah tak masuk akal lagi penghasilannya.
"Saya dan yang lain karena anak aja ini udah pada sekolah di sini jadi mau ga mau bertahan, kalau ga ada anak mah udah pulang kampung aja lah," kata Acang.
4. Semringah dengar Jokowi akan kurangi impor
IDN Times/Ardiansyah FajarAcang terlihat semringah ketika mendengar Jokowi menyampaikan akan mengurangi impor. Dia berkata, "ya kalau bisa impor sampah juga hilangin Pak, biar harganya naik lagi,".
"Sampah plastik mah jangan diimpor juga Pak," tambahnya.
