[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi Setiawie

RIORS from nothing to everything

Kota Tangerang, IDN Times - Belakangan ini, sebuah brand apparel olahraga lokal yang menjadi pemenang tender pengadaan jersey untuk Tim Nasional (Timnas) sepak bola Indonesia tengah menjadi sorotan warganet lantaran sepak terjangnya.

Di balik hebohnya pembahasan soal jersey Timnas Indonesia, ternyata sudah jadi rahasia umum bahwa keberadaan apparel lokal tengah membanjiri khasanah seragam klub olahraga di Indonesia.

Saat ini, hampir semua klub sepak bola dan futsal profesional di Indonesia menggunakan jersey yang bekerja sama dengan apparel lokal.

Meski buatan lokal, kualitas jersey dari merek-merek ini tidak kalah dengan apparel luar ternama seperti Nike atau Adidas. Terutama jika berbicara soal desain, apparel jersey lokal juga menawarkan desain-desain yang keren dan tidak biasa.

Contohnya brand apparel olahraga Indonesia asal Tangerang, RIORS, yang pernah menjadi sponsor banyak dari klub Liga 1 Indonesia bahkan klub peserta Liga Champions Asia, yakni Kaya FC Iloilo asal Filipina.

IDN Times berkesempatan mewawancarai owner RIORS, Yudhi Setiawi,  yang ditemui langsung di kantor sekaligus store di kawasan Modern Land, Kota Tangerang, Kamis (4/4/2024).

Kapan dan bagaimana mulanya RIORS berdiri?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieIDN Times/Muhamad Iqbal

Sebenarnya Riors latar belakangnya adalah industri pembuatan pakaia. Asal muasalnya, hampir 15 tahun silam tuh kami di sektor manufaktur, kami buat pengadaan pakaian terutama untuk perusahaan-perusahaan, event, kami asal muasalnya di sana.

Kemudian berkembang, saya punya store, kami lebih suka sepakbola kami melakukan produksi sendiri dan penjualan sendiri. Waktu itu saya bisa dibilang bisnisnya di pembuatan font atau printing name set di jersey sepakbola.

Terus saya berkenalan dengan industri ADIDAS, karena (ADIDAS) ada kebutuhan untuk bikin label size di sepatu buatannya. Nah pengalaman bekerjasama dengan perusahaan internasional kami salah satunya ADIDAS Indonesia.

Dari sana saya berpikir, jika saya hanya punya manufaktur atau produksi jasa saja tidak cukup, akhirnya kami memutuskan di sekitar 2016 kami membuat brand apparell dengan nama Superior. Asal muasalnya dari Vision of Superior menjadi Superior dan di 2017 bulan Oktober itu asal muasal dari kata RIORS keluar

Kenapa namanya RIORS, sebenarnya waktu saya mendirikan brand Vision Of Superior kita mendaftarkan ke Haki (Hak Kekayaan Intelektual) itu sulit karena Superior itu kosakata yang lazim.

Akhirnya kami memutuskan menjadi RIORS, maknanya sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Ada juga yang bilang prajurit karena wariors. Tagline brand kami ini From Nothing to Everything. Karena kami menjalankan bisnis ini dari nol, dari bukan siapa-siapa, tapi kami bercita-cita bisa dirasakan semua orang dan dibutuhkan produknya untuk semua orang.

Di mana memulai usaha ini, dan bagaimana Yudhi terjun di usaha pembuatan jersey?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieIDN Times/Muhamad Iqbal

Awalnya di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Tangerang. Awalnya kami cuma dari sablon name set, awalnya kita membuat itu karena industri lokal saya lihat belum ada yang mampu bikin name set sebagus punya Thailand atau punya China. Akhirnya saya ketemu orang Korea selaku supplier produk cat. Saya ketemu beberapa partner bisnis salah satunya orang ADIDAS di Panarub Industry (Tangerang) ya saya sudah belajar di sana. Sampai pada satu titik bahwa Indonesia harus punya satu brand yang baik di mata internasional.

Karena saya lihat orang di Indonesia itu kerja di pabrik jadi buruh ribuan (orang), tapi kita malah hanya jadi tempat produksi dari merek mereka (internasional). Tapi tidak punya brand. Sampai detik ini kami berusaha dan segmen pasarnya pun masih seperti itu.

Bagaimana RIORS bisa menjalankan usaha apparel olahraga yang lebih dikenal ke sepak bolanya?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawiePemain PSIS Semarang mengenakan jersey The Pryto buatan Riors dalam laga tandang melawan Barito Putera di BRI Liga 1 2023/2024. (dok. PSIS)

Sebelum saya pegang klub, saya pegang (pembuatan) font timnas Indonesia di eranya (pelatih kepala) Afred Ridle tahun 2016, kita salah satu brand lokal pertama kali membuka pintu untuk brand lokal lain masuk. Visi RIORS tuh kaya gitu, yang lain belum bisa masuk, kami merangsek duluan.

Sekarang yang saya lihat adalah brand-brand lokal lain melihat jejak digitalnya RIORS. Banyak brand apparel lokal mengikuti gayanya kita. Jadi 2016 itu pertama kali saya kerjasama dengan PSSI di pembuatan name set. Baru saya bekerjasama dengan klub Liga 1 dan Liga 2 yakni Barito Putera.

Mirisnya kala itu, baru tiga pertandingan PSSI di banned FIFA akibat kisruh internal pada tahun 2016.

Dari 2016 hingga 2024 (menurut saya) tidak ada perubahan yang signifikan di sepakbola Indonesia, saya sudah mengalami beberapa kali dibanned FIFA, saya mengalami dihajar COVID-19. Sampe penundaan-penundaan jadwal pertandingan, jadi menurut saya nothing sih.

Apa tantangan bisnis ini?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawiePotret rapat anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Rabu (3/4/2024). (dok. PSSI)

Salah satunya ketidakpastian jadwal pertandingan dan regulasi. Sangat pengaruh dari persiapan kami dari proses development, kita belanja bahan baku, yang orang lain itu cuma nonton di TV, 'wah bagus yah' tapi jadwal dan regulasi liga itu sangat memengaruhi iklim bisnis.

Lalu juga soal profesionalisme manajemen klub, karena liganya enggak profesional, kaya masalah jadwal payment pembayaran merchandise klub (yang kami buat) juga sering tidak pasti.

Makanya di 2024 ini, kami memutuskan untuk mengundurkan diri dari sepak bola Indonesia, kami coba bikin usaha tanpa di sepak bola bagaimana.

Apa tonggak pencapaian bisnis Yudhi?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieIDN Times/Muhamad Iqbal

Saya menilai belum ada milestone. Berdasarkan tagline From Nothing To Everything, ketika produk RIORS sudah dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia itu baru milestone kami. Jadi mindset-nya seperti itu.

Bukan malah bangga bisa sponsorin klub, kalau bisa sponsorin klub tapi tak mengangkat produk ya buat apa.

Bekerja sama dengan klub itu adalah upaya strategi marketing untuk menampilkan produk, agar orang mengenal brand, yakin dengan produknya hingga mereka membeli produknya.

Melihat trend brand lokal jadi sponsor klub Liga 1 atau klub internasional, ya banyak yang punya cita-cita itu, kalau kami kan sudah melewati fase itu.

Nah kalau kalian (brand lokal) belum siap punya varian yang banyak, manajemen yang kongkrit jangan coba-coba, karena risiko terlalu besar.

Berapa Yudhi bisa jualan dalam sebulan atau setahun?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi Setiawie(IDN Times/Muhamad Iqbal)

Penjualan per bulan per tahun tidak menentu. Karena kami justru dapat banyak order dari stakeholder yang jadi pemasukan melalui mekanisme bussines to bussines.

Jersey itu jadi penjualan utama secara ritel, tapi jersey itu bukan hal yang utama, karena kami punya varian produk. Karena kalau cuma jualan jersey doang, itu bukan brand.

Apa yang membedakan RIORS dengan apparel yang lain?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieIDN Times/Muhamad Iqbal

Simpel! Story telling. Kami salah satu brand yang punya visi yang jelas, jadi ketika ingin melakukan sesuatu membuat produk, kami sudah membuat brand of brief-nya (penjelasan produknya).

Jadi ketika cerita di balik produknya dibuat lalu dipublikasi, orang langsung tahu bahwa ini RIORS. Itu yang membedakan kami dengan yang lain, selain itu perbedaannya, kami bukan brand yang punya modal kapital yang besar. Kalau kami ya From Nothing To Everything.

Kami terbiasa mendalami kebutuhan marketnya kami harus tahu dulu rencana strateginya apa, baru kami mengeluarkan produk. Jadi briefingnya akan terasa bahwa produk ini adalah RIORS.

Apa produk jagoan RIORS?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieIDN Times/Muhamad Iqbal

Kalau dalam hal jagoan banyak sih varian produknya. Tapi karena showcasenya sekarang jersey PSIS Semarang, ya bisa dibilang produk jagoannya di jersey sepakbola. Karena show case-nya memang di sana. Tapi jangan dilupakan bahwa kami juga membangun produk lifestyle-nya.

Kami sedang membangun produk sport style. Kalau kami hanya fokus pada olahraga, orang Indonesia berapa persen sih yang terbiasa olahraga.

Orang Indonesia beli baju olahraga, hanya kalau ada event. Nah jersey itu sebenarnya kategorinya merchandise. Yang mengangkat penjualan itu ya sport activitynya.

Penjualan itu laku kalau ada eventnya, makanya kalau Liga tertunda, jadwal tak pasti ya penjualan juga tak menentu.

Bagaimana iklim bisnis apparel olahraga lokal di Indonesia?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawiePemain PSIS Semarang mengenakan jersey The Pryto buatan Riors dalam laga tandang melawan Barito Putera di BRI Liga 1 2023/2024. (dok. PSIS)

Saya berdiri di brand, manufaktur, hingga store. Saya bisa menilai dan tahu seluk beluk dunia ini. Sekarang industri ini bisa hidup dan berkembang secara kuantitas karena ada support dari produsen mesin dari Tiongkok dengan sistem pembayaran dengan cicilan.

Bukan seperti jaman saya merintis, membeli mesin secara susah payah. Ini memang tumbuh, tapi di balik itu, semua ekosistem khususnya brand jersey klub Liga 1 menurun secara value karena berebut tempat mensupport klub.

Jika fenomena ini terus berlangsung, terlebih hanya karena persoalan cash money (menyediakan dana untuk klub atau Timnas), tapi melupakan kualitas produknya, ini mengkhawatirkan buat saya.

Kenapa? Ya bisa dilihat, belum punya varian produk saja bisa support Timnas.

Semestinya, kan brand sudah settle terhadap varian produknya. Barulah bisa bekerjasama dengan klub atau Timnas sebagai show case produknya. Nah yang terjadi belakangan ini kan terbalik, belum punya varian produk tapi sudah show case.

Apa untung rugi menjadi sponsor klub atau Timnas?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieInstagram.com/erspo.official

Untungnya merek kita jadi show case. Walau sebenarnya sejauh ini tidak menguntungkan dari sisi penjualan. Seba, daya beli suporternya kan hanya sebatas Rp300 ribu ke bawah, sedangkan jersey itu Rp500 ribu ke atas.

Kalau kita kurangi kualitas (menekan ongkos produksi), ekslusifitas produk kami mau dibawa kemana? Kami tidak pernah mau kualitas show case kita diturunkan. Simalakama. Kalau RIORS sudah tidak bisa ke pasar midle low, kita sudah di midle high.

Ada rencana RIORS melakukan eksvansi bisnis?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieIDN Times/Muhamad Iqbal

Kalau ada tawaran kerja sama dari Timnas, seperti Singapura, kami siap. Yang penting bukan negara yang di bawah Indonesia.

Tapi upaya ke sana belum ada, karena tidak punya uang.

Bagaimana sih cara bekerja sama dengan klub?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawiePemain PSIS Semarang, Gali Freitas mengenakan jersey terbaru The Pryto untuk mengarungi BRI Liga 1 2023/2024. (dok. PSIS)

Sekarang banyak yang menggunakan pola cash money (menyediakan dana untuk klub). Dari ratusan juta sampai miliaran, sama (yang terjadi) dengan di Timnas.

Kalau saya punya uang segitu, mending saya bikin pabrik. Kalau di klub pitching saja, tidak tender seperti Timnas.

Bagaimana Yudhi melihat polemik yang terjadi dengan brand sponsor Timnas Indonesia, Erspo?

[Wansus] Owners Apparel RIORS Asal Tangerang, Yudhi SetiawieRegarsport hadir dalam peluncuran jersey Timnas bersama Erspo. (Instagram/@regarsportstore)

Keberanian owner-nya, Sadad, patut diapresiasi. Dia belum pernah melakukan development dan tidak punya tim devlopment di tim bidang ini dia berani melakukan eksvansi ke sana

Dia tidak melakukan riset secara penuh karena tidak punya tim development-nya. Dia baru muncul langsung pegang Timnas, menurut saya sudah oke. Yang terjadi dengan persoalan jersey Timnas saat ini lantaran persoalan minimnya research and development. Build up materialnya tidak pernah diperhatikan. Harus siap di-development. Harusnya development-nya dulu, baru marketingnya. Itu fatal sebenarnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya