Cerita Inspiratif Yeni Syafitra, Perajin Tas Ecoprint dari Tangerang

UMKM bertahan dan berkembang kala pandemik COVID-19 melanda

Kota Tangerang, IDN Times - Yeni Syafrita merupakan perajin tas dan kantung tisu serbaguna asal Tangerang. Menariknya, Yeni memilih bahan yang ramah lingkungan loh.

Tas dan pouch dia buat melalui metode ecoprint. Usahanya sempat menghadapi tantangan saat pandemik COVID-19 melanda. Semua berubah.

Ibu dua anak itu harus memutar otak untuk bertahan dengan mengikuti kebutuhan pasar. Dia pun dan memilih membuat lebih banyak masker, ketimbang produk tas.

Bagaimana perjuangan wanita yang juga warga Ciledug, Kota Tangerang itu? Simak liputannya di bawah ini. 

Baca Juga: Cari Oleh-oleh Kota Tangerang? Coba ke Pameran UMKM di Bandara Soetta

Yeni memulai bisnis gara-gara ingin mengisi waktu luang

Cerita Inspiratif Yeni Syafitra, Perajin Tas Ecoprint dari TangerangYeni Syafitra Perajin Tas Ecoprint di Tangerang (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Awal mula Yeni memilih menjadi perajin tas ketika tahun 2017, dia memutuskan berhenti dari pekerjaannya di sebuah bank swasta karena hamil. Kondisi fisiknya mengkhawatirkan. 

Tatkala banyak memiliki waktu luang, Yeni kemudian memperdalam kemampuan menjahit yang dulu sempat dia pelajari dari orangtuanya. Dulu, orangtua Yeni memang menggeluti bisnis garmen dan tailor di Karawang.

Dia menambah ilmunya dengan belajar online melalui Youtube, dengan harapan awal, ia bisa membuat pakaian untuk bayi yang ia lahirkan.

Berbekal mesin jahit yang dibelikan sang suami, Budi Prasetyo (36), Yeni memcoba membuat pakaian anak, tapi tak puas dengan hasilnya. Yeni kemudian malah membuat beberapa pouch yang kemudian dia pajang di media sosial.

"Terus saya pajang di Facebook. Nah ada temen beli, padahal saya naro harga Rp125 ribu, lumayan kan harganya segitu," kata Yeni, Jumat (13/5/2022).

Setelah itu datang orderan sekitar 300 paket pouch dan totebag sebagai souvenir pernikahan yang dipesan temannya. Meski sempat ragu, keyakinan hobinya bisa menghasilkan membuatnya yakin untuk memenuhi pesanan.

"Awalnya modal nekat, dan sempat enggak yakin sama jahitannya (kualitasnya) tapi karena teman percaya, aku inget waktu itu totebag satunya Rp45 ribu," kata wanita 35 tahun itu.

Setelah itu, diakui Yeni, orderan hasil karyanya semakin meningkat. Melihat itu sang suami turut mendukung dengan membelikan mesin industri, bahan dan peralatan yang dibutuhkan Yeni dalam bekerja, sebagai modal awal usahanya senilai Rp15 hingga Rp20 juta.

"Soalnya sudah banyak order, hobinya diteruskan aja soalnya senang kalau misalkan kita bisa menghasilkan (uang) dan itu dari hobi jadi ngerjainnya juga enggak terpaksa gitu yah, senang dapat duit dari hobi," ungkap Yeni.

Inovasi jadi cara bertahan dan melawan dari keterbatasan saat pandemik COVID-19

Cerita Inspiratif Yeni Syafitra, Perajin Tas Ecoprint dari TangerangYeni Syafitra Perajin Tas Ecoprint di Tangerang (IDN Times/Muhamad Iqbal)

Mulai dari situlah lulusan sarjana kesehatan masyarakat di Universitas Muhamadiyah Prof Dr Hamka tahun 2008 ini memilih untuk menekuni profesi barunya, yakni sebagai perajin tas. Belakangan dia berinovasi untuk membuat kerajinan berbahan ecoprint.

Saat pandemik COVID-19 melanda dari awal 2019 lalu, Yeni tak ingin kalah dengan keadaan.  Dia berinovasi dengan memproduksi masker yang kala itu sangat sulit dicari. Langkah itu membuat usahanya justru mengalami keuntungan dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

"Tahun 2019 sampe 2020 pas COVID-19 Rp12 juta dari (sebelumnya) rata-rata Rp6 jutaan," ungkapnya.

Tak hanya sekadar membuat masker, Yeni pun berkreasi pada produk khusus di masa pandemik kala itu, seperti memunculkan motif gambar unik dan menyesuaikan dengan kalangan pembelinya. Per satu masker, Yeni menjualnya kala itu dengan harga Rp15 hingga Rp25 ribu.

Sementara dari sisi produk andalannya yakni tas, Yeni mengakui, bahwa harga produk yang ia tawarkan memang tergolong mahal. Namun ia memastikan bahwa harga itu memang sesuai dengan kualitas produk yang ia buat.

Tahun 2023, Yeni mampu meraup omzet Rp10 hingga Rp20 juta per bulan setelah dipotong biaya produksi dan upah tiga pekerjanya yang mengerjakan kerajinan tas, pouch dan sejenisnya berbahan standar hingga berbahan metode ecoprint.

Ecoprint merupakan teknik memberi pola pada bahan atau kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang, atau bagian tumbuhan lain yang menghasilkan pigmen warna. "Jadi warnanya terefleksi dari daun misal secang, jawale, bentuknya mirip batik tapi bukan," kata Yeni.

Per satu tas, Yeni menjual produknya dengan harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Harga produk  tergantung spesifikasi yang diinginkan si pemesannya.

"Karena kan caranya handmade yah bikinnya. Jadi kita harus teliti jahitannya, kalau ada yang loncat satu saja kita ulang. Ketahanan produknya insya Allah deh lebih dari lima tahun, soalnya udah dicoba yah sama teman-teman," kata Yeni.

"Tapi kalau sekarang lebih ke souvenir sih ya, misal sekolahan pesan dan Bank Indonesia sering, karena aku binaan Bank Indonesia Banten," sambungnya.

UMKM beri kontribusi signifikan bagi ekonomi Kota Tangerang

Cerita Inspiratif Yeni Syafitra, Perajin Tas Ecoprint dari TangerangIlustrasi: Madya Shakti

Sementara itu, berdasar data teraktual Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperindagkop UKM) Kota Tangerang sekitar lima persen pelaku UMKM di kota Tangerang bergerak di bidang fesyen atau konveksi.

Kepala Seksi (Kasi) UKM Disperindagkop UKM Musokib mengatakan, beberapa UMKM sudah memiliki karyawan, bahkan ada yang jumlahnya  hingga lebih dari 5 orang. 

"Tentunya bidang ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian daerah," kata Musokib.

Pihaknya, kata Musokib, dalam program pemberdayaan UMKM telah mendampingi pelaku UMKM, mulai dari pelatihan usaha, pelatihan pemasaran, termasuk juga pendampingian pengurusan izin usaha dan tentunya juga permodalan.

"Kemudahan yang diberikan oleh pemkot kepada para pelaku UMKM mulai dari pemasaran sampai permodalan termasuk bantuan lebalisasi halal dan pengurusan IRT dan NIB," ungkapnya.

Baca Juga: Cari Oleh-oleh Kota Tangerang? Coba ke Pameran UMKM di Bandara Soetta

Permodalan menjadi salah satu tantangan pelaku UMKM

Cerita Inspiratif Yeni Syafitra, Perajin Tas Ecoprint dari TangerangYeni Syafitra Perajin Tas Ecoprint di Tangerang (IDN Times/Muhamad Iqbal)

UMKM masih menjadi salah satu instrumen penggerak ekonomi yang terbukti penting dan berkontribusi dalam kemajuan ekonomi. Meski demikian, tak sedikit pelaku UMKM yang mengalami kesulitan dan tantangan terjal dalam menjalankan usahanya.

Ini diakui Yeni. Dia menghadapi beberapa kesulitan saat ia menjalankan produknya, yakni ketika ia menjual produk di online shop persaingan 'banting harga'. "Tapi kalau yang handmade ini, untungnya punya pasarnya sendiri sih. Dan saya gak takut lah," kata dia.

Selain dari sisi persaingan--meski kini dia masih bisa meladeni banyaknya pesanan-- urusan permodalan untuk pembelian mesin produksi jadi kesulitan dan hambatan. "Mesinnya kan ada jenis-jenisnya lagi tuh, bukan cuma yang biasa. Misalnya, mesin cangklong, ada mesin seset, apalagi sekarang ke produk bahan kulit asli, pasti butuh banget sih untuk melengkapi peralatan tempur, perlu belasan juta untuk alat," ungkapnya.

Di sisi lain, Yeni juga punya mimpi untuk memiliki manajemen pemasaran dan galeri sekaligus workshop. Hal-hal ini, dia yakini bisa memperluas kliennya.

"(Jika ada galeri) Klien jadi gak mesti ke rumah. Ini penting karena jadi ambisi saya karena ingin ngajarin orang juga, baik gratis atau berbayar, kalau di rumah agak risih karen ada anak ada suami," kata Yeni.

Meski begitu, Yeni mengaku tak pernah merasa gagal, meski keinginannya belum bisa terlaksana. UMKM, menurut dia, justru mesti mencari peluang-peluang di tengah kesulitan.

"Seperti saat pandemik, kita berinovasi membuat masker. Kalau misalkan sekarang dari kanvas kainnya, terus ke kulit sintetis, terus ecoprint. Nah, sekarang saya nyoba kulit asli," ungkapnya.

Di sisi lain, Yeni juga lebih memilih media sosial dan fitur story WhatsApp dalam memasarkan produknya. "Karena handmade kan saya gak bisa banyak (dalam sehari). Saya mainnya kualitas," ungkapnya.

4. Kredit UMKM BRI jadi solusi masalah permodalan pelaku usaha

Cerita Inspiratif Yeni Syafitra, Perajin Tas Ecoprint dari Tangerangilustrasi uang (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Sementara itu, Manager Bisnis Mikro BRI Kanca Tangerang Ahmad Yani, Victor Butar Butar menjelaskan, BRI memiliki solusi pada permasalahan permodalan seperti yang dialami Yeni. Menurut Viktor, cara UMKM mengakses permodalan BRI. 

Langkah pertama, pelaku UMKM bisa langsung datang ke kantor unit kerja BRI dimana UMKM tersebut berdomisili untuk mengajukan permohonan pinjaman. "Atau juga bisa melalui agen Brilink yang akan diteruskan ke unit kerja BRI penyaluran pinjaman," kata Victor pada Selasa (16/5/2023).

Viktor menjelaskan, pelaku UMKM bisa mengajukan pinjaman sesuai kebutuhannya. Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro bisa dilayani sampai dengan plafon Rp100 juta tanpa agunan.

"Jika kebutuhan pinjaman diatas Rp100 juta bisa mengajukan KUR kecil di kantor cabang BRI sampai Rp500 juta dengan agunan surat tanah atau surat kendaraan," kata Viktor.

Viktor mengatakan, pihaknya melihat UMKM sebagai mitra usaha yang saling menguntungkan, sehingga BRI fokus untuk menanamkan semangat kewirausahaan di diri masing-masing pelaku UMKM dan debitur. "Hal ini dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan semangat pelaku usaha agar terus mengembangkan bisnisnya dengan tujuan pelaku UMKM dapat naik kelas secara berkala," kata dia. 

Baca Juga: Ada Layanan Pendaftaran Merek Gratis untuk UMKM Nih

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya