Rabeg Kuliner Kesukaan Sultan Banten yang Terancam Punah

Kuliner ini juga tak sepopuler Rendang

Serang, IDN Times - Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dan tradisinya, tak terkecuali kuliner khas di daerah-daerah. Banten, khususnya di wilayah Serang, ada kuliner yang populer dan memiliki nilai historis yakni Rabeg.

Rabeg bukanlah kuliner biasa, karena terkait dengan kisah Sultan Maulana Hasanuddin, raja dari Kesultanan Banten yang memerintah antara 1527 hingga 1570. Bahkan, menu ini merupakan makanan favorit sultan dan wajib dihidangkan di Istana Kesultanan Banten.

Baca Juga: Wisata Sungai Ciberang Banten, Pacu Adrenalin!

1. Asal usul kuliner Rabeg

Rabeg Kuliner Kesukaan Sultan Banten yang Terancam PunahSate Bandeng: Kuliner Lezat Hidangan Favorit Sultan Banten (disparbanten.prov.go.id)

Pengrajin kuliner Rabeg, Bayu, menjelaskan berdasarkan cerita yang berkembang, munculnya Rabeg bermula dari perjalanan Sultan Maulana Hasanuddin untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Setelah pelayaran yang panjang dari Banten, Sultan Maulana Hasanuddin tiba di pelabuhan Kota Rabiq.

Sultan Maulana Hasanuddin sempat berkeliling menghabiskan waktu di kota tersebut, dan mencicipi masakan berbahan olahan daging kambing. Sekembalinya dari tanah suci, ternyata beliau tidak bisa melupakan kenangan di Kota Rabiq, termasuk kulinernya.

Ia kemudian meminta juru masak kesultanan untuk membuat masakan dengan rasa mirip seperti ia santap di Kota Rabiq. Meski tak sama persis, namun Sultan Maulana Hasanuddin cukup menyukai makanan yang dibuat sang juru masak.

"Dengan bahan dasar utamanya dari daging kambing dikreasikan dengan lidah Indonesia dan olahan rempah," kata Bayu kepada IDN Times, Sabtu (30/9/2023).

2. Mendapatkan resep dan belajar memasak Rabeg dari orangtua

Rabeg Kuliner Kesukaan Sultan Banten yang Terancam PunahDok. Istimewa/Bayu

Bayu mendapatkan resep dan belajar olahan kuliner Rabeg dari orangtuanya sendiri, yang sampai saat ini ia pertahankan. Ada dua versi cara mengolah Rabeg. Pertama, Rabeg Grabagan yang cara pengolahan bumbunya serba disisir. Lalu versi kedua yang ia biasa gunakan yakni dengan cara pengolahan bumbunya dihaluskan.

"Saya itu lebih ditumbuk, dihaluskan bumbunya sehingga lebih kerasa bumbunya (meresap). Kalau Grabagan itu sumbrah banjir," katanya.

Sepintas makanan ini terlihat seperti tengkleng atau tongseng, karena dibuat tanpa menggunakan santan. Namun rasa dan aroma Rabeg cenderung lebih kuat. Rabeg adalah kuliner berbahan daging kambing cita rasa Timur Tengah dengan rasa gurih, manis, dan sedikit pedas. Umumnya Rabeg dibuat dari bumbu rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit, jahe laos, kemiri lada, pala, gula, dan merah kecap.

Sementara untuk rempah-rempahnya atau bumbu kering yakni kayu manis, kapulaga, cabai rambat/cabai jawa, cengkeh, dan jinten.

3. Kalah populer dengan kuliner Rendang

Rabeg Kuliner Kesukaan Sultan Banten yang Terancam PunahIlustrasi rendang (instagram.com/awcavs)

Namun ia menyayangkan, kuliner favorit Sultan Hasanudin itu tak sepopuler kuliner Rendang. Kuliner khas Minagkabau, Sumatra Barat, tersebut saat ini telah tersebar ke pelosok penjuru negeri bahkan telah mendunia. Sementara Rabeg sendiri masih jarang ditemukan di Banten. Hanya ada beberapa daerah saja yang rumah makannya menyediakan menu Rabeg.

"Justru ini pekerjaan rumah kita, orang Serang, harus mengangkat kuliner tradisional khususnya masakan Rabeg," katanya.

4. Melestarikan Rabeg dengan membuka usaha kuliner tradisional

Rabeg Kuliner Kesukaan Sultan Banten yang Terancam PunahDok. Istimewa/Bayu

Bayu sendiri membuka usaha Rabeg dan makanan tradisional lainnya seperti sate Bandeng dan Nasi Samin melalui online. Ia membuka pesanan bagi warga yang ingin mencicipi Rabeg. Biasanya, warga yang tengah menggelar hajatan atau syukuran kerap memesan Rabeg kepadanya. Bahkan, pernah ia memasak pesanan Rabeg mencapai delapan ekor kambing.

Saat ini para pencinta kuliner Rabeg mulai berkurang seiring dengan mulai berkembangnya kuliner luar seperti Korean Food di Banten. Terutama, di kalangan generasi Z.

"Justru itu saya pengen melestarikan mempertahankan masakan tradisional, bukan Rabeg doang," katanya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya