Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria minum (pexels.com/Safa Bakırcı)

Tinggal atau bekerja di luar negeri bukan sekadar pindah tempat, tetapi juga berarti harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, budaya, dan cara hidup yang berbeda. Jika kamu masih membawa kebiasaan lama yang kurang cocok dengan budaya setempat, proses adaptasi bisa terasa lebih sulit.

Agar bisa lebih cepat merasa nyaman dan diterima di negara baru, ada beberapa kebiasaan yang perlu kamu ubah. Berikut lima kebiasaan yang sebaiknya kamu sesuaikan agar adaptasimu berjalan lebih lancar.

1. Mengandalkan bahasa ibu dalam setiap situasi

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Tim Douglas)

Jika kamu masih sering menggunakan bahasa ibu dan berharap orang lain mengerti, maka kamu akan kesulitan berkomunikasi di luar negeri. Banyak orang yang enggan keluar dari zona nyaman dan hanya bergaul dengan komunitas yang berbicara bahasa yang sama.

Sebisa mungkin, biasakan untuk berbicara dalam bahasa setempat atau bahasa internasional seperti Inggris. Meskipun belum lancar, teruslah berlatih dan jangan takut salah. Semakin sering kamu berkomunikasi, semakin cepat kamu bisa memahami dan menguasai bahasa tersebut.

2. Tidak peduli dengan etika dan kebiasaan sosial setempat

ilustrasi pertemuan sosial (pexels.com/Mikhail Nilov)

Setiap negara memiliki etika dan norma sosial yang berbeda. Misalnya, di Jepang, berbicara terlalu keras di tempat umum dianggap tidak sopan, sementara di Amerika, keterbukaan dalam berbicara lebih dihargai.

Cobalah untuk lebih memperhatikan bagaimana penduduk lokal bersikap dan berinteraksi. Pelajari etika dasar seperti cara menyapa, berterima kasih, atau aturan dalam antrian. Dengan memahami kebiasaan mereka, kamu bisa lebih mudah diterima dalam lingkungan sosial.

3. Terlalu terpaku pada gaya hidup lama

ilustrasi makan bersama (pexels.com/fauxels)

Jika kamu terlalu terpaku pada kebiasaan lama dan enggan mencoba hal baru, adaptasimu akan lebih sulit. Misalnya, jika di negara asalmu kamu terbiasa makan makanan tertentu, tetapi di negara tujuan pilihan makanannya berbeda, kamu harus lebih terbuka untuk mencoba.

Jangan membanding-bandingkan segalanya dengan negara asalmu. Cobalah menikmati perbedaan dan belajar menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru. Dengan begitu, kamu bisa menikmati pengalaman hidup di luar negeri dengan lebih baik.

4. Tidak memiliki sikap fleksibel dalam menghadapi perubahan

ilustrasi pria bergaya (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika tinggal di luar negeri, banyak hal mungkin tidak berjalan seperti yang kamu harapkan. Jika kamu terlalu kaku dan sulit menerima perubahan, kamu bisa merasa stres dan frustrasi dengan lingkungan barumu.

Kamu perlu belajar untuk lebih fleksibel dan terbuka terhadap perbedaan. Jangan langsung menghakimi sesuatu yang berbeda sebagai buruk, tetapi lihatlah sebagai pengalaman baru yang bisa memperkaya hidupmu. Dengan sikap yang lebih terbuka, kamu akan lebih mudah menikmati kehidupan di negara baru.

5. Hanya bergaul dengan sesama pendatang

ilustrasi pria berkumpul (pexels.com/Afta Putta Gunawan)

Banyak pendatang baru yang merasa lebih nyaman berteman dengan orang-orang dari negara asalnya. Namun, jika kamu hanya bergaul dengan mereka, kamu akan kehilangan kesempatan untuk memahami budaya setempat dan memperluas jaringan sosial.

Cobalah untuk membangun hubungan dengan penduduk lokal. Bergabunglah dalam komunitas, organisasi, atau kegiatan sosial yang melibatkan mereka. Dengan begitu, kamu bisa lebih cepat menyesuaikan diri dan mendapatkan pengalaman yang lebih berharga.

Beradaptasi di luar negeri membutuhkan usaha dan kesiapan untuk berubah. Dengan meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sesuai, serta bersikap lebih terbuka dan fleksibel, kamu bisa mempercepat proses adaptasi dan menjalani hidup yang lebih nyaman di lingkungan baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team