Pahami, 5 Hal Unik Dialek Bahasa Jawa Serang Ini Wajib Kamu Ketahui

Keprimen kabare, Lur?

Digunakan sebagai dialog dalam film Yuni, bahasa Jawa Serang alias Jaseng perlahan namun pasti kini mulai dikenal masyarakat luas. Meski sedikit dipengaruhi ragam dialek bahasa Jawa Cirebon dan Indramayu, bahasa Jaseng tetap punya ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan daerah lain di Indonesia. 

Dipakai sebagai komunikasi sehari-hari wilayah Banten bagian Utara, berikut ini beberapa hal terkait bahasa Jawa Serang (Jaseng) yang patut kamu ketahui, seperti disarikan dari beberapa sumber: 

Baca Juga: 9 Potret Menawan Arawinda Kirana, Pemeran Yuni di Film Yuni 

1. Ada dua tingkatan bahasa Jawa Serang

Pahami, 5 Hal Unik Dialek Bahasa Jawa Serang Ini Wajib Kamu KetahuiIlustrasi orang sedang ngobrol (pixabay.com/sasint)

Penggunaan kalimat bahasa Jawa Serang terbagi dalam dua tingkatan dasar, yaitu bebasan dan standar. Masing-masing tingkatan bahasa biasanya dipakai mengikuti kebiasaan, suasana, usia, keadaan, dan jenis pertemuannya. 

Bahasa Jaseng bebasan biasanya digunakan dalam kegiatan formal, ucapan hormat kepada yang lebih tua, atau situasi-situasi resmi lainnya. Sementara bahasa Jaseng standar dipakai dalam pergaulan sehari-hari di antara sesama teman sebaya atau sepermainan. 

2. Pengucapan dialek bahasa Jawa Serang terdapat dua versi, antara akhiran huruf "a" dan "e" di beberapa kata

Pahami, 5 Hal Unik Dialek Bahasa Jawa Serang Ini Wajib Kamu KetahuiWarga Serang penerima bantuan sosial di tengah pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Tak hanya tingkatan bahasa, Jawa Serang juga punya dua versi pengucapan kata yang cukup unik, lho. Akhiran huruf "a" dan "e" pada beberapa kata dalam bahasa Jaseng dipakai di masing-masing wilayah yang berada di Banten. 

Akhiran huruf "a" pada beberapa kata bahasa Jaseng dipakai di daerah Cikande, Pamarayan, Kragilan, Kopo, dan sekitarnya. Sementara lafal "e" digunakan oleh masyarakat di sekitar Serang, Cilegon, Anyer, Bojonegara, Kasemen, dan Cipocok Jaya.

Contoh kata yang pelafalan huruf akhirnya berbeda di antaranya adalah: apa-ape, sira-sire, ora-ore, kula-kule, pira-pire, dan sebagainya. 

3. Terdapat akhiran unik yang mengiringi beberapa kalimatnya, seperti: geh, kuh, tah, ye, dan sejenisnya

Pahami, 5 Hal Unik Dialek Bahasa Jawa Serang Ini Wajib Kamu Ketahuiilustrasi minum kopi (pixabay.com/StockSnap)

Jika diperhatikan dengan seksama, beberapa warga Serang yang menggunakan bahasa Jaseng biasanya akan menambah kata lain di akhir kalimat. Terdengar unik, akhiran tersebut berbeda bunyinya, tergantung dengan kalimat yang diucapkan di depannya. 

Hampir sama artinya dengan dong, kan, kah, lah, dan sebagainya, akhiran bahasa Jaseng dilafalkan sebagai penegasan maksud kalimatnya. Akhiran geh, kuh, tah, ye, dan sejenisnya sudah sangat umum digunakan oleh warga Serang sebagai komunikasi sehari-hari. 

Beberapa contoh penggunakan akhiran tersebut di antaranya adalah:

  • Iye, tah? (Benarkah?)
  • Aje mengkonon, geh (Jangan begitu, dong)
  • Ane ape, kuh? (Ada apa tuh?)

4. Warga Pandeglang dan Lebak yang menggunakan bahasa Sunda Banten, terbiasa menggunakan bahasa Jaseng saat berada di Serang

Pahami, 5 Hal Unik Dialek Bahasa Jawa Serang Ini Wajib Kamu Ketahui(ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Di wilayah Banten bagian Selatan, seperti Pandeglang dan Lebak, masyarakatnya biasa menggunakan dialek bahasa Kanekes dan Sunda Banten. Meski demikian, beberapa warga Banten bagian Selatan yang sudah lama tinggal di Serang ikut menggunakan bahasa Jaseng sebagai komunikasi sehari-hari. 

Bahasa Jaseng dengan logat Sunda Banten yang diucapkan biasanya akan terdengar unik dan berbeda dengan warga Serang asli. Tak jarang, mereka akan menggunakan campuran dua bahasa tersebut dalam satu kalimat utuh yang cukup membuat suasana makin terasa hangat dan akrab.

Baca Juga: Tradisi Seba Baduy sebagai Bentuk Ungkapan Rasa Syukur

5. Beda kalimat bahasa bebasan dan standar dalam dialek Jawa Serang

Pahami, 5 Hal Unik Dialek Bahasa Jawa Serang Ini Wajib Kamu Ketahui(Warga Pandeglang, Sarminah, korban tsunami) IDN Times/Helmi Shemi

Meski sama-sama merupakan bahasa Jaseng, ada perbedaan kalimat yang cukup signifikan antara bebasan dan standar. Digunakan sesuai kebutuhan, bahasa Jaseng bebasan dan standar diucapkan dengan intonasi yang juga berbeda.

Karena biasa digunakan dalam forum-forum resmi dan ucapan hormat kepada yang lebih tua, bebasan terdengar lebih lembut, berwibawa, dan hangat. Sementara bahasa Jaseng standar yang sering digunakan dalam pergaulan sehari-hari terdengar lebih bebas dan apa adanya.

Contoh kalimat bahasa Jaseng bebasan dan standar bisa dilihat dalam kalimat berikut ini:

  • Napik dolanan saos, nggih? (Jaseng bebasan)
  • Aje memengan bae, ye? (Jaseng standar)
  • Jangan main melulu, ya? (Indonesia)

Baca Juga: Sambil Lestarikan Bahasa Jaseng, Bobby Dapat Cuan

Jadi, kalau mau melancong ke kota Serang, Banten, sudah tahu kan bahasa apa yang dipakai untuk melakukan komunikasi kepada warganya. Selamat datang di Banten, ya!

Penulis: Iip Afifullah

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya