7 Cara Hadapi Quarter Life Crisis yang Datang Saat Menjadi Orangtua
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di Indonesia tak jarang kita temui pasangan yang menikah muda. Biasanya setelah menginjak usia awal 20-an mereka sudah memutuskan untuk menikah dengan beragam alasan.
Karena menikah di awal usia dewasa muda itulah, biasanya ketika masa quarter life crisis datang mereka sudah menjadi orangtua. Tentu cara menghadapi quarter life crisis saat masih membujang dengan yang sudah berumah tangga dan memiliki anak, sangat jauh berbeda. Sehingga siapapun yang terjebak oleh situasi ini perlu mengetahui tips-tips untuk melewatinya dengan damai dan tidak meninggalkan kenangan negatif pada pasangan dan anak.
Berikut tujuh tips yang bisa papa dan mama muda coba saat menghadapi quarter life crisis. Selamat membaca, ya!
1. Menyusun skala prioritas kebutuhan
Saat sudah menjadi orangtua, kita pasti dihadapkan dengan realita pengeluaran yang jauh dari bayangan kita sebelum memiliki anak. Faktanya, segala keperluan rumah tangga dan anak memang mahal adanya. Tapi, tentu hal ini tidak berlaku jika kita bisa bijaksana mengelolah keuangan.
Susunlah skala prioritas kebutuhan di rumah. Buatlah daftar apa-apa saja yang perlu dibeli lebih dulu, dan apa-apa saja yang masih bisa menunggu. Para orangtua juga bisa menyiasati dengan mencari keperluan-keperluan tersebut saat sedang ada promo di e-commerce karena harganya cenderung lebih murah.
Baca Juga: 5 Cara Mendapat Restu Orangtua atas Rencana dan Mimpimu
2. Banyak bekerja sama dengan pasangan
Pasangan harus bisa dijadikan partner saat menghadapi masa-masa kelam ini. Kamu harus melibatkan mereka dalam banyak hal termasuk saat mengambil keputusan. Jangan ragu untuk mendiskusikan tentang apa yang sedang mengganggu pikiran kita pada pasangan, dan jangan memendam segala sesuatu sendirian.
Di masa-masa quarter life crisis, usahakan untuk tidak menutup diri dari pasangan. Kita mencurahkan isi hati bukan untuk membagi beban untuk ditanggung oleh pasangan, tapi untuk meringankan pikiran kita sendiri demi tetap waras.
3. Belajar untuk pandai bersyukur
Sudahkah mensyukuri pasangan dan anak yang Tuhan hadirkan di tengah-tengah kita saat ini? Jika belum ayo berlatih untuk pandai bersyukur. Pasanganmu yang suka mengeluh dan tidak peka itu dirindukan banyak bujangan di luar sana, anakmu yang rewel dan suka jahil itu juga dirindukan oleh banyak pasangan yang belum memiliki anak, dan gajimu yang seringkali kurang itu bahkan diimpikan oleh banyak pengangguran di luar sana.
Jangan memandang keluarga kecilmu itu sebagai beban, pandanglah mereka sebagai sebab kamu selalu semangat berproses menjadi lebih baik setiap harinya. Jangan memandang pekerjaanmu melelahkan sedang gajimu pas-pasan, pandanglah pekerjaanmu sebagai sebab kamu bisa menikmati rizki yang halal setiap harinya.
4. Jauhkan diri dari obrolan yang toxic
Orang-orang yang menikah muda pasti tak jarang mendapatkan komentar negatif dari lingkungan. Komentar-komentar ini tidak kunjung berhenti bahkan setelah para orangtua muda ini memiliki anak. Banyak yang tak hanya memberi komentar negatif, tapi juga membanding-bandingkan pencapaian mereka dengan orang lain bahkan perkembangan anak pun tak luput dari sasaran. Mirisnya, komentar yang tidak perlu ini justru seringkali muncul dari orang-orang terdekat.
Kita memang tidak bisa mengendalikan mulut orang lain, tapi kita selalu bisa mengendalikan diri kita sendiri. Kita bisa menarik diri dari obrolan toxic semacam ini, alihkan dengan mencari topik lain dan sesegera mungkin mengakhiri percakapan. Tidak perlu berpanjang lebar bahkan mendebat orang-orang semacam ini, ya!
5. Jangan lewatkan waktu istirahat dan family-time
Di tengah gempuran dilema usia dewasa muda, kita perlu sesekali mengistirahatkan fisik dan psikis. Jangan pernah melewatkan kesempatan untuk beristirahat dan family-time, ya! Gunakan waktu ini untuk menjaga keharmonisan keluarga sekaligus bersenang-senang.
Beri jeda untuk diri kita sendiri dan hindari merasa bersalah. Kita semua berhak memiliki waktu bersenang-senang dan bersantai,kok! Apalagi saat menghadapi quarter life crisis yang serba menguras emosi ini dan fikiran.
6.Tingkatkan intensitas dan kualitas ibadah
Salah satu cara yang gak kalah jitu adalah dengan meningkatkan intensitas dan kualitas ibadah. Ibadah bisa mengurangi stres yang berlebihan. Daripada kita berlarut-larut memikirkan ketidakpastian hari esok, lebih baik menyibukkan diri dengan beribadah.
Tak bisa dipungkiri, setiap orang yang memiliki rasa 'terhubung' dengan Tuhannya, biasanya cenderung mudah untuk didamaikan perasaannya. Maka dari itu, jangan melewatkan waktu beribadah, ya! agar kita bisa mengelola stress di tengah banyaknya kewajiban yang penuh tekanan ini.
Melewati masa quarter life crisis memang memerlukan kemampuan manajemen diri yang baik, apalagi saat sudah menjadi orangtua. Semua ini sudah pasti kita lakukan demi keharmonisan agar tetap terjaga. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat, ya!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.