Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi anak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pernah gak sih kamu ingin curhat soal mental health ke orangtua, tapi malah dapat respons seperti, "Kamu cuma butuh liburan" atau "Itu cuma karena kurang ibadah" Rasanya pasti campur aduk, antara sedih, bingung, dan gak tahu harus menyikapi seperti apa. 

Di Indonesia, stigma tentang kesehatan mental memang masih tinggi, terutama di generasi orangtua. Banyak yang menganggap masalah mental health itu "gak nyata" atau sesuatu yang memalukan.

Tapi tenang, ada cara kok untuk menghadapi situasi ini tanpa harus menyerah. Yuk, simak lima tips berikut, seperti yang dikutip dari pmc.ncbi.nlm.nih.gov dan evolvetreatment.com:

1. Siapkan informasi yang kredibel untuk membantu menjelaskan

ilustrasi bermain gawai (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Sebelum mulai diskusi, kamu perlu mempersiapkan diri dengan informasi yang jelas dan kredibel. Cari artikel, data statistik, atau hasil penelitian dari sumber terpercaya, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau organisasi kesehatan mental lainnya. Informasi ini bisa jadi "alat" untuk membantu mereka memahami pentingnya mental health.

Kamu juga bisa menyertakan contoh nyata dari tokoh yang mereka kenal atau hormati. Misalnya, banyak figur publik yang sekarang terbuka soal pentingnya menjaga kesehatan mental. Hal ini bisa membuat orangtua lebih mudah menerima informasi karena terasa relevan.

2. Gunakan bahasa sederhana yang mudah dimengerti

ilustrasi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)

Hindari istilah psikologi yang terlalu rumit. Alih-alih bilang, "Aku mengalami depresi," coba gunakan kalimat seperti, "Akhir-akhir ini aku sering sedih banget tanpa alasan dan susah menikmati apa pun." Dengan menggunakan bahasa yang lebih akrab, orangtua mungkin lebih mudah mengerti situasi yang kamu alami.

Kalau bisa, berikan contoh konkret. Misalnya, ceritakan bagaimana kesehatan mentalmu memengaruhi aktivitas sehari-hari, seperti susah tidur, sulit fokus, atau kehilangan semangat untuk melakukan hal yang dulu kamu sukai.

3. Jelaskan pentingnya kesehatan mental dengan analogi sederhana

ilustrasi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)

Orangtua sering lebih paham kalau dijelaskan dengan perumpamaan. Coba bilang, "Kalau badan kita sakit, kita ke dokter, kan? Nah, kalau pikiran dan perasaan kita sakit, kita juga butuh bantuan ahli." Penjelasan seperti ini biasanya lebih mudah diterima karena membuat kesehatan mental terasa sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Kamu juga bisa menambahkan bahwa gangguan mental bisa berdampak langsung ke tubuh, seperti sakit kepala, maag, atau penyakit lainnya. Hal ini mungkin membuat mereka lebih serius dalam memandang kesehatan mental.

4. Libatkan orang yang mereka hormati dalam diskusi

ilustrasi keluarga (pexels.com/Vitaly Gariev)

Kadang, orangtua lebih mudah menerima informasi dari pihak yang mereka percaya, seperti dokter keluarga, pemuka agama, atau saudara yang lebih tua. Kamu bisa meminta bantuan mereka untuk berbicara dengan orangtuamu atau menjelaskan pentingnya kesehatan mental.

Kalau memungkinkan, ajak orangtua untuk ikut seminar atau webinar tentang kesehatan mental. Mendengar langsung dari ahli yang kredibel bisa membantu membuka pikiran mereka.

5. Bersabar dan tetap jaga kesehatan mentalmu sendiri

ilustrasi orangtua dan anak remaja (pexels.com/cottonbro studio)

Perubahan pola pikir gak bisa terjadi dalam semalam. Butuh waktu dan kesabaran untuk membuat orangtua memahami pentingnya mental health. Jangan terlalu memaksa mereka untuk langsung mengerti, ya.

Sambil menunggu proses ini, jangan lupa prioritaskan dirimu sendiri. Cari dukungan dari teman, komunitas, atau konselor yang bisa membantu kamu tetap kuat. Kamu juga bisa mencoba teknik relaksasi, seperti meditasi atau journaling, untuk mengelola emosi dengan lebih baik.

Memang tidak mudah menghadapi orangtua yang belum memahami pentingnya kesehatan mental. Tapi percayalah, setiap usaha kecil untuk membuka dialog dan memberi pemahaman adalah langkah berharga. Jadi, sudah siap memulai percakapan bermakna ini dengan orangtuamu?

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team