6 Keunikan Suku Baduy yang Wajib Kamu Tahu

Menjadi salah satu suku dengan kehidupan yang masih begitu alami, orang Baduy memang selalu menarik perhatian banyak orang. Meski tinggal tidak jauh dari ibu kota Jakarta, suku yang satu ini masih menjaga budaya dan adatnya dengan baik.
Suku Baduy tinggal di wilayah Lebak, Banten dan masuk dalam kelompok subetnis Sunda. Di masa lalu, Banten merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat, sebelum akhirnya menjadi provinsi yang terpisah dan berdiri sendiri.
Suku Baduy terbagi dalam 2 kelompok besar

Secara garis besar, Suku Baduy bisa dibedakan dalam 2 kelompok besar, yakni Baduy Dalam dan juga Baduy Luar. Namun secara keseluruhan, Suku Baduy memang masih memiliki banyak keunikan.
Suku Baduy Dalam masih tetap mempertahankan aturan adat dan juga budaya mereka dengan ketat. Mereka benar-benar menolak semua bentuk perkembangan zaman, termasuk sendal, sepatu, hingga listrik.
Sementara itu Suku Baduy Luar sudah menggunakan perangkat elektronik, seperti senter dan juga lampu emergency atau bahkan mainan anak-anak yang terbilang modern.
Orang Baduy Luar juga sudah mulai mengenal gadget, terutama anak-anak muda mereka yang mulai bepergian ke kota.
2. Suku ini menggunakan Bahasa Sunda untuk percakapan sehari-hari

Sebagai bagian dari etnis Sunda, Suku Baduy memang menggunakan Bahasa Sunda Banten sebagai bahasa sehari-hari. Ini digunakan pada hampir seluruh masyarakat Baduy, baik itu Baduy Dalam, maupun Baduy Luar.
Namun di dalam perkembangannya, sejumlah orang Baduy sudah bisa berbahasa Indonesia, beberapa bahkan cukup mahir berbicara menggunakan Bahasa Inggris.
3. Menganut kepercayaan Sunda Wiwitan

Hingga saat ini, Suku Baduy masih menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Ini merupakan kepercayaan kepada roh para nenek moyang atau yang populer dengan sebutan animisme.
Namun selama bertahun-tahun belakangan, kepercayaan Sunda Wiwitan ini juga sudah mulai dipengaruhi oleh agama lain, seperti: Islam, Hindu, dan yang lainnya.
4. Anak-anak Baduy mulai sekolah

Pendidikan termasuk salah satu yang belum diterima secara terbuka oleh Suku Baduy. Hingga saat ini masyarakat adat Baduy, di pedalaman Lebak masih memegang teguh perintah leluhur, salah satunya untuk tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah.
Bukan tanpa alasan para kokolot melarang warganya untuk bersekolah layaknya masyarakat umum. Para tetua adat menilai, sekolah bisa berdampak negatif di ke depannya. Salah satunya, sekolah bisa mengancam eksistensi masyarakat Suku Baduy-- sang penjaga alam.
Meski demikian, kini sebagian kecil anak-anak Suku Baduy sudah mulai mengenyam pendidikan. Pemerintah bahkan sudah mendirikan SD di kawasan tersebut.
5. Orang Baduy mengandalkan alam sebagai sumber mata pencaharian

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Suku Baduy mengandalkan kekayaan alam di sekitarnya. Mereka banyak bertani atau bahkan mengumpulkan hasil hutan seperti madu.
Namun sebagian kecil juga berdagang, terutama untuk memenuhi kebutuhan para pendatang yang berkunjung ke daerah mereka.
6. Dalam waktu tertentu, Suku Baduy menutup diri dari dunia luar

Suku Baduy memiliki salah satu ritual yang selalu dilaksanakan secara disiplin, yakni Kawalu. Tradisi ini dilaksanakan dengan menutup diri dari dunia luar selama tiga bulan.
Saat ini, Suku Banten tengah melaksanakan Kawalu. Pemerintahan adat suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar resmi menutup kawasan perkampungan Baduy Dalam dari kunjungan wisatawan selama tiga bulan ke depan.
Penutupan itu bertepatan dimulainya prosesi adat Seba Baduy mulai 5 Februari-5 Mei 2022.