5 Skincare Ini Jangan Digunakan untuk Anak-Anak

- Retinol tidak cocok untuk kulit anak karena efek sampingnya yang terlalu berisiko, seperti pengelupasan dan kemerahan.
- Penggunaan produk anti-aging pada anak belum relevan dan bisa memicu iritasi serta memberikan persepsi yang keliru tentang kecantikan.
- Bahan-bahan abrasif seperti AHA dan BHA pada anak-anak dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari, sehingga perlu dihindari.
Di zaman sekarang, kesadaran merawat kulit sudah mulai muncul sejak usia dini. Banyak anak-anak dan remaja yang mulai tertarik menggunakan produk perawatan kulit, entah karena pengaruh media sosial atau dorongan dari lingkungan sekitar. Meski tidak salah untuk mulai merawat diri sejak muda, ada beberapa produk skincare yang sebenarnya tidak cocok digunakan oleh anak di bawah umur karena formulanya terlalu kuat atau belum sesuai dengan kebutuhan kulit mereka.
Kulit anak dan remaja masih tergolong sensitif dan cenderung belum memerlukan bahan aktif yang berat. Penggunaan skincare yang tidak sesuai bisa menyebabkan iritasi, alergi, hingga merusak lapisan pelindung kulit alami mereka.
Berikut ini lima jenis skincare yang sebaiknya dihindari oleh anak-anak di bawah umur demi menjaga kesehatan kulit mereka sejak dini yang disarikan dari Connecticutchildrens.org, Uclahealth.org, dan bbc.com.
1. Retinol dan turunannya

Retinol, turunan dari vitamin A, dikenal sebagai bahan aktif yang ampuh untuk mengatasi penuaan, jerawat, dan mempercepat regenerasi kulit. Meski sering dianggap sebagai “gold standard” dalam dunia skincare, retinol bukanlah bahan yang cocok untuk anak-anak. Retinol dapat menyebabkan efek samping seperti pengelupasan, kemerahan, hingga iritasi jika tidak digunakan dengan benar — efek yang terlalu berisiko untuk kulit muda yang masih sensitif.
Penggunaan retinol lebih disarankan untuk usia dewasa, terutama setelah usia 20-an saat masalah seperti penuaan dini mulai muncul. Untuk anak di bawah umur, perawatan kulit sebaiknya difokuskan pada menjaga kebersihan, kelembapan, dan perlindungan dari sinar matahari, bukan pada bahan anti-aging yang keras seperti retinol.
2. Produk anti-aging

Produk anti-aging biasanya mengandung bahan-bahan seperti peptide, collagen booster, bahkan zat-zat pengencang kulit yang ditujukan untuk memperlambat tanda-tanda penuaan. Masalahnya, kulit anak-anak belum mengalami gejala penuaan sehingga penggunaan produk ini tidak memberikan manfaat nyata dan justru bisa memicu iritasi.
Penggunaan produk anti-aging pada kulit anak hanya karena mengikuti tren bisa memberikan persepsi yang keliru tentang kecantikan dan perawatan kulit. Fokus utama anak-anak seharusnya adalah menjaga kelembapan alami kulit serta melindunginya dari paparan sinar UV, bukan mengatasi tanda-tanda penuaan yang belum relevan untuk usianya.
3. Produk eksfoliasi kimia kuat (AHA/BHA konsentrasi tinggi)

Alpha Hydroxy Acid (AHA) dan Beta Hydroxy Acid (BHA) memang berguna untuk mengangkat sel kulit mati dan membersihkan pori-pori. Namun, ketika digunakan dalam konsentrasi tinggi, bahan ini bisa sangat abrasif dan membuat kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Anak-anak yang masih aktif bermain di luar ruangan justru lebih rentan mengalami iritasi akibat penggunaan bahan ini.
Sebagai alternatif, anak-anak yang mengalami masalah kulit seperti jerawat ringan cukup menggunakan pembersih wajah ringan yang sesuai dengan jenis kulitnya. Jika memang diperlukan eksfoliasi, bisa digunakan scrub lembut sekali seminggu tanpa kandungan kimia keras. Pendekatan ini jauh lebih aman untuk menjaga kesehatan kulit muda.
4. Produk pemutih kulit

Banyak anak dan remaja terpengaruh oleh standar kecantikan yang menyamakan kulit putih dengan kulit ideal. Akibatnya, mereka tergoda mencoba produk pemutih kulit tanpa mengetahui risikonya. Produk yang mengandung bahan kimia kuat seperti hidrokuinon atau, yang lebih berbahaya lagi, merkuri, bisa menyebabkan kerusakan kulit permanen dan gangguan kesehatan jangka panjang.
Kulit anak yang masih berkembang bisa menyerap bahan-bahan ini dengan lebih cepat, meningkatkan risiko keracunan atau hiperpigmentasi parah. Daripada terobsesi dengan warna kulit, anak-anak sebaiknya diajarkan untuk mencintai dan merawat kulit mereka dengan cara yang sehat dan aman. Edukasi sejak dini jauh lebih penting daripada hasil instan yang membahayakan.
5. Masker wajah dengan kandungan alkohol

Banyak masker wajah di pasaran memiliki aroma menyenangkan dan efek instan yang menarik perhatian anak-anak. Namun, masker yang mengandung parfum dan alkohol dalam jumlah tinggi sebaiknya dihindari oleh anak-anak karena bisa menyebabkan kulit kering, kemerahan, dan reaksi alergi. Kulit anak tidak memerlukan perawatan ekstrem yang menawarkan hasil instan dalam satu kali pakai.
Masker wajah sebaiknya hanya digunakan sesekali dan dengan formula yang lembut, seperti yang mengandung lidah buaya, oatmeal, atau madu alami. Orang tua sebaiknya turut mengawasi dan memilihkan produk skincare untuk anak-anaknya agar tidak tergoda membeli produk viral yang belum tentu cocok dan aman untuk kulit mereka.
Merawat kulit sejak usia dini memang bukan hal yang salah, tetapi penting untuk memahami bahwa tidak semua produk skincare dibuat untuk semua usia. Anak-anak, khususnya yang berada di bawah umur, memiliki kulit yang berbeda dengan orang dewasa dan membutuhkan pendekatan yang lebih lembut dan aman.