Tari Cokek, dari Sejarah hingga Maknanya

Tarian Cokek merupakan akulturasi budaya Betawi dan Tionghoa

Salah satu tarian yang berkembang di Tangerang adalah Cokek. Tarian ini biasanya dibawakan secara berpasangan, perempuan dan laki-laki.

Kata "cokek" sendiri berasal dari "cukin" yang artinya selendang. Sebelum terkenal dengan sebutan Tari Cokek, tarian ini lebih dulu dikenal dengan sebutan Tari Sipatmo. 

Tarian Cokek berkembang di Tangerang dan kemudian berkembang ke daerah lain, terutama DKI Jakarta. Nah, berikut serba-serbi Tarian Cokek yang wajib kamu tahu, seperti disarikan dari beberapa sumber: 

1. Tari Cokek berawal dari tuan tanah yang sering menggelar pesta di rumahnya

https://www.youtube.com/embed/1rISOa44vSI

Dikutip dari Direktoripariwisata.id, Cokek merupakan tari hasil akulturasi unsur tari tradisional Tiongkok, Sunda-Betawi, dan pencak silat.

Diperkirakan, tarian ini bermula ketika ada seorang tuan tanah keturunan Tionghoa, bernama Tan Sio Kek yang kerap mengadakan pesta di rumahnya. Pesta ini menyuguhkan permainan musik khas Tionghoa dengan instrumen seperti rebab dua dawai yang dipadukan dengan alat musik tradisional Betawi, seperti suling, gong, dan kendang.

Dari permainan musik ini, para tamu yang datang ikut menari mengikuti irama dari tetabuhan yang dimainkan, sehingga lambat laun terciptalah tarian yang bernama Cokek ini.

Tari Cokek awalnya dimainkan oleh tiga penari wanita. Saat ini, tari Cokek biasa dimainkan oleh 5 – 7 orang wanita. Dalam pertunjukannya, diawali dengan menari berjejer memanjang dengan dengan rentangan tangan setinggi bahu di iringi gerakan melangkah maju mundur mengikuti irama Gambang kromong.

Baca Juga: 5 Kafe Ikonik di Tangerang yang Bikin Betah, Sajikan Vibe Super Nyaman

1. Penari Cokek biasanya juga mengajak penonton menari juga

Tari Cokek, dari Sejarah hingga MaknanyaTari Cokek (tangkap layar Youtube/Kecamatan Neglasari

Saat tarian dimulai akan dibuka dengan pertunjukan wewayangan, selanjutnya para penari Cokek berjejer memanjang dan menggerakkan langkah maju mundur mengikuti alunan pengiring gambang kromong. Penari merentangkan tangan setinggi kepala yang seirama dengan gerakan kaki.

Setelahnya, penari biasanya akan mengajak tamu untuk ikut serta menari bersama dengan memberikan tanda, yakni mengalungkan selendang. Pertama yang dilakukan oleh penari yakni memulai pada tamu terhormat terlebih dahulu.

Namun jika ternyata yang diajak bergabung menari tidak bersedia maka dilanjutkan dengan menari secara berpasang-pasangan. Setiap pasangan akan berhadapan pada jarak yang sangat dekat, namun tidak saling bersentuhan.

3. Kostum yang kerap digunakan penari Cokek hingga gerakannya

Tari Cokek, dari Sejarah hingga MaknanyaTari Cokek (http://direktoripariwisata.id)

Dikutip dari Direktoripariwisata.id, kostum yang dikenakan oleh penari berwarna mencolok dalam bentuk baju kurung dilengkapi, dengan celana polos berwarna mencolok.

Selain itu, aksesoris yang utamanya adalah selendang yang disebut cokek. Selendang ini nanti berfungsi sebagai peroperti utama yang mendukung gerakan para penari. Sekaligus digunakan untuk mengajak penonton yang dipilih dengan cara mengalungkannya pada leher penonton.

Selendang yang digunakan oleh penari Cokek terdiri dari beberapa warna, seperti merah, ungu, hijau, kuning, biru, merah muda dan lainnya. Sementara itu di ujung sebelah bawah dari celana panjang biasanya akan diberikan hiasan menggunakan kain berwarna serasi.

Gerakan yang terlihat menjadi ciri utama tarian cokek tak lain ialah gerakan maju mundur, memutar, berjinjit, menggelengkan kepala, serta memainkan kelentikan kedua tangan.

Biasanya, tarian ini diiringi orkestra atau gambang kromong. 

Baca Juga: Berbagai Event Natal dan Tahun Baru di Mall Tangerang

4. Makna setiap gerakan

Meski tari cokek kadang dipandang negatif, sebetulnya ada makna mendalam di setiap gerakan Tarian Cokek. 

Dikutip dari Instagram bankbanten_id,  Tari Cokek memiliki makna bahwa dalam hidup bermasyarakat harus selalu menjaga hati yang bersih.

Makna lainnya juga ditunjukkan oleh gerakan tari dengan tangan ke atas yang memberi makna manusia hanya bisa memohon kepada Tuhan Maha Kuasa; gerakan tangan yang menunjuk mata menjadi simbol bahwa manusia sepatutnya menjaga mata kita dari hal-hal yang tidak baik.

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya