Instalasi Gossip di Pameran Arsitektur UPH, Gambarkan Sisi Unik Toraja

- Instalasi Gossip in Toraja mengangkat peran gosip dalam menjaga harmoni kehidupan masyarakat Toraja.
- Mahasiswa melakukan riset ke Toraja sebelum membuat desain, terinspirasi dari tubuh manusia dan budaya Toraja.
- Pameran Corporeal Metaphor menampilkan desain futuristik karya mahasiswa yang terinspirasi dari metafora tubuh manusia.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Tangerang, IDN Times - Program Studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) menggelar pameran arsitektur bertajuk Corporeal Metaphor hingga 6 Juli 2025 di Kopi Manyar, Bintaro. Dalam pameran tersebut, terdapat salah satu karya menarik yakni instalasi Gossip in Toraja karya Ariel Prakarsa Sugiarta Tjoanda, mahasiswa Arsitektur UPH.
"Karya ini mengangkat sisi unik budaya masyarakat Toraja dan terinspirasi dari arsitektur rumah adat Tongkonan serta dinamika sosial di sana," kata Ariel, Selasa (24/6/2025).
1. Karya tersebut menyoroti peran gosip dalam budaya masyarakat Toraja

Ariel mengungkapkan, instalasi tersebut menyoroti peran “gosip” sebagai elemen penting dalam menjaga harmoni kehidupan masyarakat Toraja. Lebih dari sekadar obrolan, gosip dipahami sebagai medium membangun relasi, menyebarkan informasi, dan menjaga keseimbangan sosial.
"Lewat instalasi ini, saya merancang elemen-elemen baru yang menyatu dengan karakteristik Tongkonan," ungkapnya.
Melalui karya ini, pengunjung diajak melihat bahwa di balik kesan remeh, gosip memiliki nilai kultural yang signifikan dalam membentuk dan mempertahankan struktur sosial komunitas Toraja. Ariel menciptakan ruang-ruang semi-privat yang mendorong interaksi, berbagi cerita, dan menciptakan kebersamaan.
"Tujuannya bukan mengubah identitas Tongkonan, melainkan memperluas fungsi sosialnya melalui pendekatan desain modern yang tetap menghargai nilai tradisi,” jelas Ariel.
2. Sebelum membuat desain, mahasiswa terlebih dahulu riset ke Toraja

Sebelum membuat desain untuk pameran tersebut, Ariel bersama 28 mahasiswa arsitektur lainnya mengikuti perjalanan studi ke Toraja, Sulawesi Selatan, pada 20–26 November 2024. Perjalanan itu sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Di sana, mereka mengamati rumah adat Tongkonan, yang dipandang sebagai tubuh hidup—“bernapas” melalui ritual, terhubung dengan semesta, dan menyimpan memori dalam material seperti kayu, ijuk, dan batu. Pendekatan ini mengajak mahasiswa untuk memahami arsitektur tidak hanya dari bentuk visual, tetapi juga dari konteks budaya dan lingkungan yang mendalam.
“Kenapa kami memilih tubuh sebagai titik awal? Karena tubuh adalah cara paling dekat untuk memahami arsitektur," kata Emanuel Agung Wicaksono, Koordinator Studio.
Ia ingin mahasiswa menyadari bahwa arsitektur bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan sehari-hari, melainkan hadir di sekitarnya, bahkan dalam tubuh mahasiswa sendiri. Melalui keterkaitan antara tubuh dan arsitektur Toraja, diharapkan mahasiswa menjadi lebih peka, mampu mengeksplorasi lebih dalam.
"Dan pada akhirnya menciptakan inovasi arsitektur Indonesia yang relevan dan bermakna di masa depan,” ujar Emanuel.
3. Desain para mahasiswa terinspirasi dari tubuh manusia dan budaya Toraja

Setiap karya yang ditampilkan telah melalui proses kurasi oleh tim pengajar UPH dan sejumlah arsitek profesional, termasuk Emanuel Agung Wicaksono serta David Hutama, Adwitya Dimas Satria, dan Ardy Hartono Kurniawan, yang turut memastikan kualitas karya yang layak untuk dipresentasikan ke publik.
Saat pengunjung masuk ke dalam pameran tersebut, akan langsung terlihat jajaran desain arsitektur unik dan futuristik karya mahasiswa. Dalam pameran Corporeal Metaphor, mahasiswa Arsitektur UPH mengeksplorasi desain yang terinspirasi dari metafora tubuh manusia, seperti kepala, tangan, kaki, dan punggung.
Emanuel Agung Wicaksono menjelaskan bahwa tubuh merupakan alat utama untuk memahami arsitektur, mulai dari orientasi arah hingga interaksi dengan lingkungan sekitar. "Setiap bagian tubuh memiliki perannya masing-masing dalam membantu untuk memahami arsitektur," ungkapnya.
Misalnya saja bagian kepala yang menjadi pusat orientasi dan penglihatan untuk mengarahkan pandangan, serta membantu membaca situasi dan arah. Tangan berperan sebagai penghubung langsung dengan benda-benda di sekitar; melalui sentuhan, merasakan tekstur, suhu, hingga berat suatu objek. Bagian kaki memungkinkan manusia untuk bergerak, merespons bentuk permukaan tanah, dan merasakan irama dari ruang yang dilalui.
"Sementara itu, punggung berfungsi sebagai penopang utama yang memberi kekuatan dan kestabilan pada tubuh, menjadi simbol dari struktur yang tidak terlihat namun sangat vital," jelasnya.
Susinety Prakoso selaku Dekan Fakultas Desain UPH mengatakan, pameran arsitektur ini memang ditujukan agar menjadi wadah ekspresi kreatif, sekaligus menunjukkan capaian para mahasiswa di bidang desain arsitektur. Pameran ini menampilkan ratusan karya mulai dari sketsa hingga maket, yang mencerminkan kreativitas, eksplorasi, dan pemikiran kritis.
“Dari pameran ini, kita bisa melihat bahwa proses berpikir dan eksplorasi dalam desain menjadi kunci utama yang terus kami tekankan di fakultas," kata Susinety.
Ketua Program Studi Arsitektur UPH, Andreas Yanuar Wibisono, menuturkan, pameran publik ini menjadi kesempatan penting bagi mahasiswa untuk memperkenalkan karya mereka kepada komunitas arsitektur yang lebih luas. “Harapannya, pengalaman ini menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa untuk terus berkarya, berinovasi, dan menciptakan ide-ide kreatif,” ujar Andreas.
Apresiasi juga datang dari arsitek ternama Indonesia, Isandra Matin Ahmad atau yang dikenal dengan Andra Matin. Sebagai salah satu pendiri Kopi Manyar, ia menjelaskan bahwa tempat ini bukan sekadar coffee shop, melainkan ruang dengan nilai arsitektur yang kuat. Kopi Manyar juga menghadirkan galeri yang berkembang menjadi ruang kreatif terbuka bagi berbagai komunitas seni dan desain untuk berkarya dan berkolaborasi.
“Saya selalu terkesan dengan pendekatan metodologi dosen UPH dalam membimbing mahasiswa, yang unik dan berbeda dari kampus lain bahkan melampaui standar biasa. Saya berharap universitas lain dapat melihat ini,” ujar Andra Matin.
Tidak hanya menampilkan hasil karya mahasiswa, Program Studi Arsitektur UPH juga menyuguhkan berbagai rangkaian kegiatan inspiratif. Beberapa di antaranya adalah EH!? CAMP, Workshop “Build Your Own Comfort Space”, sesi berbagi wawasan bertajuk Peran Pembelajaran Vernakular dalam Pendidikan Arsitektur, Design Competition Presentation, hingga pameran bertema “Pembelajaran Arsitektur: Merayakan Proses, Menyuarakan Gagasan”.