Pameran Arsitektur karya mahasiswa UPH (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)
Setiap karya yang ditampilkan telah melalui proses kurasi oleh tim pengajar UPH dan sejumlah arsitek profesional, termasuk Emanuel Agung Wicaksono serta David Hutama, Adwitya Dimas Satria, dan Ardy Hartono Kurniawan, yang turut memastikan kualitas karya yang layak untuk dipresentasikan ke publik.
Saat pengunjung masuk ke dalam pameran tersebut, akan langsung terlihat jajaran desain arsitektur unik dan futuristik karya mahasiswa. Dalam pameran Corporeal Metaphor, mahasiswa Arsitektur UPH mengeksplorasi desain yang terinspirasi dari metafora tubuh manusia, seperti kepala, tangan, kaki, dan punggung.
Emanuel Agung Wicaksono menjelaskan bahwa tubuh merupakan alat utama untuk memahami arsitektur, mulai dari orientasi arah hingga interaksi dengan lingkungan sekitar. "Setiap bagian tubuh memiliki perannya masing-masing dalam membantu untuk memahami arsitektur," ungkapnya.
Misalnya saja bagian kepala yang menjadi pusat orientasi dan penglihatan untuk mengarahkan pandangan, serta membantu membaca situasi dan arah. Tangan berperan sebagai penghubung langsung dengan benda-benda di sekitar; melalui sentuhan, merasakan tekstur, suhu, hingga berat suatu objek. Bagian kaki memungkinkan manusia untuk bergerak, merespons bentuk permukaan tanah, dan merasakan irama dari ruang yang dilalui.
"Sementara itu, punggung berfungsi sebagai penopang utama yang memberi kekuatan dan kestabilan pada tubuh, menjadi simbol dari struktur yang tidak terlihat namun sangat vital," jelasnya.
Susinety Prakoso selaku Dekan Fakultas Desain UPH mengatakan, pameran arsitektur ini memang ditujukan agar menjadi wadah ekspresi kreatif, sekaligus menunjukkan capaian para mahasiswa di bidang desain arsitektur. Pameran ini menampilkan ratusan karya mulai dari sketsa hingga maket, yang mencerminkan kreativitas, eksplorasi, dan pemikiran kritis.
“Dari pameran ini, kita bisa melihat bahwa proses berpikir dan eksplorasi dalam desain menjadi kunci utama yang terus kami tekankan di fakultas," kata Susinety.
Ketua Program Studi Arsitektur UPH, Andreas Yanuar Wibisono, menuturkan, pameran publik ini menjadi kesempatan penting bagi mahasiswa untuk memperkenalkan karya mereka kepada komunitas arsitektur yang lebih luas. “Harapannya, pengalaman ini menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa untuk terus berkarya, berinovasi, dan menciptakan ide-ide kreatif,” ujar Andreas.
Apresiasi juga datang dari arsitek ternama Indonesia, Isandra Matin Ahmad atau yang dikenal dengan Andra Matin. Sebagai salah satu pendiri Kopi Manyar, ia menjelaskan bahwa tempat ini bukan sekadar coffee shop, melainkan ruang dengan nilai arsitektur yang kuat. Kopi Manyar juga menghadirkan galeri yang berkembang menjadi ruang kreatif terbuka bagi berbagai komunitas seni dan desain untuk berkarya dan berkolaborasi.
“Saya selalu terkesan dengan pendekatan metodologi dosen UPH dalam membimbing mahasiswa, yang unik dan berbeda dari kampus lain bahkan melampaui standar biasa. Saya berharap universitas lain dapat melihat ini,” ujar Andra Matin.
Tidak hanya menampilkan hasil karya mahasiswa, Program Studi Arsitektur UPH juga menyuguhkan berbagai rangkaian kegiatan inspiratif. Beberapa di antaranya adalah EH!? CAMP, Workshop “Build Your Own Comfort Space”, sesi berbagi wawasan bertajuk Peran Pembelajaran Vernakular dalam Pendidikan Arsitektur, Design Competition Presentation, hingga pameran bertema “Pembelajaran Arsitektur: Merayakan Proses, Menyuarakan Gagasan”.