Guru Besar UPH Antonius Herusetya: AI Gak Gantikan Akuntan

Indonesia kekurangan akuntan publik. Ini peluang~

Tangerang, IDN Times - Guru Besar Universitas Pelita Harapan (UPH) Antonius Herusetya menilai, artificial intelligence/AI tidak mengancam profesi akuntan dan audit. Meski demikian, dia mendorong terus agar mahasiswa menguasai teknologi agar terpakai di dunia pekerjaan. 

"Berdasarkan hasil yang saya dapat, di Amerika itu tidak akan mengganti akuntan-akuntannya dengan AI, tidak akan mengganti. AI justru menambah tingkat kebutuhan akuntan semakin besar, mereka makin bisa membantu masalah strategis dan wawasan lebih luas," kata Antonius Herusetya, saat orasi pengukuhannya sebagai Guru Besar UPH pada Jumat (3/11/2023).

Mahasiswa akuntansi perlu melengkapi diri dengan skill dan penguasaan teknologi agar tidak kalah bersaing dan bisa menjadi akuntan publik profesional, bahkan hingga bertaraf internasional.

"Berkembangnya teknologi inovasi dan otomatisasi dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) diakui dapat mengancam profesi akuntansi dan audit pada lower level," tuturnya.

Baca Juga: Guru Besar UPH Golrida Purba: Mahasiswa Bisa Bersaing dengan AI 

1. Indonesia masih kekurangan akuntan publik

Guru Besar UPH Antonius Herusetya: AI Gak Gantikan Akuntanunsplash.com

Di sisi lain, Antonius Herusetya menilai, lowongan pekerjaan dan profesi akuntan publik masih cerah ke depannya, khususnya di Indonesia. Pasalnya, saat ini, Indonesia masih kekurangan akuntan publik. 

"Berdasarkan data awal tahun 2023, jumlah akuntan itu sebanyak 1.500 kira-kira. Jumlah penduduk Indonesia 281 juta orang, maka perbandingan kira-kira 1:121 ribu," kata Antonius. 

Artinya, kata dia, Indonesia hanya memiliki 1 akuntan setiap 121 ribu penduduk Indonesia.

3. Jumlah akuntan publik di Indonesia tertinggal dibandingkan negara tetangga

Guru Besar UPH Antonius Herusetya: AI Gak Gantikan AkuntanIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Antonius mengungkapkan, meskipun kekurangan akuntan publik terjadi di negara maju, namun Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. 

"Kita jauh tertinggal dibandingkan Malaysia. Malaysia itu sekitar 1:20 ribu, Singapura 1:5 ribu kira-kira, jadi setiap 5 ribu, ada 1 akuntan publik, di Malaysia setiap 20 ribu penduduk ada 1 akuntan publik," jelas Antonius.

Padahal, lanjut Antonius, pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih terus berkembang. Hal tersebut akan membuat kebutuhan akuntan publik semakin banyak. Kekurangan jumlah akuntan publik di Indonesia dapat menyebabkan perusahaan semakin sulit mendapatkan pelayanan KAP dengan kualifikasi AP yang memadai.

"Termasuk AP yang dapat memahami kompleksitas transaksi di era revolusi industri 4.0, kompleksitas regulasi, serta dapat memastikan pelaporan keuangan yang benar," ungkapnya.

3. Prodi Akuntansi di UPH mengembangkan kemampuan data analitik para mahasiswanya

Guru Besar UPH Antonius Herusetya: AI Gak Gantikan Akuntanunsplash.com

Untuk mendukung mahasiswa akuntansi untuk bisa terus berkembang dengan teknologi AI, program studi Akuntansi di UPH Lippo Karawaci pun menekankan pada mahasiswa untuk memiliki keahlian data analitik. Di mana, teknologi AI tidak akan bisa dihindari lantaran hal tersebut merupakan inovasi, salah satunya ChatGPT.

"Yang ada itu justru digunakan supaya dapat meningkatkan kompetensi, di prodi akuntansi di UPH sendiri, sedang dikembangkan kemampuan untuk kompetensi data analitik jadi sekarang konsepnya ke arah sana, semua data tidak bisa dikuasai satu perusahaan sendiri, di luar banyak sekali big data konsepnya, data bertumbuh begitu cepat, justru sekarang memiliki skill di dalam data analitik supaya dapat mengolah data menjadi bermanfaat karena konsepnya big data," ungkapnya.

Baca Juga: Milenial dan Gen Z Senang Pemimpin Autentik Gak Gimik

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya