Nyeri Kronis Bisa Ditangani Cepat Tanpa Ketergantungan Obat

- Manajemen intervensi nyeri bisa menghindarkan pasien dari ketergantungan obat nyeri
- Prosedur IPM dilakukan di ruang khusus tanpa sayatan dengan teknologi pencitraan mutakhir
- Keunggulan prosedur IPM adalah keterlibatan tim medis dari berbagai bidang untuk mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Tangerang, IDN Times - Nyeri kronis bukan sekadar rasa sakit biasa, tetapi kondisi medis kompleks yang bisa memengaruhi saraf pusat dan seluruh tubuh, serta memperparah penyakit lain, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, bahkan gangguan mental seperti depresi. Nyeri kronis, biasanya muncul akibat dari penyakit lain, seperti saraf kejepit, kanker, dan lain sebagainya.
Yusak Mangara Tua Siahaan selaku Dokter Spesialis Neurologi Sub Spesialis Neurologi Nyeri mengungkapkan, penanganan nyeri yang tepat dan menyeluruh sangat dibutuhkan agar pasien bisa kembali menjalani hidup dengan nyaman.
"Biasanya prosedur penanganan nyeri itu dilakukan dengan terapi nonobat, lalu ke obat pereda nyeri ringan, lalu obat pereda nyeri dosis sedang, berat, lalu operasi, nah intervensi nyeri saat ini bisa dilakukan untuk mengisi gap dari obat dosis berat ke operasi," kata Yusak.
1. Manajemen intervensi nyeri bisa menghindarkan pasien dari ketergantungan obat nyeri

Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari tiga bulan, meski penyebab awalnya sudah ditangani. Kondisi ini sering berhubungan dengan gangguan otot dan tulang, sistem saraf, penyakit autoimun, atau komplikasi pasca-operasi. Masalah utama dalam nyeri kronis bukan hanya rasa sakitnya, tetapi dampaknya terhadap kehidupan pasien secara keseluruhan-fisik, emosional, dan sosial.
"Bila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, nyeri kronis bisa membatasi gerak, mengganggu tidur, menurunkan produktivitas, bahkan menyebabkan kecemasan atau depresi," kata Yusak.
Yusak mengungkapkan, biasanya pasien yang menderita nyeri kronis bergantung pada obat pereda nyeri. Namun, obat tersebut harus diminum terus menerus agar nyeri yang dirasa lebih baik. Untuk itu, manajemen intervensi nyeri atau interventional pain management (IPM).
"Tapi, kalau yang sudah terlalu kronis, jalan sudah susah, tidak bisa aktivitas, obat sudah tidak efektif lagi digunakan maka pendekatan manajemen intervensi nyeri bisa diterapkan," jelasnya.
2. Begini prosedur IPM yang tanpa sayatan

Prosedur IPM dilakukan di ruang khusus dengan sistem keamanan tinggi dan teknologi pencitraan mutakhir, untuk memastikan area yang menjadi sumber nyeri bisa ditangani secara efektif. Pasien pun bisa merasakan perbaikan signifikan setelah prosedur ini, bahkan dalam kasus yang sebelumnya sulit diatasi.
IPM dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung ke titik nyeri. Obat tersebut bisa berupa antiinflamasi maupun penghilang nyeri yang bekerja langsung pada saraf penyebab rasa sakit. Tujuannya jelas, menidurkan saraf yang mengantar sinyal nyeri ke otak, sehingga pasien bisa terbebas dari rasa sakit.
"Letaknya bisa di mana saja, tergantung lokasi nyeri. Misalnya saraf kejepit di pinggang, maka penyuntikan dilakukan di pinggang. Kalau nyeri wajah karena saraf trigeminal, ya dicari titik nyerinya di wajah," lanjutnya.
Menurut Yusak, IPM juga sangat membantu pasien kanker yang mengalami nyeri hebat. Teknik ini disesuaikan dengan jenis kanker, letak nyeri, serta kondisi tubuh pasien.
"IPM juga memungkinkan pasien menjalani pengobatan penyakit utamanya dengan lebih maksimal, karena tidak ada nyeri yang dirasa lagi di titik tersebut," jelasnya.
Siloam Hospitals Lippo Village menghadirkan berbagai metode manajemen intervensi nyeri bagi pasien dengan nyeri kronis, yakni mencakup Radiofrequency Ablation (RFA), Platelet Rich Plasma (PRP) chemoneurolysis, cryoneurolysis, intrathecal pumps, botox, serta beragam teknik injeksi seperti prolotherapy, glucopuncture, dan dextrose hydrodissection.
Radiofrequency Ablation (RFA) menjadi salah satu metode andalan yang bekerja dengan menghantarkan panas dari gelombang radio ke saraf penyebab nyeri, sehingga menghambat sinyal nyeri ke otak.
"Prosedur ini dilakukan secara presisi menggunakan fluoroskopi atau ultrasound, minim luka, dan pasien umumnya dapat langsung pulang di hari yang sama," ungkapnya.
3. Ini keunggulan prosedur IPM

Keunggulan dari prosedur ini adalah keterlibatan tim medis dari berbagai bidang untuk mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh. Setiap pasien akan diperiksa untuk mengetahui jenis nyeri yang dialami, penyebab biologisnya, serta jenis prosedur yang paling sesuai dengan kondisinya.
Dengan pendekatan ini, Manajemen Intervensi Nyeri bukan sekadar tindakan medis, tetapi bagian dari strategi jangka panjang yang terencana dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien. "Berdasarkan penelitian, saraf nyeri yang ditidurkan akan bertahan 2 tahun, nanti saraf tersebut akan bangun lagi, diharapkan pengobatan dari penyakit utamanya sudah selesai," ungkapnya.
IPM menjadi bagian penting dari pendekatan medis terpadu di rumah sakit, termasuk di Neuroscience Center Siloam Hospitals Lippo Village, yang fokus pada gangguan sistem saraf dan nyeri menahun.
"Jangan takut karena sarafnya ditidurkan akan mati rasa, karena saraf yang ditidurkan hanya saraf nyeri dan tidak memengaruhi saraf yang lain," jelasnya.