Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang makan (pexels.com/Andres Ayrton)

Intinya sih...

  • Puasa 24 jam memberi waktu beristirahat dari proses pencernaan, meningkatkan metabolisme, dan mengurangi sensitivitas insulin.
  • Puasa 36 jam membakar lemak sebagai sumber energi, menurunkan berat badan, dan mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.
  • Puasa 3 hari membersihkan dan memperbaiki sel, meningkatkan hormon dan sensitivitas insulin, serta mencegah berbagai masalah kesehatan.

Puasa adalah praktik menahan diri dari makan, minum, atau keduanya untuk jangka waktu tertentu, biasanya dilakukan untuk alasan agama, kesehatan, spiritual, maupun gaya hidup. 

Ada beberapa tipe durasi puasa yang populer untuk kesehatan. Setiap metode memiliki manfaatnya sendiri, seperti meningkatkan metabolisme, menurunkan berat badan, atau meningkatkan sensitivitas insulin. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua metode puasa cocok untuk setiap individu. Kamu perlu mengkonsultasikan pilihan puasa yang cocok dengan kondisi tubuhmu, ke ahli gizi dan dokter ya. 

Berikut adalah 6 tipe durasi puasa yang perlu kamu ketahui.

1. Intermittent Fasting (13-16 jam)

13 Jam (paxels.com/Miguel Á. Padriñán)

Puasa ini adalah yang paling umum dan sering dilakukan. Puasa ini memberi waktu bagi tubuh untuk beristirahat dari proses pencernaan. Dalam 24 jam berpuasa, sekitar 60 persen waktu tersebut digunakan tubuh untuk beristirahat dan memulihkan diri. 

Umat Muslim di setiap bulan Ramadan juga melakukan puasa semacam ini. Setelah sekitar 12 jam berpuasa, tubuh mulai menggunakan cadangan energi dari lemak sebagai sumber tenaga.

2. Autophagy Fasting (17-18 jam)

18 Jam (paxels.com/Victor Miyata)

Jika kamu berpuasa selama 17 hingga 18 jam, tubuh mulai mencari sumber energi dari dalam. Karena tidak ada makanan yang masuk, tubuh akan menggunakan sel-sel yang sudah rusak atau tidak lagi berfungsi dengan baik. Sel-sel ini akan didaur ulang menjadi bahan baru yang kemudian digunakan untuk membentuk sel-sel yang lebih sehat.

Untuk mencapai proses pembersihan sel ini (autophagy) dalam puasa 13 jam, salah satu caranya adalah dengan berolahraga sekitar satu jam sebelum waktu berbuka. Ini membantu tubuh lebih cepat memulai proses daur ulang sel dan regenerasi.

3. Gut Reset Fasting (24 jam)

24 Jam (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Gut reset fasting adalah puasa yang berlangsung selama 24 jam atau sehari penuh. Di dalam tubuh manusia, terutama di sistem pencernaan, terdapat triliunan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan kuman. Sebagian dari mereka bermanfaat, tetapi ada juga yang berasal dari makanan yang kurang sehat atau zat kimia dari obat-obatan dan bahan tambahan makanan.

Dengan menjalani puasa ini, tubuh diberi waktu untuk membersihkan dan menyeimbangkan kembali bakteri baik di usus. Ini sangat bermanfaat bagi orang yang sering mengonsumsi obat-obatan, karena obat bisa mempengaruhi keseimbangan bakteri usus.

Puasa ini membantu sistem pencernaan beristirahat dan memperbaiki diri, sehingga tubuh lebih sehat. Gut reset fasting bisa dilakukan seminggu sekali untuk menjaga kesehatan pencernaan secara optimal.

4. Fat Burning Fasting (36 jam)

Puasa 36 Jam (paxels.com/Total Shape)

Dengan berpuasa selama 36 jam, cadangan gula dalam tubuh akan habis, sehingga tubuh mulai membakar lemak sebagai sumber energi. Proses ini dikenal sebagai fat-burning fasting, di mana tubuh beralih dari menggunakan gula (glukosa) menjadi menggunakan lemak sebagai bahan bakar utama.

Saat lemak terbakar, tubuh menghasilkan keton yang memberikan energi bagi otak dan organ lainnya. Puasa ini membantu menurunkan berat badan, meningkatkan metabolisme, dan mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.

5. Happiness Fasting (48 jam)

Puasa 48 Jam (paxels.com/Julia Avamotive)

Saat kamu mengkonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan, seringkali tidak menyadari bahwa tubuhnya seperti "mabuk" karena terlalu banyak asupan. Makanan yang kamu pilih sangat berpengaruh pada kesehatan tubuh.

We are what we eat. Artinya, jika kamu sering makan makanan tidak sehat, tubuhmu juga akan terasa lemas, mudah lelah, dan tidak seimbang.

Namun, ketika kamu tidak makan selama 2 hari (48 jam), tubuh mulai membersihkan diri secara alami. Proses detoksifikasi terjadi, di mana racun-racun dalam tubuh dikeluarkan, serta autophagy atau pembersihan sel-sel rusak berlangsung. Sistem tubuh juga melakukan self-cleaning, memperbaiki sel dan jaringan yang rusak. Setelah proses ini, tubuh akan terasa lebih ringan, segar, dan lebih sehat secara keseluruhan.


Dopamine Reset Fasting sering disebut sebagai Happiness Fasting karena tujuannya adalah mengatur ulang sensitivitas otak terhadap dopamin, sehingga seseorang bisa kembali merasakan kebahagiaan dari hal-hal sederhana dalam hidup. 

6. Immune Reset Fasting (72 jam)

Puasa 36 Jam (paxels.com/cottonbro studio)

Menjaga keseimbangan tubuh membantu menciptakan homeostasis, di mana semua sistem bekerja optimal dan racun tidak menumpuk. Puasa 3 hari (72 jam) memberi tubuh waktu untuk membersihkan diri dan memperbaiki sel.

Dalam semua jenis puasa yang dibahas, kamu tetap boleh minum air, kopi, air lemon, cuka apel, dan minuman herbal lainnya, kecuali puasa di bulan Ramadan. 

Meski kamu boleh mengonsumsi minuman di atas, kamu perlu memastikan untuk tidak menambahkan gula, madu, atau pemanis lainnya, termasuk dari buah-buahan, karena bisa meningkatkan kadar kalori dan gula dalam tubuh.

Setiap tipe puasa memiliki manfaatnya masing-masing tergantung pada tujuan dan kondisi tubuh seseorang. Jika ingin mencoba puasa dengan durasi lebih panjang, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team