5 Alasan Stop Kejar Kebahagiaan Gak Realistis dalam Hubunganmu

- Mengejar kebahagiaan dalam hubungan bisa mengakibatkan ekspektasi yang tidak realistis dan menimbulkan stres serta kekecewaan.
- Ketakutan akan rasa sakit membuat orang cenderung menghindari masalah, padahal hal ini dapat menumpuk dan berujung pada penurunan kesejahteraan mental.
- Tekanan untuk terus terlihat bahagia di media sosial dapat menyebabkan ketidakautentikan emosi, isolasi, dan tekanan mental yang berdampak negatif.
Kamu mungkin pernah mendengar ungkapan "carilah kebahagiaan dalam hubunganmu." Rasanya, semua orang ingin dapat merasakan kebahagiaan yang luar biasa ketika bersama pasangan, kan?
Akan tetapi, pernahkah kamu berpikir bahwa mengejar kebahagiaan itu sendiri bisa jadi boomerang, lho. Ya, terkadang usaha untuk selalu merasa bahagia justru membuat kamu merasa lebih tertekan.
Dalam menjalani sebuah hubungan, kamu mungkin ingin mengejar kebahagiaan yang ideal. Kamu berusaha memenuhi ekspektasi tinggi tentang bagaimana seharusnya hubungan itu membawa kebahagiaan tanpa menyadari bahwa proses tersebut bisa berlaku sebaliknya, lho.
Dengan mengupas beberapa alasan berhenti mengejar kebahagiaan dalam hubunganmu, kamu akan mengerti bahwa pendekatan alami justru mempererat kasih sayang di antara kalian.
1. Ekspektasi yang enggak realistis

Salah satu alasan utama mengapa mengejar kebahagiaan dalam hubungan bisa berbahaya adalah kamu jadi sering mempunyai ekspektasi yang gak realistis. Kamu cenderung melebih-lebihkan kebahagiaan yang akan dirasakan setelah mencapai suatu tujuan atau mengalami momen tertentu dalam hubungan. Namun, ketika kenyataan gak sesuai dengan harapan, momen ini dapat membuatmu stres dan kecewa.
Kenyataan bahwa pengalaman gak selalu sesuai dengan harapan dapat membuatmu merasa frustrasi dan kurang puas. Bukannya merasakan kebahagiaan, kamu malah merasa tertekan ketika harapanmu gak terwujud. Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk memiliki ekspektasi yang lebih realistis mengenai kebahagiaan dalam hubunganmu.
2. Fokus menghindari rasa sakit

Sering kali terlalu mengejar kebahagiaan dalam hubungan didasari oleh ketakutan mengalami rasa sakit. Kalau sudah begini, kamu jadi membangun ekspektasi yang gak realistis tentang kebahagiaan. Kamu jadi khawatir membicarakan masalah pada pasangan dan akhirnya mengabaikan perkara yang perlu diselesaikan segera. Sayangnya, menghindari masalah justru bisa mengakibatkan penumpukan rasa sakit dan ketidakpuasan dalam hubungan.
Studi memperlihatkan bahwa orang yang terlalu fokus pada menghindari emosi negatif sering mengalami penurunan kesejahteraan dan peningkatan gejala depresi. Dalam upaya untuk meraih kebahagiaan, kamu bisa kehilangan keberanian dalam menghadapi dan mengatasi tantangan. Menghadapi rasa sakit dan ketidaknyamanan adalah bagian dari perjalanan dalam suatu hubungan, dan mengabaikannya hanya akan menambah beban emosionalmu, lho.
3. Tekanan sosial

Di dunia yang serba cepat dan penuh dengan media sosial, ada tekanan besar untuk menunjukkan gambaran kebahagiaan yang sempurna. Kamu mungkin merasa harus mempertahankan citra positif di depan teman, keluarga, atau pengikut media sosial.
Tekanan untuk selalu terlihat bahagia dapat mengubah pengalamanmu menjadi gak autentik. Sebaliknya, ketika kamu merasa gak bahagia atau mengalami kesulitan dalam hubungan, kamu mungkin merasa terisolasi atau malu untuk mengakui perasaan tersebut.
Akibatnya, upaya untuk menjaga citra positif ini berdampak negatif pada kesehatan mentalmu. Mengakui dan berbagi perasaan negatif dengan orang-orang terdekat dapat membantu memperkuat hubungan, tetapi tekanan untuk selalu merasa bahagia justru dapat menjauhkanmu dari keintiman yang sebenarnya, lho.
4. Kebingungan akan makna bahagia

Banyak orang cenderung bingung dengan kebahagiaan dengan gak adanya emosi negatif. Kamu mungkin berpikir bahwa jika kamu gak merasa sedih, marah, atau cemas, maka mereka pasti bahagia. Namun, ini adalah pemahaman yang keliru tentang kebahagiaan. Kebahagiaan sejati melibatkan lebih dari sekadar gak merasakan emosi negatif; itu tentang menemukan kedamaian dan kecukupan dalam hidup.
Guys, kebahagiaan seperti ini bisa membuatmu terjebak mencari hiburan semata. Padahal, kebahagiaan yang sejati berasal dari pengalaman terhubung dengan orang lain, dan penerimaan terhadap segala emosi yang muncul.
5. Memasang level kebahagiaan yang sangat tinggi

Mengejar kebahagiaan secara berlebihan juga dapat menyebabkan apa yang disebut sebagai adaptasi hedonik, di mana kebahagiaan awal yang kamu rasakan menjadi cepat memudar seiring berjalannya waktu. Ketika kamu terbiasa dengan kebahagiaan pada level tertentu, mungkin kamu akan mencari lebih banyak lagi untuk mempertahankannya, akhirnya keputusan yang lebih penting dalam hidup pun diabaikan.
Kondisi ini bisa mengganggu pikiranmu untuk mengambil keputusan yang baik. Ketika kamu terfokus pada apa yang membuatmu merasa bahagia, kamu gak memikirkan aspek lain dalam hidupmu yang sama pentingnya, seperti pengembangan diri, pertumbuhan, dan pencapaian yang lebih bermakna.
Mengejar kebahagiaan dalam hubungan memang bisa tampak sebagai tujuan yang mulia, tetapi sering kali usaha tersebut dapat berujung pada kekecewaan dan ketidakpuasan. Dengan memahami alasan berhenti mengejar kebahagiaan dalam hubunganmu, kamu jadi gak ngoyo mengejar kebahagiaan. Biarkan hubunganmu berjalan secara alami tanpa adanya paksaan, ya.