Akademisi Minta Pemerintah Ajak Ilmuwan Saat Terbitkan Kebijakan

Tangerang, IDN Times - Vice Rector of Research and Technology Transfer BINUS University, Juneman Abraham, meminta pemerintah untuk mengajak para ilmuwan dalam membahas kebijakan yang akan diterbitkan ke masyarakat. Tujuannya agar kebijakan yang nantinya berdampak kepada masyarakat bisa berkualitas, efektif, efisien, serta tidak buang-buang anggaran.
"Tidak sekadar berorientasi pada project, tetapi juga benar-benar dilandaskan oleh sains," ujarnya saat gelaran The 7th International Conference on Biospheric Harmony (ICOBAR) dan Forum Ilmiah Diaspora Indonesia (FIDI) di BINUS Alam Sutera, Tangerang, Minggu (24/8/2025).
1. Sinergi berbagai pihak disebut mampu untuk membawa Indonesia menghadapi tantangan global
Gelaran ICOBAR-FIDI Joint Scientific Forum tersebut menggabungkan sinergi acara The 7th International Conference on Biospheric Harmony (ICOBAR) dan Forum Ilmiah Diaspora Indonesia (FIDI) yang terjalin melalui kerja sama strategis dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4). Tahun ini, kedua pihak menghadirkan forum bersama bertajuk Global Synergy for Biospheric Resilience: Integrating Science, Innovation, and Sustainable Action.
"Bukan hanya oleh Indonesia tetapi juga oleh kawasan, ya seperti kawasan Asia Tenggara. Mulai dari masalah tadi ketahanan energi, kemudian ketahanan budaya dan kondisi dunia yang saat ini terjadi peperangan serta seterusnya," kata dia.
ICOBAR-FIDI Joint Scientific Forum merupakan wadah ilmiah internasional yang mempertemukan para peneliti, akademisi, praktisi industri, pengambil kebijakan, serta ilmuwan diaspora Indonesia dari berbagai belahan dunia untuk berdiskusi, berbagi hasil penelitian, dan membangun kolaborasi strategis dalam menjawab tantangan global terkait ketahanan biosfer dan keberlanjutan lingkungan hidup.
"Dunia menghadapi tantangan yang semakin serius akibat perang, kesenjangan sosial, dan pola kerja yang terkotak-kotak, ICOBAR-FIDI menjadikan riset dan kepakaran sejati sebagai fondasi utama untuk menggalang komitmen sinergi multihelix yang inklusif, berkelanjutan, dan memberikan dampak nyata bagi seluruh lapisan masyarakat," ungkapnya.
2. Diharapkan forum ini bisa berdampak secara langsung
Menurut Abraham, dukungan ini untuk lebih menyelaraskan dengan Astacita Indonesia. Khususnya, ada delapan hal yang dikemukakan dalam Astacita itu bisa dicarikan solusi terbaik bersama.
"Kita tahu beberapa negara itu menghadapi masalah bahwa kebijakan antara negara satu dengan negara yang lain perlu disinkronkan lagi. Kita tadi bicara juga soal kebijakan misalnya, itu menjadi satu titik tekan kita," sambung Abraham.
Abraham menegaskan kata kuncinya harmoni, resilience, dan pihaknya mencoba untuk berkontribusi melalui sains dan kebijakan.
"Tentu kita berharap sebenarnya kebijakan yang dihadirkan oleh pemerintah Indonesia semakin dilandaskan oleh keilmuan, semakin dilandaskan oleh evidence," ujarnya.
3. Total 20 negara ikut dalam forum ini
Hilda Farida, Chair of Organizing Committee mengungkapkan, acara ini menghadirkan profesor, presenter dari lebih dari 20 negara, seperti Harvard Medical School, The University of Tokyo, Constructor University Bremen, University of Otago, Universitas Indonesia, serta universitas lainnya.
"Kita berharap kegiatan ini berdampak itu satu kata kuncinya. Tidak hanya berhenti pada poster-poster atau berupa paper-paper publikasi tetapi, kita akan menyusun sebuah policy brief (naskah kebijakan) yang juga nanti akan kita sampaikan kepada Kementerian yang terkait," ucapnya.