TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Profil Andra Soni, Cagub di Pilkada Banten

Andra Soni yang anak TKI hingga jadi pengusaha ekspedisi

IDN Times/Khaerul Anwar

Serang, IDN Times - Ketua DPRD Banten, Andra Soni menjadi salah satu kandidat Calon Gubernur Banten 2024. Saat ini, Andra menjadi satu-satunya calon yang telah mendapatkan tiket untuk berkontestasi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten 2024.

Andra yang didampingi oleh Anggota DPR RI Dapil Banten I Ahmad Dimyati Natakusunah telah mengantongi tujuh rekomendasi partai politik, yakni Gerindra, PKS, Nasdem, PSI, PPP, Demokrat dan PAN. PKB yang saat ini belum menentukan sikap pun digadang-gadang bakal bergabung dengan partai-partai yang menamakan Koalisi Banten Maju tersebut.

Lantas siapakah sosok Andra Soni yang mampu membuat kejutan dan bisa menjadi ancaman bagi calon kuat lainnya, yakni Airin Rachmi Diany.  Berikut profil Andra Soni.

Baca Juga: Adu Kuat Andra-Dimyati Versus Airin di Pilgub Banten

Baca Juga: Andra-Dimyati Borong Partai di Pilgub Banten, Sisakan PDIP-Golkar?

1. Andra Soni berasal dari keluarga kurang mampu hingga ikut orangtua menjadi tenaga kerja ke negeri Jiran

Bakal Calon Gubernur Banten 2024 Andra Soni. (IDN Times/Khaerul Anwar)

Dikutip dari website DPRD Banten, Andra memiliki perjalanan hidup penuh tantangan. Ia lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1976 di keluarga petani desa dengan penghasilan yang hanya cukup untuk membeli makan keluarga.

Pada suatu waktu, uang yang dihasilkan orangtua dari bertani tak lagi mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Sehingga, orangtua Andra memutuskan merantau ke Pekanbaru, Provinsi Riau menjadi seorang kuli bangunan. Andra yang saat itu masih berusia balita ikut dibawa.

Karena penghasilan kuli bangunan tak juga cukup menghidupi keluarga, orangtua Andra memutuskan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia menjadi buruh tani di kebun sawit. Keputusan ini sangat berisiko, karena orangtua Andra berangkat secara ilegal.

Perjalanan ke Negeri Jiran pun ditempuh dengan menyeberangi Selat Malaka. Sebuah perjalanan yang dikenang Andra sebagai pengalaman antara hidup dan mati. Di Malaysia, meski berstatus ilegal pemerintah setempat tetap memberikan kesempatan kepada anak TKI untuk mengenyam pendidikan.

2. Andra Soni mengenyam pendidikan SMP hingga SMA dengan menumpang di rumah kakak

Setelah lulus dari sekolah dasar (SD), Andra tak bisa melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Negeri Jiran akibat terbentur kelengkapan dokumen.

Andra kemudian pulang ke Indonesia untuk ikut bersama kakaknya di Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang. Tinggal bersama kakaknya membuat Andra berani masuk ke salah satu SMP.

Lahir dalam keluarga yang pas-pasan, Andra bersekolah dengan ongkos dan uang jajan seadanya. Bahkan, suatu waktu Andra pernah kehabisan ongkos dan terpaksa menginap di kediaman sejawatnya gara-gara tak bisa pulang.

"Saya tinggal bersama kakak saya, tapi saya enggak sekolah di Ciledug. Saya sekolah di Jakarta. Berarti dari Ciledug berangkatnya," kata Andra dikutip dari website DPRD Banten, Selasa (23/7/2024).

Meski serba pas-pasan, anak kelima dari enam bersaudara tu mengaku beruntung karena kejadian itu titik awal terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Akibat sering kehabisan ongkos dan sering menginap, pemilik rumah menawarkan Andra untuk menetap. "Namanya ditawarin nginep mau. Kamarnya ada, kasurnya, sarapannya," katanya.

Pemilik rumah adalah Raden Muhidin Wiranata Kusuma, putra dari Raden Aria Adipati Wiranata Kusuma, Menteri Dalam Negeri Indonesia pertama.

"Itu bapak angkat saya. Dia yang melanjutkan saya sekolah sampai saya lulus SMA," katanya.

3. Andra Soni menjadi karyawan swasta hingga mampu mendirikan perusahaan ekspedisi

Selulus SMA, Andraa tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena terbentur biaya. Namun Andra tak menyerah di situ.

Dia memutuskan bekerja pada perusahaan di Jakarta. Gaji yang diterimanya dikumpulkan dan akhirnya bisa mendaftar kuliah di STIE Bakti Pembangunan program Diploma III.
"Saya bayar (biaya kuliah) sambil nyicil," katanya.

Usahanya membiayai kuliah dengan bekerja tak berjalan mulus. Proyek yang digarap perusahaan tempatnya bekerja, harus terhenti akibat krisis moneter.

Dalam perjalanannya, Andra berpikir mengembangkan usaha sendiri. Andra kemudian pindah ke perusahaan lain. Tugasnya sebagai pengantar surat.

"Di situ saya bekerja lagi, saya dapat uang lagi. Tapi saya pindah (kelas) malam kuliahnya," katanya.

Kesibukannya sebagai tukang antar surat, membuat Andra tak bisa full mengerjakan tugas kuliah. Bahkan ada mata kuliah yang tidak lulus sampai tiga kali. "Mata kuliah itu keahlian saya, manajemen pemasaran," katanya.

Sementara itu, di tempat bekerjanya karier Andra terus meningkat sampai pada posisi manajer. Di tengah perjalanananya, Andra berpikir membangun perusahaan sendiri. Bermodalkan nekat niat itu, dia merintis perusahaan ekspedisi.

Perlahan tapi pasti, jerih payah Andra membuahkan hasil. Perusahaan yang dibangunnya telah memiliki perwakilan di sejumlah negara.

Verified Writer

Khairil Anwar

Jurnalis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya