Angka Buta Aksara di Banten Masih Tinggi, Lebak Jadi Sorotan

- Akses pendidikan dasar berkualitas di Benten belum merata
- Pandemik COVID-19 jadi salah satu faktor penyebab juga
- Komunikasi juga perparah kondisi ini
Lebak, IDN Times – Angka buta aksara di Provinsi Banten masih tergolong tinggi, di mana Kabupaten Lebak menjadi wilayah dengan persentase terbesar. Dari data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia tahun 2023, angka buta aksara penduduk di Provinsi Banten mencapai 1,03 persen atau sekitar 124.702 orang. Data ini menempatkan Banten masuk 10 provinsi dengan angka buta aksara tertinggi di Indonesia. Lalu di Kabupaten Lebak, angka ini mencapai 2,28 persen atau sekitar 23.000 orang.
Koordinator JPPI, Ubaid Matraji menilai, tingginya angka buta aksara di Banten menunjukkan buruknya kualitas pendidikan dasar di daerah tersebut.
“Ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan dasar kita sangat buruk sekali. Problemnya ada di kompetensi guru yang rendah dan juga beban serta tuntutan kurikulum yang berlebihan,” kata Ubaid, Minggu (6/7/2025).
1. Akses pendidikan dasar berkualitas di Benten belum merata

Ubaid menjelaskan, fakta masih adanya siswa yang buta huruf di Banten mengindikasikan akses pendidikan dasar yang berkualitas belum merata. Menurutnya, kondisi ini terjadi karena kesenjangan akses, kualitas pengajaran yang rendah, sarana prasarana pendidikan yang minim, serta faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung pendidikan anak.
“Keluarga dengan latar belakang ekonomi rendah mungkin kesulitan mendukung pendidikan anak-anak mereka, dan anak-anak sering kali terpaksa bekerja,” ujarnya.
2. Pandemik COVID-19 jadi faktor penyebab juga

Ia menambahkan, minimnya anggaran untuk program membaca serta kurangnya pelatihan bagi guru dan pustakawan juga menjadi penyebab masih tingginya angka buta aksara di Banten, termasuk Lebak.
“Salah satu wilayah di Banten yang masih memiliki penduduk buta huruf adalah Kabupaten Lebak. Krisis membaca secara umum juga masih menjadi masalah di Banten,” jelasnya.
Menurut Ubaid, pandemik COVID-19 juga memberikan dampak signifikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia, termasuk Banten, khususnya dalam aspek literasi membaca dan numerasi siswa. Namun, ia menegaskan pandemik bukanlah penyebab utama dari masalah ini.
“Pandemik hanya melengkapi problem soal pengelolaan pendidikan dasar yang masih buruk di Indonesia,” kata Ubaid.
3. Komunikasi juga menyumbang kondisi ini

Selain itu, Ubaid menyoroti minimnya komunikasi antara guru dan siswa maupun antara pihak sekolah dan orangtua terkait literasi. Menurutnya, komunikasi yang terjadi selama ini lebih banyak membahas soal biaya sekolah, bukan perkembangan literasi anak.
“Perbincangan literasi belum menjadi topik komunikasi guru dengan siswa maupun guru dengan orangtua,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah daerah dapat fokus meningkatkan kualitas guru, pemerataan sarana pendidikan, serta membuka ruang komunikasi literasi antara sekolah dan orangtua untuk menekan angka buta aksara yang masih tinggi di wilayah selatan Banten.