Aksi demo penolakan rakyat Margatirta (Dok. Aliansi Rakyat Margatirta)
Saat dikonfirmasi, Mulyadi Jayabaya melalui juru bicaranya Agus Wisas, mengakui pihaknya membeli tanah warga di Desa Margatirta. Namun Agus menegaskan, pembelian tanah karena ada permintaan warga setempat yang sedang membutuhkan uang.
"Tidak ada niat membebaskan tanah. Kami investasi. Ada orang datang menjual tanah ke kita, dilihat, kita beli lah," kata Agus melalui sambungan telepon, Sabtu (26/3/2022).
Ia menegaskan bahwa masalah yang muncul saat ini bukanlah sengketa lahan. Agus juga menyebutkan, kabar soal harga tanah Rp20 ribu per meter itu tidak tepat. Harga tanah yang dibeli dari warga di desa itu bervariasi.
"Ada yang Rp30 ribu, ada yang Rp40 ribu (per meter). Pinggir jalan masa sama harganya," kata dia.
Di sisi lain, pihaknya tidak bisa terbuka ke setiap orang mengenai berapa harga tanah. "Kenapa? Karena nanti ada kecemburuan. Harganya gak sama," kata dia.
Soal lahan yang sudah diratakan dengan alat berat dari Jayabaya menurut Agus lahan tersebut sudah dibeli. Kalau ternyata sebaliknya, kemungkinan ada kesalahan di pihak pekerja yang mengeksekusi.
"Kalau sudah ada transaksi baru, dah (dibuka). Kan bisa lapor, bisa ke pihak berwajib (karena) penyerobotan tanah," kata dia.
Terkait adanya pertemuan perwakilan warga dengan Nabil Jayabaya, Agus mengaku tidak tahu. "Tapi karena yang belinya Pak Jayabaya, masa datang ke anaknya? Menurut saya, boleh silaturahmi, tapi kan ga solutif. Datang saja tuh ke Warung Gunung (rumah Jayabaya)," kata dia.
Agus memastikan bahwa pembelian lahan yang pihaknya lakukan bertujuan untuk pembangunan jalan yang akan menjadi akses warga dan rencana proyek pengolahan limbah.
"Tanah yang di dalam itu gak ada nilainya, kalau gak dibikin jalan. Makanya, dibikin dulu jalan supaya ada nilainya," imbuhnya.