Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Banten mencatat ada lima lima faktor yang menjadi penyebab utama banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Cipanas itu.
Dan memang, lubang-lubang tambang merupakan adalah salah satunya. DLHK Banten memastikan, lubang tambang emas ilegal yang ada di wilayah TNGHS menjadi salah satu faktor yang menimbulkan tanah longsor dan banjir bandang.
Berdasarkan data yang diterima IDN Times dari DLHK Banten, ada lima faktor yang diduga kuat menjadi penyebab banjir bandang dan tanah longsor di Lebak pada 1 Januari lalu.
Pertama, curah hujan yang tinggi. Menurut DLHK Banten, hujan yang turun 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020 lalu merupakan yang tertinggi dalam 150 tahun catatan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG).
Kedua, jenis tanah di hulu sungai yang membawa material longsor bersama banjir bandang memiliki keterbatasan dalam menyerap air hujan.
Ketiga, kondisi tutupan atau permukaan lahan di wilayah itu. Berdasarkan peta 2018, kondisi tutupan lahan pada Sub DAS Ciberang sebagai berikut:
1. Pemukiman atau tempat tinggal, sungai dan bukit pasir darat (sebesar 3,70 persen)
2. Hutan rimba (42,44 persen)
3. Perkebunan atau kebun, sawah, semak belukar atau alang-alang, tanah kosong dan gundul serta tegalan atau ladang (53,86 persen).
Faktor keempat adalah kerentanan tanah. Berdasarkan peta zona kerentanan tanah, sebagian besar wilayah Sub DAS Ciberang sebagian besar masuk zona gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Faktor kelima, adanya perubahan penggunaan lahan. Aktivitas penambangan emas liar menyebabkan perubahan fungsi lahan hutan.
Tak hanya penambang ilegal, berdasar keterangan pihak DLHK Banten, di wilayah itu juga ada perusahaan lokal tambang emas yang beroperasi. IDN Times berusaha mengonfirmasi hal itu kepada Dinas Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), hingga berita ini diturunkan pihaknya belum memberi jawaban.
Selain itu, DLHK Banten juga mencatat, 4.000 hektare lahan di TNGHS rusak setelah bencana banjir bandang dan longsor di Lebak.
Kerusakan itu terlihat dari pemantauan melalui citra satelit oleh DLHK Banten. Selain di kawasan TNGHS, bagian kiri dan kanan tebing sungai Ciberang pun turut terdampak. "Dan itu kita akan hijaukan untuk kestabilan tebing," kata Kepala DLHK Husni Hasan, Jumat (7/2).
Husni mengatakan, ada 140 titik di sekitar kawasan TNGHS yang rawan longsor. Sebanyak 50 titik di antara telah terjadi longsor saat bencana banjir menerjang Lebak saat pergantian tahun ke 2020 itu.
Serupa dengan data DLHK, Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmandaru Prihatmoko menilai, banjir dan longsor yang terjadi di Lebak, memiliki penyebab yang berbeda. Banjir, kata dia, memang muncul utamanya karena curah hujan yang tinggi di lokasi, dan di hulu sungai.
Saat hujan lebat itu, tidak ada pepohonan yang menahan air dan membuat air meresap ke dalam tanah, sehingga dia mengalir sebagai air permukaan.
Sementara longsor yang berada di kaki gunung itu jauh dari sumber air yang terkena hujan lebat di atas gunung. Longsor itu, Sukmandaru memperkirakan, disebabkan beberapa faktor.
Pertama, curah hujan yang tinggi, "airnya banyak di situ". Kedua, tanah tidak mampu untuk menahan air dalam jumlah besar itu. "Sehingga waktu ada resapan-resapan air atau guyuran hujan, mereka akan mendorong tanah atau batuan yang di atas yang pada kontur lebih tinggi, akan jatuh ke bawah," kata Sukmandaru kepada IDN Times.
Sukmandaru menilai, adapun kaitannya dengan penambang-penambang tanpa izin yang ada di bagian hulunya, tapi kalau dilihat, lokasi itu lumayan jauh dari tempat kejadian banjir dan longsor yang ada di Lebak. "Mungkin bisa jadi sekitar 10 kilometer ke atas itu baru ada banyak penambang di sana," kata Sukmadaru.
Kalau kami melihat, lanjut Sukmandaru, tentunya penambang-penambang ini pengaruhnya terhadap penebangan pohon-pohon, penggundulan hutan-hutan di sana karena aktivitas penambangan. Sehingga air yang harusnya bisa ditahan di atas menjadi mengalir di air permukaan.
"Jadi penyebab tidak langsung mungkin ada seperti itu, tetapi kalau langsung menyebabkan longsor yang ada di bawah, saya kira agak jauh terjadi," kata Sukmandaru.